Hal Seru

Romance Completed 1318

Tapi, ini semua tidak ada dalam rangkaian cerita laluku. Urutan ini sepertinya teracak karena aku yang mengubah segalanya.

Jangan bilang, kali ini pun ada rancangan dari mantan suami bodohku itu. Aku tidak menyangka kalau dia akan melakukan hal bodoh yang sama.

Mungkin saja dia masih berpikir, aku masih mudah ditipu dan akan luluh setelah mendapatkan serangan kejutan seperti ini.

Padahal aku baru saja senang karena memberikan pesan singkat pada Axel untuk segera menjemput. Tidak menyangka akan ada si bodoh itu yang mencegal jalanku.

“Ada apa? Kalian menghalangi jalanku,” kataku tidak gentar sama sekali. Ini pasti diluar dugaan mantan suami bodohku itu kalau memang dia sedang mengawasiku.

“Xoxoxo, sepertinya gadis cantik ini tidak takut sekali sama kita,” seringai salah satu dari mereka. Dia terlihat tidak senang melihat reaksiku.

Aku mengabaikan dan lebih memilih jalan ingin melewati mereka, namun sepertinya itu tidak semudah yang aku bayangkan. Mereka tetap menjegalku.

Mantan suami bodohku pasti sudah menyuruh mereka untuk melakukan segala cara agar membuatku takut juga bertekuk lutut.

“Aarrgghh!” tanganku tercekat karena salah satu dari mereka mencengkramnya. Itu dilakukan bukan dengan orang yang berbicara meremehkanku tadi.

“Sombong sekali, memang gadis kaya raya itu sedikit berbeda, Carlos. Dia itu memang harus diberikan ekstra pelayan spesial,” kata pria berambut tidak beraturan, rahangnya mengeras karena aku mengabaikan mereka.

Mereka sudah saling memberikan kode untuk membawaku ketempat yang lebih sepi.

Situasinya akan berbeda kalau aku mulai mengeluarkan suara ataupun teriakan yang akan mengundang seseorang datang. Tapi, aku sengaja tidak melakukan itu. Aku ingin tahu sejauh mana mantan suami bodohku itu berencana.

“Lepaskan aku!” aku mencoba mendesis dan meronta.

Bagaimanapun agar sandiwara itu terlihat lebih seru dan nyata harus ada sikap dramatis yang aku buat. Aku tetap harus terlihat lemah dan membutuhkan bantuan seseorang.

“Ikutlah dengan kami dulu gadis cantik, kami ingin memberikan sesuatu yang spesial untukmu,” kata seorang pria lain yang berbisik seolah memberikan ancaman jangan sampai aku berteriak.

“Lepaskan, aku gak mau ikut. Lepaskan!” kataku lagi dengan sedikit perlawan yang terlihat nyata. Agar mereka tetap merasa aku ketakutan.

Aku harus membuat sang mantan suami terlihat berhasil dengan rencananya dong. Kalau aku tidak melakukannya, mana akan ada hal seru lainnya.

Aku tidak boleh merusak rencananya.

Aku terseret secara tidak sengaja oleh mereka. Tiga orang itu terus membawaku ke arah lorong sudut jalan yang tidak terlihat orang-orang.

Bruk!

Mereka mendorong tubuhku dengan kasar hingga buket bunga yang kupegang jatuh di lorong gelap itu.

Tembok dingin sedikit menyentuh lengan belakangku. Ada bau sedikit tidak menyedapkan dari air yang keluar.

Aku sedikit menggigil. Meskipun ada keberanian melawan, tapi dari jumlah aku tetap akan kalah.

Aku harus tetap tenang. Meskipun aku sebenarnya kesal, buket bunga Lily yang aku siapkan untuk Axel malah hancur berantakan.

“Brizz, Carlos, apa sebaiknya kita melakukannya disini saja? Tempat ini cukup strategis dan jarang dilewati orang!” kata pria lain yang bertubuh agak sedikit gendut.

“Rupanya kau sudah tidak tahan, Dave. Hehehe … sebaiknya dari mana kita memulainya? Kamu mau pilih bagian yang mana?” kata pria pertama kali, aku yakin itu yang dipanggil Carlos tadi.

Mereka seperti sedang membagi-bagi makanan yang akan mereka santap.

Benar-benar menyebalkan. Mereka pikir aku ini makanannya?

Tanganku terkepal dan maju, “Ada apa? Kau ini benar—benar gadis pemberani ya? Memangnya kamu sanggup melawan kami,” dengkus pria yang di samping pria yang bernama Carlos tadi.

“Apa yang kalian inginkan? Uang? Aku bisa memberikannya lebih banyak!” tawarku. Aku masih yakin bisa merubah segalanya dengan uang.

“Sayangnya kami gak perlu uang,” jawab pria yang bertubuh gendut tadi.

Aku mengerutkan kening. Sepertinya ini bukan rencana mantan suami bodohku itu.

“Ayolah, jangan banyak basa—basi lagi,” pria yang dipanggil Brizz tampak tidak sabar.

Mereka tiba—tiba mengarahkan kepada kedua tanganku. Kiri dan kanan mereka mencengkram dengan erat. Aku sedikit kehilangan keseimbangan.

Ugh, 5 1 4 L kalau seperti ini terus, aku juga tidak akan tahan.

Aku sedang berpikir untuk meloloskan diri.

Tapi, tiba-tiba saja tubuhku didorong sedikit keras hingga membentur tembok lorong tersebut.

“Argh!! Lepaskan, jangan lakukan apapun padaku atau aku akan berteriak!” ucapku memberikan penekanan pada mereka, mereka juga harus melihat aku sudah ikut dalam permainan tersebut.

“Kenapa? Apa kau sudah mulai takut? Tadi saja bersikap sombong, sekarang, rasakan!” cercanya dan,

Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipiku. Rasanya sedikit terbakar dan terkejut. Kali ini aku merasakan lagi Dejavu, saat mantan suami bodohku sedang menamparku berulang kali.

Saat tubuhku sudah tidak dapat merasakan apapun. Dia menamparku juga menendangku.

Aku mendelik menatap mereka satu per satu.

“Dasar gadis kaya sombong dan kurang ajar, sudah seperti ini saja kau masih berani berlagak. Sepertinya kami masih terlalu baik padamu,” kata Carlos, dia terlihat lebih emosional dibanding dua temannya.

Aku menyunggingkan senyuman mengejek.

Brizz menjadi emosi, “Lihat, lihat, Carlos, Dave, dia … dia … benar-benar mengejek kita,” mereka pun membulat dengan lebar dan bersikap kembali akan memberikan aku tamparan.

Namun, kali ini aku melihat mereka sedikit lengah dan,

Bugh! Krakk!!

Aku menendang salah satu benda istimewa milik mereka yang berbadan gendut.

“Argghh!!” jeritnya melengking karena tepat mengenai sasaran.

Carlos segera membantu Dave berdiri dan aku segera mencari kesempatan untuk kabur.

“Arghh!!” kali ini aku yang menjerit, tiba-tiba saja rambutku dijambak dari belakang, “Lepaskan, lepaskan, argh!” rintih ku mencoba menggapai tangan orang tersebut.

Disaat aku sedang fokus memberikan perlawanan, aku mendengar suara seseorang berteriak, “Hei, sedang apa kalian? Apa yang sedang kalian lakukan?” teriaknya seolah terkejut dan mendekat ke arahku.

Ya … benar, akhirnya si pemeran utama laki-laki datang untuk menyelamatkan wanitanya.

“Siapa kau, jangan ikut campur urusan kami. Lebih baik kau pergi!” kata Brizz seolah memberikan tekanan yang menakutkan.

“Kalian yang siapa dan siapa itu?” kata si pemeran utama laki-laki yang sudah pasti dialah dalang dari sandiwara yang sedang dimainkan ini.

“Ah ya ampun, Re–Re—Regina, kamu ah, lepaskan dia. Jangan sakiti dia,” kata Nicholas yang terlihat panik dan seolah memberikan aura penekanan seorang pahlawan super Hero.

Apa kubilang, ini jadi terlihat lebih seru kan. Kita lihat lagi, sejauh mana dia akan berakting.

Aku menaikkan sudut bibirku dengan kecut. Kali ini aku gak akan menunjukkan sikap takutku seperti di kehidupan lalu.

Aku yang dulu saat melihat Nick datang langsung berteriak dan meminta diselamatkan. Aku menangis dan melihat aksi Nick menghajar penjahat satu per satu membuat aku benar-benar percaya kalau dia sangat mencintaiku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience