Melampiaskan Kekesalan

Romance Completed 1318

“Sudah jangan cerita yang sedih lagi. Aku ingin lihat lukamu,” kataku menyentuh bagian dahi, pipi dan leher Rena.

“Ini pasti sangat sakit kan?” Hatiku nyes lagi. Benar-benar tidak tega melihatnya.

“Aku sudah nggak apa-apa, Regi. Ini hal biasa. Jadi, kamu nggak perlu khawatir!” Rena sedang menenangkan diriku. Menyentuh lengan tanganku dengan lembut.

Benar-benar meyakinkan diriku, seolah itu hal biasa yang sering dia terima. Persis seperti diriku yang dulu.

“Pokoknya, kamu harus cerita dan mengabariku. Aku nggak mau ada hal buruk terjadi padamu. Kalau kamu mendapatkan perlakuan seperti ini, aku mohon, Rena, kamu harus cepat mengabariku.”

Sama halnya dengan Rena, aku juga menegaskan posisiku. Aku nggak main-main. Aku serius mengulurkan bantuan untuk nya.

“Iya, iya, aku janji. Aku nggak akan bohong lagi. Aku akan ceritakan apapun yang terjadi padaku, eum?!” Rena menunjukkan jari kelingking untuk mengait janji denganku.

“Baiklah. Janji, nggak boleh bohong lagi. Kamu harus menceritakan semua padaku,” aku mengait kelingking Rena dengan erat dan tersenyum.

“Lalu, apa saja yang kamu lakukan saat menginap semalaman!”

Bumm! Mendengar pertanyaan Rena, aku spontan memalingkan wajah.

Senyum di wajahku sirna.

“Yah, aku hanya menginap. Kebetulan sudah sangat malam. Axel nggak izinkan aku pulang,” aku menggaruk kepala sambil menjawab pertanyaan Rena.

“Sepertinya semalam belum cukup larut kalau kamu langsung pulang ke rumah,” Rena masih menatapku penuh curiga.

“Ah emm itu ….”

“Lalu kenapa kamu berbohong tentang tugas kelompok?” Rena masih memburuku dengan pertanyaan.

“Kalau itu sebenarnya spontan saja. Sebenarnya, Axel memang sedang memberikan aku hukuman. Itu karena aku sebelumnya janji makan siang dengannya. Hanya saja aku sedikit bermain-main dengan Nick!” jawabku sedikit kecut saat ingin menceritakan kejadian kemarin siang.

“Maksudnya? Kamu masih mencintai Nick?” sergah Rena.

“Ey-yeah! Nggak seperti itu ceritanya. Sepulang kampus aku ingin memberikan kejutan untuk Axel. Aku membeli bunga dan dasi. Tapi, saat Axel ingin menjemput, aku malah di bawa tiga orang laki-laki!” jelas ku menceritakan kejadian kemarin siang.

“Ti-tiga orang? Maksudmu? Kamu di culik? Astaga, Regi! Kamu nggak apa-apa kan?!”

“Sebenarnya nggak seperti itu sih ceritanya. Aku ini memang sengaja ikut mereka untuk meladeni mereka main-main. Ternyata, sepertinya itu jebakan dari Nick!”

Kataku yang tidak mungkin menceritakan semua kalau aku pernah mengalami hal tersebut di masa laluku.

“Ya ampun, itu bukan main-main namanya. Itu cari mati. Pantas saja Axel ingin memberikan hukuman. Aku yang dengar saja kesal!” Rena sepertinya tidak setuju dengan sikapku kemarin.

“Ya, karena itulah, Axel ingin membawaku ke apartemen nya. Jadi, aku mencari alasan ingin mengerjakan tugas denganmu.”

“Ternyata, kamu malah jadi seperti ini karena aku yang menahanmu untuk pulang. Seharusnya aku nggak keras kepala melibatkan dirimu.”

“Maafkan aku ya, Rena. Aku benar-benar nggak sengaja melakukannya,” Aku merasa bersalah dan ikut andil. Kalau semalam Rena pulang lebih cepat. Ini semua gak terjadi padanya.

“Hah, ini bukan salahmu. Tanpa kamu menahanku. Kalau papaku pulang ke rumah pasti dia akan memukuliku. Jadi, aku sudah biasa. Hanya saja, kalau semalam aku pulang sesuai waktu, aku akan memakai riasan biasa ku,” kata Rena.

Tapi, aku memang tidak melihat dia menyesal atau menyalahkan diriku.

“Ya sudah nggak perlu dibahas lagi ya. Pokoknya habis makan kita keluar ya. Kita belanja baju,” kataku sedang mengambil salah satu kotak dari makanan yang sudah aku pesan tadi.

“Tapi, beneran nggak apa-apa kita belanja?” Rena masih sedikit ragu.

“Tenang saja. Subsidi kita banyak kok?” Aku mengeluarkan kartu hitam pemberian Axel.

“Wah, hebat sekali. Enak ya dekat dengan orang kaya. Aku jadi mau. Eh, menurut mu, Tuan Rick cocok nggak sama aku,” kata Rena, sepertinya dia sedang berkhayal.

“Kalau dia bukan duda dan punya anak. Aku setuju. Kalau dia seperti itu, lebih baik kamu cari yang lain. Memangnya kamu sudah siap mengurus anak atau menjadi ibu rumah tangga? Kalau aku sih, nggak mau ya!” tegas ku.

“Sekarang aku lebih memilih kebahagiaan dengan orang yang mencintaiku. Aku nggak mau lagi bucin karena cinta!” tambahku lagi.

“Kamu sih enak, udah dapat orangnya. Kalau aku, sepertinya masih harus mencari,” kata Rena menarik napas panjang.

Dan kami sudah berada di dalam taksi online. Membawa kami untuk menghibur diri.

“Yang ini model nya lucu,” kataku sedang memilih baju untuk Rena.

“Aku nggak perlu. Kamu saja yang belanja.

“Eh, nggak gitu. Pokoknya, aku nanti mau bilang Axel, apartemennya biar kita jadikan tempat berkumpul. Dan kamu nggak usah khawatir untuk barang-barang. Kita akan simpan di tempat Axel!”

Aku tiba-tiba meluncur ide. Karena aku ingin tetap terus dekat bersama dengan Axel.

“Memangnya dia akan izinkan?”

“Nggak diizinkan pun, aku pasti paksa, hahahaha!” kataku setelah tanganku tanpa sadar memilih beberapa baju dan gaun.

Meski model berbeda. Karena tubuhku dengan Rena hampir setipe, aku jadi bisa dengan mudah memilihnya.

“Regina! Rupanya kamu disini? Hah! Telepon aku nggak diangkat?”

Aku terkejut. Saat keluar toko dan berencana membeli tas dan aksesoris lainnya.

Tangan Nick menarikku.

“Iya, kak Regina, kenapa kakak nggak pulang ke rumah. Kami di rumah khawatir banget,” ucap si ulet Keket Minna pura-pura menunjukkan wajah sedihnya.

Dia keki karena melihat barang belanjaan yang kubawa di tanganku.

“Huh, dia enak-enak belanja sama si orang miskin, jelek dan bodoh ini. Dia benar-benar melupakan ku,” batin Minna ketus.

“Lepas. Sakit tauk!” Aku menghempaskan tangan Nick.

“Aku nggak mau tau, pokoknya kamu sekarang harus pulang. Kita harus bicara dan menyelesaikan masalah kita!” tarik Nick lagi dengan kasar.

Rena berusaha menolong tapi, dicegah oleh Minna. Dia di tampar dan di dorong kasar oleh Minna.

Aku terus mencoba melawan. Entah kenapa tenaga Nick dan Minna menjadi lebih kuat. Atau karena dia ingin melampiaskan kekesalannya padaku. Sehingga energinya menjadi besar.

“Rena, tolong cari Axel! Tolong, Rena! Agh. Lepaskan!” Teriak dan rontaku, tapi kekuatan mereka lebih besar.

Barang yang dibeli berceceran. Rena memungut dan segera berlari mencari bantuan Axel.

Untungnya aku sudah memberitahukan nama perusahaan Axel. Jadi, Rena hanya perlu ke perusahaan nya.

Saat taksi Rena berhenti di depan perusahaan Axel, Rena bergegas turun.

Itu bertepatan dengan Axel yang keluar kantor dan sedang menelpon ku.

Rena berlari menghampiri Axel.

“Tolong, Regi, uhuk uhuk!” Rena berhenti sambil memegangi pinggangnya.

Billy menatap Rena. Dia benar-benar terkejut saat gadis itu tidak memakai topi dan jaket tebalnya.

Karena aku melarangnya. Jelas dia melihat semua luka yang ada di tubuh Rena. Gigi dan tangannya tiba-tiba terkerat. Dia seolah kesal dengan apa yang dilihatnya.

Axel masih menatapnya.

“Regi, Regi di bawa pergi paksa oleh mantan pacarnya. Aku ….”

Belum sempat dia melanjutkan ucapan, Axel membuka pintu mobil dan membantingnya dengan kasar.

Rena keheranan. Tapi, dia juga terkejut saat tangannya di seret masuk mobil dengan kasar oleh Billy.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience