Rate

Melupakan Masa Lalu

Drama Series 31931

Relina di masukkan ke rumah sakit khusus di bawah pengawasan para dokter psikiater.
Saat dia sadar, dia tidak mengenali ibunya ataupun Johannes.
Dia duduk diam di sudut ruangan di ruang perawatan sambil memeluk Al Qur'an.
Membaca Qur'an dengan perlahan dalam perasaan was-was dan ketakutan.
"Pergilah kalian para pengikut Dajjal tak beriman!" Relina mencipratkan air dengan tangan dari mangkok ke seluruh ruangan.
Yasmin menangis melihatnya.
"Apa yang terjadi padanya!" kata Yasmin dengan dokter yang merawatnya
"Dia dihipnotis!"
"Hipnotis?! Bagaimana cara menyembuhkannya?"
"Di terapi dan di hipnotis balik!"
"Maksudnya?"
"Ibu bersabar aja dulu...serahkan dengan tim dokter?" kata Johannes, pria itu tetap mendampinginya sejak kembali dari pesantren.
"Bagaimana kalau dia kabur atau melarikan diri?" Yasmin cemas.
"Jangan khawatir...dia di awasi 24 jam!" kata dokter Andhika menenangkan Yasmin.
"Saya titip Relina!" Yasmin menatap dr Andhika dengan air mata.
"Siap bu!"

......

Realita menelepon. "Ibu...ibu dimana?"
"Ibu di Jakarta!"
"Kami akan ke sana menengok ibu!" kata Realita.
Hidayat menatap istrinya. Realita ngomong begitu dengan ibunya, padahal belum kompromi dengannya.
"Aku tak akan pergi tanpa dirimu!" kata Realita dengan mata besar hitam miliknya. Bulu matanya yang panjang mengerjap-ngerjab indah menggoda. Hidayat tak berdaya. Realita seperti boneka India, tak boleh di lirik atau di goda pria lain selain dirinya.

"Kayaknya aku memang harus pakai cadar!" Kata Realita..Hidayat sangat pencemburu. Setiap kali dia cemburu dan marah, Realita harus membujuk dengan tubuhnya.
Membiarkan suaminya menumpahkan kemarahan dengan mencumbunya.

Realita serius dengan ucapannya. Saat keluar rumah ke kantor Hidayat di depan rumah mereka, Realita menutup tubuhnya dengan abaya dan Khimar.
Hidayat terkejut. Tak menyangka istrinya beneran menggunakan Khimar.
"Apaan sih! buka!" kata Hidayat, saat Realita masuk ruangannya.
"Supaya kamu tidak cemburu lagi!" sahut Realita santai.
"Aku tak suka memakainya!"
"Dan aku tak suka melihatmu cemburu!"
"Baiklah...kita ambil jalan tengah!" kata Realita.
"Jalan tengah?" Hidayat bingung.
"Aku bercadar saat di luar rumah!"
"Aku tak mau melakukannya karena aku!" kata Hidayat
"Kamu tak percaya aku?!"
"Aku percaya padamu! Tapi aku tak suka pria lain melirikku!" Hidayat frustasi.
"Bagaimana...kalau aku memasang kumis dan berjenggot palsu!"
Hidayat tertawa. Realita masih bisa bercanda.
"Aku mencintaimu...percayalah padaku...bukan salahku kalau aku cantik dan menarik!" kata Realita.
"Aku percaya padamu. Sepertinya aku perlu teraphy!" Hidayat trauma dengan pengkhianatan yang dilakukan Relina dulu.
"Kamu yakin?! dengan cara itu kamu berhenti cemburuan begitu?!"
"Kita coba saja! Kita ke Jakarta menengok ibu...dia pasti rindu dengan cucu-cucunya!" kata Hidayat.
"Anak-anak di bawa?"
"Di bawa semua!" Hidayat memutuskan.

Mereka harus memberi dukungan untuk Yasmin. Bagaimanapun Relina adalah saudara satu-satunya Realita.
Masa lalu biarlah berlalu.

"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience