Gregeten

Romance Completed 1318

“Ah, lepaskan dulu. Sakit tauk!” tiba-tiba saja Billy tertegun. Mendengar rengekan Rena seperti sesuatu hal baru untuknya.

Dia benar-benar ingin mendengar gadis itu bersikap manja padanya seperti barusan.

“Kau!” delik Billy.

“Iya, tanggung jawab ya tanggung jawab. Memangnya apa saja yang kau rugikan!” Mendengar Renata menantang membuat mata Billy semakin mendelik.

Grauk! Tiba-tiba Billy gregetan, dia menggigit leher Rena.

“Agh! Sa–sakit tauk! Agh!” Entah dari mana keberanian Rena muncul, dia tanpa sadar menjambak rambut Billy hingga membuat laki-laki bertubuh besar yang hampir kehilangan kesadaran akibat ulah Rena melotot.

Billy mengangkat kepala dan menatap Rena yang terlihat hampir mengeluarkan air mata.

“Kalau mau balas dendam, pelan-pelan saja gigitnya. Jangan bikin kaget aku!” ucap Rena lirih seperti seseorang yang sedang memohon.

“Hah, gila. Kenapa dia memperlihatkan wajahnya imutnya seperti ini. Aku benar-benar bisa gila!” rutuk Billy dihati.

Tapi, dia malah tidak sadar setelah mendengar ucapan Rena, Billy perlahan merebahkan tubuhnya di ranjang.

Rena memalingkan wajah dan menutup mata. Dia benar-benar pasrah kalau Billy menggigitnya lagi.

Sudah beberapa detik, tapi Rena tidak merasakan lagi gigitan malah dia mendengar suara bantingan pintu.

“Heh!” Rena membuka mata dan menyadari Billy sudah tidak ada bersamanya.

“Kemana dia pergi? Bukannya tadi minta pertanggung jawabanku?!” Rena menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sedikit bingung dan matanya mencari Billy yang tidak ditemukan di hadapannya. Hanya yang terdengar suara air yang dinyalakan.

Dia menghela napas dan mengambil ponselnya. Dia sadari saat melihat ponsel, aku panggilan telepon dariku.

Tangannya dengan cepat membuka pesan dan membalasnya.

“Apa yang harus kukatakan nanti dengan Regina ya? Apa benar—benar dia akan menampungku?” gumam Rena. Dia frustasi. Tapi, tidak mungkin kembali ke rumah dulu setelah kejadian semalam.

“Pasti ayah marah dan akan mencari ku ke kampus seperti dia waktu itu minta uang. Kalau begini aku nggak bisa melibatkan Regi. Aku nggak mau dia kenapa-kenapa karena ulahku,” baru saja Rena berpikir tentang kejadian semalam dan akan mempertimbangkan obrolannya nanti.

Tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kemunculan Billy yang berdiri tegak dengan dada terbuka sambil mengenakan handuk di pinggang.

“Astaga!” ucapannya tanpa sadar terlontar dan hidungnya Rena mendadak mimisan.

“Ah, maaf, aku nggak bermaksud!” Dia segera mengelap hidung nya yang keluar darah dan akan bangkit dari ranjang.

Namun, entah drama dari mana, kakinya malah tersandung dan menubruk tubuh Billy.

“Kau! Ternyata bukan hanya matamu yang buta. Otak dan kakimu juga bermasalah!” dengusnya terdengar mengejek, tapi tangannya tidak melepaskan dari pinggang Rena.

“Ish, aku beneran nggak sengaja. Lagipula siapa suruh kau berdiri me 5um seperti itu di hadapanku. Aku ini kan wanita normal. Punya rasa dan nggak buta!” Sahut Rena kecut dan akan mendorongnya.

Namun, tetap saja tangan Billy tidak ingin melepaskan pinggangnya.

Di dalam kamar mandi saja tadi Billy sudah hampir gila. Dia mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar konslet yang terjadi hilang.

Eh ini dia malah disentuh kembali. Rasanya air liur di tenggorokannya ikut basah karena sikap dan perkataan Rena yang terdengar berbeda di telinga Billy.

Ditatap seperti itu membuat Rena tidak nyaman.

“Lepaskan aku, aku juga mau bersih-bersih,” katanya lagi, tapi Billy seperti belum ingin melepaskan dirinya.

“Aku masih belum menghitung hutangmu padaku. Jadi, pastikan kau membayarnya dengan benar tanpa kurang sedikitpun!” dengus Billy kembali dan tubuh Rena tiba-tiba saja di dorong hingga dia kembali ke ranjang.

Itu membuat kaos kebesaran yang dipakainya naik hingga perut. Hingga memperlihatkan aset bawah Rena tanpa sengaja.

Meskipun tertutup. Tapi, Billy bisa melihat jelas, godaan aset itu bukan hanya menantang dirinya.

Tubuh Billy kembali panas dan dia mulai merasakan ada yang mengeras.

“Egh, 514L!” umpat Billy dan dia seperti tamu yang diundang masuk malah mendekati.

Satu kakinya kini menekan tubuh Rena yang akan bangkit. Rena ingin menutupi aset bawahnya tapi, terlambat.

“Tu–tunggu. Kamu mau apa?” Sekarang Rena juga ikut kalang kabut. Tatapan tajam Billy sudah mengintimidasi.

Dia seperti kelinci kecil yang terjebak di sarang serigala buas.

“Jadi, kau sudah memutuskan untuk membayar hutangmu dengan ini?” sergah Billy, tangannya spontan atau memang itu adalah hasrat yang dipendamnya sejak semalam.

Tangan Billy sudah berada di kaki Rena dan sedikit membukanya dengan lebar. Lalu dia mengusap paha Rena.

“Ah, geli. Kamu mau apa?!” bodohnya Rena berkata seperti itu terdengar dia seperti sedang menggoda Billy untuk melakukan hal yang lebih.

“Ini semua karena kamu yang memulainya,” Billy mencengkram rahang Rena hingga kedua mata mereka saling bertatapan, “jadi, karena kamu yang memulainya, aku akan terima sampai puas!” lanjut Billy membuat mata Rena mendelik.

Karena tangan Billy sedang menurunkan kain penghalang tipis milik bagian bawah Rena hingga kain penghalang itu jatuh di lantai.

Satu jarinya mulai menyusup. Membuka perlahan belahan bibir bawah Renata.

Gadis itu seakan pasrah dan tidak memberikan perlawanan. Atau dia juga merasa ada hutang budi yang harus dia balas karena Billy sudah menyelamatkan dirinya.

“Ngghh!” tanpa sadar suara Rena bergumam karena jari Billy sekarang sedang memainkan naik turun di belahan bibir bawahnya.

Lalu Billy memajukan wajahnya. Dia sepertinya juga sudah gregetan dengan bibir merah mungil milik Renata.

“Ah 514L ini benar-benar manis dan aku nggak mau berhenti. Apakah rasanya senikmat dan seenak ini. Pantas saja tuan Axel sudah seperti orang bodoh!”

Umpat Billy lagi di hatinya. Dia benar-benar menikmati dengan rakus bibir merah mungil milik Renata.

Melihat Renata sedikit kehilangan napas, Billy melepaskan perlahan. Dan dia duduk di ranjang kemudian membenarkan posisi Rena hingga duduk di pangkuan. Itu benar-benar tepat dengan posisinya benda miliknya yang sudah mengeras dan berdiri tegak.

Namun, Billy masih sedikit mengangkat tubuhnya agar posisinya benda miliknya tidak memasuki belahan bibir bawah Renata yang sudah basah.

Rena tentunya bukan gadis bodoh dan polos pada umumnya. Dia mengerti. Hasrat yang dirasakan juga sama. Penasaran dan ingin terus mencoba.

Billy mengusap wajah Renata perlahan dengan lembut. Tatapannya sudah sayu. Tubuhnya seperti sudah dalam gelombang yang sangat besar.

“Jangan masuk kesana ya. Kalau yang ini masih boleh!” Kata Rena. Dia tidak menolak malah menyusupkan tangannya Billy ke dalam kaosnya.

Billy tersenyum kecut, “Kau benar-benar kelinci penggoda. Bisa-bisanya membuatku gila seperti ini. Sekali aku yang menyentuh, jangan harap ada laki-laki lain yang menyentuhmu!” Ancam Billy.

Tangannya mulai membuka pengait belakang dan menariknya keluar dari kaos.

Apalagi posisi Billy saat ini sudah sepenuhnya polos. Handuk yang melingkar di pinggang sudah jatuh di lantai. Dan itu membuatnya ingin melihat posisi polos Rena.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience