“Aunty Renata, kenapa Aunty nggak mau ke rumah kami saja,” kata Belinda masih menggenggam tangan Rena.
Sepertinya dia enggan berpisah. Sang ayah hanya diam-diam memperhatikan. Dia tidak banyak bicara saat ini.
“Em, Aunty nggak punya alasan untuk main ke rumah kamu, sayang. Memangnya kamu mau menerima Aunty jadi pengasuh kamu kalau Aunty sedang nggak bekerja,” jawaban tersebut meluncur mulus dari mulut Rena.
Dia memang sedang berpikir mencari pekerjaan lain yang bisa dijadikan tempat tinggal. Rena merasa tidak ingin terlalu membebani ku.
“Daddy dengar kan? Lebih baik Aunty diterima saja jadi pengasuhku,” Belinda menoleh sang ayah dan memegang tangannya.
Rick menatap wajah Renata.
“Ah, umm, bukan maksudnya seperti itu. Saya memang sedang butuh pekerjaan tambahan selain di kafe. Apalagi pekerjaan itu bisa menampung saya tinggal,” meski sedikit ragu. Renata tetap mengutarakan maksudnya.
“Aku nggak keberatan. Asalkan anakku suka. Dan sepertinya anakku memang menyukaimu,” tukas Rick menatap dalam mata Rena.
“Jujur saya memang sedang kesulitan untuk tempat tinggal. Kemarin malam pun saya menginap di tempat teman saya,” kata Rena lagi, Rick kembali melihat wajah Rena.
Dia tidak berkomentar masalah luka yang masih tertinggal di dahinya.
“Ayolah, Dad, biarkan Aunty Rena ikut. Di rumah kan banyak kamar kosong,” tambah Belinda dan gadis kecil itu malah minta di gendong oleh Rena.
“Aku janji akan menurut dan nggak bikin Daddy repot. Selama ada Aunty Rena yang menemani dan menjagaku. Aunty mau kan ikut dengan kami?”
Belinda membenamkan wajahnya di dekapan Rena.
“Jadi barang-barang mu di tinggal di tempat temanmu?” Rena mengangguk saat mendengar ucapannya.
“Kita ambil sekarang, bagaimana? Dan, masalah gaji, kita akan bicarakan setelah kau sampai di rumah,” Rick langsung menyetujui permintaan anaknya.
Selama ini, Rick juga tidak menyangka kalau Belinda akan sangat menurut jika bersama Renata.
“Benarkah? Terima kasih banyak, Tuan Rick. Selain bekerja di cafe, aku juga masih berstatus sebagai mahasiswa. Ini tahun terakhirku. Apa kalian nggak keberatan?”
Rena mengajukan syarat. Setidaknya sebelum menerima pekerjaan lain. Dia juga harus tetap mempertimbangkan tentang kuliahnya.
“Aku nggak keberatan. Kerjamu fleksibel saja. Atau aku akan menawarkan gaji dua lipat dengan yang kamu terima di cafe,” mata Rena membulat mendengar kembali tawaran Rick.
“Tapi, seandainya kamu bisa, kamu berhenti saja dari cafe. Fokus dengan menjaga dan merawat Belinda saja. Urusan tempat tinggal dan makan kamu, kami yang tanggung,” Rena benar-benar tidak percaya.
Disaat kondisinya terjepit seperti ini malah dipermudah dengan mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik.
Dia hanya perlu merawat Belinda dan tetap bisa fokus dengan kuliahnya.
Setidaknya tawaran baru pekerjaan itu benar-benar bisa menghidupi nya. Dia masih bisa berhemat tanpa harus memikirkan sewa rumah, makan dan lainnya.
“Baiklah saya setuju, Tuan. Saya benar-benar berterima kasih. Tuan sudah mau membantu saya,” kata Rena tulus.
Rick tidak memberikan komentar, hanya masih menatap kedekatan anaknya dengan Renata.
“Saya akan memberitahu teman saya saat dia menjemput dan akan mengambil barang-barang saya!” kata Rena memberitahukan dan suara ponselmu berbunyi.
“Iya, Regi. Kamu bisa tunggu aku di trotoar sebelah …,” Rena memberitahu, Belinda turun perlahan dari gendongan dan menggandeng tangan Rena.
Rick menarik tangan Rena setelah memasukkan ponselnya.
“Kau ikut dengan mobil kami saja. Biar kita mengikuti dari belakang,” Rena mengangguk. Dan mengikuti Rena dari belakang.
Aku melihat Rena mendekati mobil dan mengetuk kaca. Aku ingin membuka pintu tapi, ditahan Rena. Dia menyuruhku menurunkan kacanya.
“Regi, maaf, sepertinya malam ini aku nggak jadi menginap di tempatmu!” kata Rena dan membuat Billy menoleh juga saat mendengar ucapannya.
“Apa maksudnya? Aku nggak ngerti!” Aku merasa cemas karena takut ayah jahatnya mencari dan memberikan ancaman.
“Tenanglah, aku nggak apa-apa. Sekarang, aku mau mengambil barang-barangku saja. Dan maaf, aku nggak bisa nemenin kamu dulu untuk hari ini,” kata Rena lagi semakin membuat wajah Billy suram.
Axel meliriknya. Dia tahu, Billy sedang kesal mendengar ucapan teman istrinya itu.
“Masuklah, kita ngobrol di mobil saja,” kataku meski sedikit bingung, aku mencoba mengerti.
Aku juga tidak bisa terlalu jauh ikut campur. Asalkan tidak ada hal buruk yang menimpa Rena. Aku tetap akan mendukungnya.
“Tuan Rick menunggu aku di mobil. Aku akan mengikuti mobilmu dari belakang,” kata Rena, setelah memberitahukan, dia berbalik dan pergi tanpa mendengar ucapanku.
“Ya ampun, rupanya si Rick itu gercep juga. Dia sangat mengerti kondisi Rena,” ucapku tanpa sadar.
Billy yang di depan setir semakin kacau. Otaknya tidak sinkron. Hatinya semakin meledak.
Dia ingin sekali turun dan mengejar Rena. Namun, dia tidak bisa bertindak gegabah.
Dia merasa harus menuntut hutang pada Renata secepatnya.
“Kau akan menyetujui nya? Bahkan kau belum tahu apa laki-laki itu baik,” dengus Axel sepertinya dia mewakili Billy berbicara.
“Aku rasa si Rick itu bukan orang jahat, Xel. Dia memang berniat membantu,” cetusku.
“Darimana kau tahu dia membantu. Mungkin saja, dia sedang menjebak temanmu,” tambah Axel seolah kembali mewakili Billy lagi yang berbicara.
“Aku rasa dia memang dimanfaatkan!” jawabku dan membuat telinga Billy yang sedang menyetir terbakar.
“Um, maksudku, dia memanfaatkan anaknya. Sepertinya, anak si Rick itu sangat menyukai Rena. Nggak ada salahnya mencoba kan, sayang. Biarkan temanku juga berbahagia dengan pilihannya, Awww!!” jeritku.
Aku kaget mobil berhenti mendadak. Dan, Axel tahu, Billy sedang ingin meluapkan kemarahannya.
“Hiss, ada apa sih ikan julung-julung? Kau ini mengagetkan ku saja. Kalau berhenti pelan-pelan dong!”
Aku protes sambil memukul bangku di depan.
“Maafkan saya, Nyonya Regi. Tadi saya melihat kucing nakal menyebrang!” Billy terdengar sedang mencari-cari alasan.
“Huh, kucing. Yang benar saja. Mana ada di tempat seperti ini. Ayo lanjutkan jalannya!” rutuk ku kesal.
Untungnya aku tidak terluka. Aku hanya menunjukkan wajah cemberut persis kukusan butut.
“Apa perlu aku temani untuk membantumu mengangkat barang-barang mu?” tawar Rick saat mobil mereka sudah berhenti di apartemen Axel.
“Sebenarnya bukan barang-barang. Saya hanya membawa satu tas baju saja. Ini karena mendadak semalam yang saya bawa seperlunya saja. Jadi, saya rasa nggak perlu dibantu,” Rena berterima kasih mendapatkan bantuan yang tulus.
“Baiklah, kami akan tunggu disini,” kata Rick.
“Iya, Aunty, jangan lama-lama. Aku dan Daddy akan menunggumu disini,” Belinda mengucapkan kata yang tulus sebelum Renata turun dari mobilnya.
Rena baru akan membuka pintu mobil, Rick menarik tangannya lagi.
Rena menoleh, “Berikan nomormu. Aku akan menghubungimu kalau memang terlalu lama,” pinta Rick.
Karena Rena memang belum memiliki nomor telepon nya. Dia segera mengeluarkan ponsel dan memberikan nomornya.
“Itu nomorku!” Rick langsung mengirimi nya pesan.
“Um, saya nggak akan lama kok!” ucap Rena membuka pintu mobil dan melihatku sudah menunggu di depan mobil Axel.
Share this novel