Terbakar Cemburu

Romance Completed 1318

“Aku nggak akan membiarkan semuanya itu terjadi, Ma! Wanita murahan dan anaknya itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Mama tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada bersama mama,” kata Minna memberikan dukungan pada ibunya.

“Kita tidak bisa memantau papamu. Tapi, mama sudah tahu tempat tinggalnya. Jadi, kita hanya perlu menyergap ke sana dan memberikan wanita itu hukuman yang setimpal!” Tambah Marta dan disetujui oleh Minna.

“Tapi, dibandingkan dengan itu sekarang, aku sedang mencemaskan Nick. Hari ini dia belum menghubungiku, aku yakin dia masih mengharap Kakak bodohku itu!”

Mina mengeluarkan unek-uneknya. Dia merasa sudah tidak tahan oleh Nicholas.

“Mama tidak menyangka kalau Nick seperti itu. Bisa-bisanya dia menutupi sikap kasar dan arogannya. Kalau mama tahu dia seperti itu, sejak dulu kalian dekat Mama akan melarangnya,” Martha tampak menyesali hubungan Nicholas dan anaknya.

“Aku juga nggak ngerti kenapa dia bisa berubah seperti itu. Alasannya hanya karena Kakak bodohku sudah berubah. Aku juga tidak menyangka kalau perubahannya akan se drastis ini.”

“Iya bahkan sudah menikah dengan Axel. Membuat mereka berpisah adalah cara yang tepat agar Nicholas tidak melampiaskan amarahnya padaku,” kata Minna lagi.

“Kalau dia tidak bisa diajak bicara baik-baik, sebaiknya kita ambil langkah menjebak. Bagaimanapun caranya, yang utama saat ini memberikan wanita licik yang merebut papamu dikasih pelajaran!”

Martha sudah tidak sabar, dia memutar setir dan kembali menuju tempat tinggal di mana suami dan wanita simpanan itu berada.

Martha yakin suaminya itu berada di sana. Meskipun terluka parah tidak mungkin dia akan berlama-lama di rumah sakit.

Tepat saat mobil Martha tiba, dia melihat mobil suaminya memasuki parkiran rumah tersebut.

Minna baru saja menyaksikan kalau ayah yang selama ini dianggapnya paling baik, setia, jujur juga menyayangi ibu dan dirinya saat ini sedang membukakan pintu untuk wanita lain.

Ayahnya terlihat sigap membantu wanita itu turun. Dan di sebelah wanita itu, Minna melihat seorang gadis kecil.

“Mama, papa benar-benar berselingkuh! Bagaimana bisa seperti itu? Apa itu masih papaku?” Minna mengerat kan gigi. Dia juga terlihat tidak sabar dan ingin keluar dari mobil.

“Tunggu sebentar, kita harus melakukan persiapan. Mama ingin membunuh wanita itu dengan tangan Mama sendiri. Mama nggak akan membiarkan papamu menelantarkan kita,” geram Martha berkata pada anak kesayangannya.

“Kalau wanita dan anak itu lenyap. Papa akan kembali pada kita, Ma. Papa akan bersatu lagi bersama kita. Kita ini adalah keluarga bahagia. Papa nggak bisa melakukan itu padaku,” Minna semakin geram.

Dia merasa keluarganya sejak dulu memang hidup dengan bahagia.

“Untuk saat ini kamu hanya perlu tahu ini dulu sayang. Kita harus menyusun rencana untuk melenyapkan wanita tersebut. Mama benar-benar tidak ingin posisi yang sudah selama ini Mama jaga digantikan oleh wanita licik itu!”

Martha masih saja merasa dirinya benar. Dia merasa tidak pernah melakukan kesalahan.

“Jadi, rencana Mama saat ini hanya untuk mengawasinya dulu?” Tanya Minna.

“Sepertinya, kita juga tidak boleh dicurigai oleh papamu. Papamu harus tahu jika ada yang menimpa dengan wanita 514L 4N itu, setidaknya papamu tidak menyalahkan kita!”

Minna manggut-manggut dan memahami apa tujuan ibunya. Dia juga tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan.

Mobil akhirnya berputar Kembali ke rumah. Martha juga harus memikirkan apa yang harus dia lakukan di rumah untuk mengendalikan diriku.

***

“Um, kamu sudah selesai, Ren?” Kataku sedang menjawab telepon dari Rena.

Axel melirik. Billy mendelik dan telinganya kembali mendengarkan apa yang harus dia dengar.

“Iya, baiklah. Aku akan kesan!” kataku lagi mengakhiri panggilan di telepon.

“Mau kemana setelah ini, sayang?”

Axel mengusap rambutku. Bertanya dengan lembut.

“Aku mau menjemput Rena. Kita kan memang sudah janjian mau berbelanja hari ini. Aku suntuk dan ingin sedikit menghambur uang,” kataku sambil menunjukkan sederet gigi ku yang putih.

Axel merogoh saku dan mengeluarkan kembali kartu hitamnya.

“Seharusnya ini nggak perlu kamu kembalikan. Anggap saja disini adalah yang jajan kamu,” kata Axel memberikan kartunya.

“Cih, kau meremehkan aku? Aku kan nggak semiskin itu!” kataku, tapi tetap menerima kartunya.

“Aku nggak peduli. Mau kamu punya uang ataupun tidak ini adalah tanggung jawab. Apalagi sekarang, aku sudah menjadi suamimu. Sah ya. Bukan hanya sekedar pura-pura, Aku ingin menjalankan semua kewajiban juga tanggung jawabku.”

Perkataan Axel membuat hatiku adem dan tenang. Kata-kata ini tidak pernah aku dapatkan dari mulut Nicholas.

Nicholas hanya menginginkan uang dan jabatan. Di kehidupan lalu pun dia hanya menyeretku untuk masalah jabatan dan meminta uang.

Bahkan kebutuhan yang bukan untukku. Melainkan menyenangkan Minna, ibunya dan tentu saja kolaborasi dari papaku.

Aku memeluknya dengan erat. Perasaan ini sangat hangat. Aku benar-benar beruntung.

Ada kehidupan kedua aku, setidaknya aku sudah memperbaiki suamiku.

Aku bukan lagi istri dari Nicholas. Melainkan dari Axel Witsel Witzlem. Selamanya hanya nama itu yang menjadi sebutan untukku.

“Malam ini kita pulang ke apartemen saja. Aku bukan tidak suka dengan kediamanmu. Tapi, aku lebih nyaman membawamu di wilayah yang aku kuasai,” kata Axel. Aku menarik tubuhku dan menatapnya.

“Iya, aku nggak akan menolak. Tapi, kalau aku nggak pulang ke rumah, bagaimana aku menampung Renata. Aku sudah berjanji akan melindunginya,” kataku sedikit ragu, tapi aku memang tidak ingin menyembunyikan apapun.

Rena memang harus aku berikan jaminan perlindungan. Setidaknya, asal dia masih bersama denganku, ancaman ayahnya yang pemabuk dan penjudi juga terhindar.

“Tenang saja, kita pasti bisa melindunginya. Kamu nggak perlu khawatir!” kata Axel.

“Um, terima kasih banyak, Xel. Kamu benar-benar sudah memperlakukan aku dengan sangat baik. Aku benar-benar beruntung bisa mengenalmu!”

Aku sedikit sentimentil. Tiba-tiba saja mataku terharu.

“Bukan kamu yang beruntung. Tapi, aku. Aku sudah berjanji akan melindungi dan menjagamu dengan mempertaruhkan segalanya. Apapun, asal kamu bisa berbahagia, akan aku lakukan!”

Lagi Dan Lagi perkataan Axel membuat aku terharu. Dia benar-benar tulus mencintaiku. Aku dulu memang yang buta.

Kalau saja dulu aku tidak dikendalikan dan bodoh, mungkin saja kehidupan laluku tidak akan berakhir se tragis itu.

“Ayo kita jemput temanmu. Kita tidak boleh terlalu lama meninggalkan temanmu dengan laki-laki itu,” kata Axel lagi.

Diam-diam dia melirik Billy. Wajahnya terlihat suram dan kesal. Axel tersenyum. Akhirnya dia bisa tahu kalau orang kepercayaannya itu bisa mengeluarkan ekspresi seperti itu.

“Cih, kau rasakan sekarang, Billy. Dulu kau selalu mengejek. Sekarang kau tahu kan rasanya terbakar tapi tidak ada api!” dengus Axel di dalam hati.

Dia tahu, Billy sedang terbakar cemburu.

Aku bangkit dari duduk tanpa menyadari apapun yang sedang digetarkan oleh hati Billy.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience