Rate

Aku Bukan Revaline!

Drama Series 31931

Kota London, Inggris.
Setelah urusan administrasi pendaftaran Vivine di catatan sipil selesai, Johannes memutuskan kembali ke Indonesia. Mencari Revaline.
Dia tidak sanggup berlama-lama di negeri itu, dan membuatnya tak berdaya di depan tiga wanita itu, Julia, Roberta dan Sandra White. Ketiga orang itu seperti menyiksanya hidup-hidup. Mereka wanita berhati dingin. Bagaimana bisa bersikap biasa-biasa saja di depannya, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu. Bahkan mereka menganggap seolah-olah dirinya tidak ada. Johannes bukan siapa-siapa bagi mereka Seandainya bukan karena Vivine dia tidak mau bertahan di sini.
"Ayah akan pulang sekarang!" tanta Vivine sedih.
"Ya sayang...kita akan ketemu liburan nanti!" Jo memeluk Vivine penuh haru.
"Aku ingin ikut ayah!" vivine menangis.
"Tapi ayah harus kerja!"
Vivine melepasnya penuh air mata. Julia memeluk putrinya. "Kita pulang sayang!" Julia menggendong Vivine.
"Bagaimana?" tanya Roberta dan Sandra. Mereka menunggu saja di mobil sejak tadi. Julia tertawa. "Dia sudah berangkat. Mereka melihat ke udara. Pesawat yang membawa Johannes telah terbang tinggi
Vivine tertidur karena kebanyakan menangis.
"Kasihan anakmu!" kata Sandra.
"Semoga hidupnya lebih baik dari aku!" Julia membelai rambut Vivine.
"Kita kemana?" kata Roberta.
"Ke rumahku saja!" sahut Sandra
"Oke...let's go!" Sandra membawa mobil melesat meninggalkan bandara.

......

Ponsel Reva berdering lagi. Dari Hannes. "Halo!"
"Halo...Reva...ini aku Jo!" Suara Jo terdengar sangat senang. Akhirnya Reva mau mengangkat telepon nya.
"Aku bukan Revaline...aku Relina!" sahut Revaline.
"Reva ..apa maksudmu!"
Maaf..."Aku Relina... Revaline istrimu sudah lama meninggal...aku menipumu!" Jawab Reva dingin.
"Reva...apa maksudmu? aku tidak mengerti!" sahut Johannes, dia terkejut setengah mati.
"Jo...aku bukan adikmu Revaline...aku menyamar menjadi Revaline atas permintaan dia... Revaline ingin membalas dendam denganmu!" kata Reva tanpa perasaan. Dia harus menyampaikan kebenaran kepada Johannes. Di seberang sana tangan Johannes bergetar. Penjelasan Revaline membuatnya terpukul,
"Jo...istrimu Revaline sudah lama meninggal. Sebelum meninggal...dua memintaku menyamar menjadi dia...dia sangat dendam denganmu...kamu meninggalkan dia begitu saja, kamu malah menitipkan dia ke Rudy temanmu yang bejat itu. Rudy menjadikannya taruhan di meja judi, lalu menjualnya ke tempat pelacuran...dia meninggal karena kanker payudara...!" Di seberang sana Johannes menangis penuh penyesalan. Pengakuan Relina membuatnya hancur.. Hatinya hancur. Revaline yang pernah bersamanya ini ternyata palsu. Revaline yang asli sudah tiada.
Dia sudah menyadarinya sudah lama. Tetapi dia mengabaikannya. Dia malah mengejar Relina dan mengabaikan Julia

.....

Yasmin mendengarkan pembicaraan Reva dengan Johannes.
"Kamu tidak perlu menjelaskan siapa dirimu di depan semua orang.
"Tapi Jo...wajib tahu...aku tak mau dia menyangka aku Revalibe selamanya... dia mantan suami Revaline yang asli", jawab Revaline. Yasmin menghela nafas. "Baiklah!" katanya sambil tersenyum. Relina berani jujur, itu sangat baik.

.......

Untuk pertama kalinya keluarga Hidayat berkunjung ke rumah Revalina. Tujuan kunjungan ini sebenarnya adalah untuk menengok Ibu Yasin. Tentu saja Yasmin menerima kedatangan anak dan menantunya dengan sangat gembira apalagi mereka juga membawa keempat cucunya. "Sebenarnya Ibu juga ingin kembali ke Kalimantan. Tanah ibu yang ada di Kutim katanya ingin dibeli oleh perusahaan batubara!" kata Yasmin. I"Wah...bu jadi kaya dong!" Hidayat bercanda. Dia sangat santai, seolah-olah tidak ada masalah antara dirinya dengan Relina. "Hahaha tidak sekaya kamu Hidayat!" balas di bu mertuanya. dia lega Hidayat mampu bersikap baik dan santai dengan Revaline
Revaline mendengar percakapan ini dengan hati teriris. Hidayat bukan lagi miliknya, dia milik kakaknya, Realita. Mereka hidup bahagia Revaline harus membuang impiannya kembali bersama Hidayat.
Realita mengusap rambut adiknya dengan lembut. Hatinya tenang tanpa dendam. Bagaimanapun Revaline telah memberikan hadiah percuma dan kebahagiaan, Hidayat seorang lelaki yang baik.

"Kamu harus cepat sembuh dan kembali lagi seperti dulu...Revaline yang cantik, lincah, sehat!" kata-kata Realita polos tanpa ada maksud buruk. tetapi membuat Revaline seperti terhukum. "Terima kasih, kak!" jawabnya lirih. Dia berusaha menahan tangis. Dia malu Hidayat melihatnya seperti ini. Dia bukan lagi Relina yang cantik dan mempesona. Dia Relina yang buruk rupa. Perlu waktu banyak membuatnya bisa kembali.

"Relina...ibu mau ke Kalimantan...apa kamu mau ikut!" tanya ibunya. Reva menggeleng. "Saya di sini saja Bu...saya sudah daftar di klinik rehab medis!" jawab Reva pelan.
"Sungguhan kamu mau tinggal?"
"Iya Bu...aku tidak apa-apa kok...lagian di rumah ada suster!"
Revaline tersenyum meyakinkan ibunya.
"Ibu bisa bareng kami pulangnya!" kata Hidayat.
"Baiklah...ibu mau bersiap-siap.!" Yasmin masuk kamar. Reva memberi kode ke perawat untuk mendorong kursi roda ke kamarnya. Dia tidak sanggup berlama-lama di ruang tamu menyaksikan keluarga bahagia itu.
Hidayat tersenyum samar. Reva pasti terluka melihatnya.
Dia tidak menghukum Revaline, Revaline sendiri yang merasa terhukum.

Sore itu, Revaline melepas kepergian ibunya Yasmin dan keluarga saudaranya di depan rumah dengan perasaan campur aduk.
Kedatangan Hidayat adalah tamparan yang bagus untuk perubahan dirinya. Dia harus sembuh. Harus sehat lagi. Cantik lagi. Dia tidak ingin orang mengasihani atau bahkan menghinanya karena sakit.

"Suster ini gajimu 6 bulan ke depan?"
"Nyonya Reva...untuk apa uang ini!" Suster Geya bingung.
"Untuk sementara...kamu saya rumahkan dulu...saya tidak perlu perawat!" jawab Reva.
"Tapi...nyonya...!"
'Besok saya masuk klinik...ada dokter dan perawat yang mengurus....tenagamu tidak terpakai. Suster Geya terdiam.Uang yang di terimanya sungguh banyak, tetapi dia jadi pengangguran. "Kamu bisa bekerja di tempat lain!" kata Reva, dia mengerti pikiran suster Geya.

Suster Geya meninggalkan rumah. Reva tersenyum lega. Sudah tidak ada orang lagi di rumah. Dia merasa bebas.
Revaline berdiri dari kursi rodanya. Berjalan menuju kasur. Dia sembuh sudah lama. Hanya saja dia menahan diri supaya tetap terlihat sakit. Untuk meredakan amarah semua orang. Sekarang dia tidak perlu berpura-pura lagi. Reva mengambil kunci mobil, ponsel dan tas kecil. Dia memang akan ke klinik, bukan untuk rehab medis. Tapi klinik kecantikan.
"Aku tidak berpura-pura ..aku hanya menahan diri untuk kembali", Relina berkata kepada dirinya sendiri.
Baru saja dia melangkah keluar kamar. Bel pintu berbunyi nyaring. Revaline mengintip di balik gorden. "Johannes.! Kenapa dia ada di sini!" Revaline ketakutan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience