“Ahh!” Rena tersentak.
Tubuhnya bergetar dan dia membekap mulut.
Pengalaman pertama bercampur aduk. Dia benar-benar bingung antara ingin menolak atau meneruskan.
Rasa penasaran menggelayut. Laki-laki itu belum memberikan jaminan pasti padanya. Hanya meminta jaminan padanya.
“Ah ya ampun, apa yang harus aku lakukan, ini ini ahh umm!” Batin Rena bergejolak.
Ingin meronta dan mendorong tubuh Billy. Tapi, laki-laki itu sudah gencar menyerangnya.
Lidah Billy sangat lincah bermain disana. Rena bergerak hampir gila mengikuti gerakan lidah Billy.
Bahkan tanpa disuruh, pinggulnya malah ikut dan kedua kakinya semakin melebar.
Billy mengangkat kepala sesaat dan melihat wajah Rena yang memerah.
Dia tahu, gadis yang sedang dipaksanya itu secara tidak langsung sedang ditahap tidak bisa menolaknya.
“Jangan ditahan, keluarkan saja, sayang!” Rena mendelik ketika Billy memanggilnya dengan sebutan sayang.
“Bi–Billy, ka kamu benar-benar gila agh agh eghh!!” lenguh Rena menggigit bibirnya.
Pikirannya sudah kacau.
Dia sudah benar-benar tidak bisa menolak semua sentuhan dari lidah Billy dibawah sana.
Dia malah tersenyum, “Ssst, aku tahu, kamu juga suka dan menginginkan bukan!” serang Billy.
Kata-katanya tepat sasaran. Meski berhenti dengan lidah. Tangannya masih serius menggerakkan di bawah sana.
“Jadi, hari ini aku meminta semuanya lunas. Kamu harus memberikan segalanya. Dan, aku harus memastikan, kamu hanya akan menjadi milikku!” tegas Billy berkata.
Tangan satunya sedang mengurut benda miliknya yang sudah semakin keras dan tidak sabar masuk ke dalam milik Renata.
Renata menggeleng, tapi kemudian Billy menarik jarinya sambil tersenyum, “Ini sudah benar-benar basah, sayangg. Kamu sudah siap aku masuki sekarang!” Billy berkata dan dia bersiap dengan benda miliknya.
Dia menggeseknya perlahan, mencari posisi pas saat masuk ke dalam lubang tersebut.
“Emm … ja ja ahhhh!!” Rena mengangkat bokong nya sedikit saat Billy memasukan nya sedikit kasar.
Dia mencengkram lengan Billy dan Billy merasa Rena menancapkan kuku-kuku nya disana.
“Sa– kit!” Rena merasa sakit yang dalam dan air matanya keluar secara perlahan.
“Maaf, aku terlalu bersemangat. Aku akan pelan-pelan,” Billy belum menggerakkan benda miliknya. Dia memajukan perlahan tubuh dan melumat bibir mungil Rena.
Membiarkan gadis itu rileks agar tidak terlalu tegang.
Bibirnya di makan sampai habis. Billy sengaja dengan permainan membelit lidah agar gadis itu sedikit hilang fokus dan tidak merasakan sakit di bawah sana saat dia bergerak sedikit demi sedikit.
“Ummm umm umm!” meskipun gerakannya pelan, tetap saja terasa perih dan beberapa gesekan disana sudah membuat pertahanan Rena robek.
Billy menghentikan saat dia merasa ada cairan hangat keluar dari sana. Dia melirik dan ternyata sesuai dengan dugaan, warna merah itu sudah menjadi pertanda, Billy yang pertama memilikinya.
Billy tetap membelit lidah Rena dan terus memompa nya perlahan naik turun.
Melepaskan sesaat dia sudah melihat Rena sedikit rileks dengan gerakannya.
“Sudah lebih baik?” Billy meneliti wajah Rena. Wajahnya sudah terlihat menikmati.
Ditanya dia hanya mengangguk dengan pelan.
“Kamu benar-benar enak dan sempit. Aku sangat menyukainya,” suara Billy yang serak berpacu dengan napasnya yang memburu.
“Ah ah hmm ah!” lenguh Rena, wajahnya semakin memerah meskipun tidak menjawab pernyataan Billy tadi.
“Aku akan lebih cepat sedikit, biar kamu bisa istirahat dulu sebentar,” kata Billy men interupsi.
Lagi Rena hanya mengangguk dan tidak dapat menolak.
Hingga hanya hitungan beberapa menit. Gerakan Billy dipercepat dan Billy merasakan ingin mengeluarkan cairan miliknya.
“Aku akan keluarkan di dalam!” ucapnya lagi, seperti dijebak lagi Rena hanya mengangguk dan itu membuat Billy tersenyum puas.
“Jangan harap kau bisa dekat dengan laki-laki itu lagi setelah aku melakukan ini,” dengus Billy saat dia menghentakkan dengan cepat dan detik kemudian dia mengeluarkan cairan miliknya di dalam milik Rena, berbarengan, Billy juga merasakan cairan Rena membasahi miliknya.
Tubuh Billy menghimpit tubuh Rena dan dia sedikit bergetar merubah posisi agar bisa memeluk tubuh Rena.
“Dengarkan aku, mulai hari ini, aku tidak mengizinkan kamu untuk bekerja di tempat laki-laki itu, mengerti!” ucapnya menarik wajah Rena yang tertunduk malu.
“Aku ….”
“Ssstt!! Aku tidak suka dibantah. Karena aku sudah memasuki mu, aku akan bertanggung jawab penuh. Kamu tidak akan bisa jauh-jauh dariku!” ucap Billy tegas dan memberikan keseriusan.
Tatapan terus meminta Rena untuk menyetujui.
Rena meng krejep pelan. Meskipun, dia masih sedikit bingung dengan perkataan yang diucapkan Billy.
Dia masih merasa, Billy melakukan itu karena sedang menagih hutang terima kasih karena pertolongan malam itu.
Rena berpikir, jika tidak dengan Billy pun, mungkin saja nasibnya akan tetap berakhir sama.
Apalagi dengan sifat ayahnya yang seperti itu. Kemungkinan itu cepat atau lambat hal seperti ini akan dialaminya.
“Istirahatlah sebentar, aku akan membersihkan diri dulu,” kata Billy mengakhiri ucapannya. Dia mengecup kening Rena dan beranjak dari ranjangnya.
Dilirik sekilas, sprei putihnya meninggalkan warna kebanggaan. Dia ingin memamerkan hal tersebut.
Tanpa ragu dia mengambil ponselnya di samping lalu memfoto warna kebanggaan tersebut dan mengirimkan pada seseorang.
“Dasar gila. Dia benar-benar melakukannya!” cerca Axel saat mendapatkan pesan dari Billy.
Dia melihat foto yang dikirim oleh Billy sambil menarik sudut bibirnya kecut.
“Ada apa, sayang?” Kataku meliriknya, aku berada dalam pelukannya.
“Kita turun saja. Dan ganti mobil. Aku nggak nyaman pakai mobil lain,” tukas Axel dia sedikit merasa iri karena kiriman gambar tersebut.
Aku baru saja selesai dari kantor polisi memberikan keterangan. Meski hati kacau dengan apa yang terjadi. Karena aku memang hanya bisa menebak-nebak saja kejadian yang terjadi.
Saat aku baru berpikir, Axel benar-benar meminta sopir taksi berhenti dan memberikan pembayaran untuk perjalanan.
Tak berapa lama rombongan mobil dan seseorang turun menghampiri Axel.
“Tuan!” Axel mengangguk dan menaikkan satu tangan. Dia tahu apa yang ingin dikatakan orang suruhan Billy.
“Kita akan ke pemakaman. Perjalanan sekitar 2 jam dari sini. Jangan menggangguku!” katanya dengan perintah tajam.
Aku masih sedikit mencerna ucapan Axel.
“Agh!” Aku terkejut saat Axel menarik tanganku lalu mendorong tubuhku sedikit kasar ke dalam mobil.
Orang tadi masuk dan baru saja memegang kemudi. Axel menutup pintu ke depan.
Hanya melirik dari spion, orang itu akhirnya mengerti dengan ucapan ‘jangan menggangguku’ tadi.
“Axel, ada apa? Kenapa kau seperti in-” belum sempat aku melanjutkan ucapan. Pintu dibanting kasar dan dia langsung menarikku lagi.
Bibir Axel sedang memakan bibirku dengan ganas.
“Sial. Gara-gara foto itu aku jadi pingin. Untung saja Regina bisa kumakan kapan pun. Jadi, nggak masalah juga kalau dia kumakan disini,” cetus Axel di dalam hati.
Ketika otaknya sedang berpikir. Bibirnya sedang memakanku dengan rakus. Tangannya tentu saja tetap tidak bisa diam.
Me r3m45 dua milikku secara kuat.
“Sayang, aku mau. Kita lakukan disini ya. Sepertinya perjalanan juga lama, hmm!” saat dia melepaskan bibirnya sesaat dan berkata, tangannya tanpa diberi aba-aba sudah berjalan ke pinggangku dan menyusup ke dalam sana.
Melepaskan kain penggal yang menutupi belahan bibir bawahku.
Bunyi pesan berbunyi, saat aku lirik dari Renata. Aku ingin membacanya, “Agh!” aku terkejut, tubuhku sudah diangkat ke pangkuan dan benda milik Axel entah sejak kapan sudah berdiri dengan tegap.
***
Share this novel
wah bahagia is ye dgr pengakuan Su... berbunga ² hati.. hihihihi apa gila la si eiya ni...hmmmmm bak kata is munafik huhuhu