Rate

Hijrah

Drama Series 31931

Rama pamit ke orang tuanya istirahat di kamar.
"Habis magrib kita makan bareng ya!" kata Hidayat. Rama mengangguk. Dia berjalan pelan menuju kamar di seberang kamar orang tuanya, anak itu sungguh mengantuk.

"Siapa pria itu?" tanya Hidayat setelah di kamar, tangannya tidak nau lepas dari pinggang Realita yang langsing.
"Sopir Relina!"
"Sopirnya kok bule gitu!" kata Hidayat heran.
"Emang bule gak boleh jadi sopir? Dia orang Menado bukan bule tapi ibunya belahan Belanda", kata Realita.
"Hmm...tau dari mana?" Hidayat berlagak Cemburu.
"Iya dia cerita sendiri!" Realita tidak peduli suaminya bersikap siaga begitu.
Sudah punya anak 4 Hidayat masih suka cemburu.

"Aneh!" Hidayat mengelus lengan Realita lembut membuat efek khusus. "Aneh apanya...Udah iih...aku geli nih!" buku Roma di sekitar tangan Realita merinding geli. Realita menepis tangan suaminya. Pasti ada maunya! Realita pura-pura menguap. Supaya tangan supaya tangan suaminya tidak membuat tindakan lebih jauh.

Hidayat tertawa. Istrinya sengaja menghindarinya. "Siapa nama pria itu?" tanya Hidayat serius.
"Johannes!"
"Johannes? Johanbes... Johannaes saudaranya Revaline Paila!" Hidayat terkejut, dia jadi ingat sesuatu.
"Tau dari mana dia saudaraan dengan Revaline asli?" Realita heran.
"Panjang ceritanya! Kamu ingat ngga kenapa dulubitu polisi menghentikan pencarian ke Relina?" Realita menggeleng. Saat itu sedang amnesia.

"Karena polisi mengira Relina Yusuf sudah meninggal...jebazah itu sebenarnya bernama Revaline Paila!"
"Kok sayang ngga cerita?!" Realita cemberut. Dia tetap manis meski pasang wajah cemberut begitu. Hidayat jadi gemas melihatnya.

"Yaah waktu masih belum jelas...jadi secara dism-diam aku mengambil sidik jari dan sampel rambut milik almarhum untuk uji DNA...hasilnya dia bukan Relina Yusuf adikmu!" Hidayat bercerita tentang penyelidikannya terhadap Revaline Paila yang mirip Relina.

"Jadi.... ketika Revaline Paila alias Relina datang bersama Yanuar kedua kalinya, aku mengambil sidik jari dan rambutnya di Geust house milik kita...hasilnya positif dia Relina!"
Realita memukul Hidayat dengan bantal. Dia kesal, Hidayat main rahasia dengannya segitu lama. Hidayat tidak pernah bercerita melakukan penyelidikan secara mendalam. Dia jadi cemburu, Hidayat masih mencintai Relina.

Hidayat kalang kabut, dia takut Realita salah paham.
"Maaf sayang...saat itu aku tidak bisa membongkar rahasia itu untuk menjaga beberapa perasaan...perasaan ibu...agar tidak terluka dan kaget...kan sakit jantung. ..dan juga perasaan Yanuar., dia sahabatku....dia telah tertipu begitu lama dengan Relina! Mulanya aku tidak peduli dengan hal itu...tapi setelah aku melihat Relina menyakiti Pandu...aku baru menyelidiki lebih lanjut...supaya bisa menjaga kalian!". jelas Hidayat panjang lebar.

"Relina menyakiti Pandu?" Realita baru tahu.
"Ya...kamu ingat saat Pandu menangis kakinya terluka?" Realita mengangguk. Dia ingat peristiwa itu. Pandu jadi panas tiga hari setelah hari itu.
"Itulah...Relina menyakiti anak kita...aku melihatnya dari rekaman CCTV di rumah kita !" kata Hidayat lagi.
"Tapi kenapa kamu tidak cerita!" Realita marah.

"Sayang...kamu mengerti kan...kenapa aku harus menyimpan rahasia itu?!" Realita tidak menyahut. Dia pasang muka jutek.
"Saat itu kupikir... belum saatnya!" kata Hidayat dengan nada menyesal.
Pada dasarnya, Realita mengerti maksud baik suaminya itu.

Hidayat jadi merasa bersalah. Dia bingung membujuk Realita kalau sudah ngambek gitu. Bakalan di kasih punggung nanti tidurnya. Padahal dia rindu berat sama istri cantiknya itu.

"Sayang...aku tidak bermaksud berbohong padamu...sumpah! Itu karena ku pikir...Reliba sudah berubah setelah menikah dengan Yanuar...pria itu baik sekali...aku tak sampai hati memberitahunya... dia tulus mencintai Relina!"
Realita mengetahui juga hal itu. Yanuar sangat mencintai Revaline.

"Sampai akhirnya Relina mengaku saat itulah...aku membuka cerita siapa Relina...tapi kita membantunya membuat drama itu...untuk menyelamatkan harga diri ibu dan Relina sendiri...hanya itu yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan namanya dan keluarga besar kita! Kamu bisa ngerti kan!" bujuk Hidayat.
Realita hanya mengangkat alis sedikit .

Hidayat lega, Realita tidak sungguh-sungguh marah. Tapi ketika dia ingin memeluk Realita lagi, istrinya itu malah menghindar.
"Aku ngantuk...kita tiduran aja dulu ya?" Realita mengambil posisi tidur telungkup. Hidayat menarik nafas kecewa.

.....
Di rumah Revaline.
Johannes sudah pamit pulang, Revaline bingung harus memulai dari mana menjelaskan ke ibunya tentang Johannes.
"Ibu...aku ingin hijrah!" kata Revaline tiba-tiba.
"Hijrah!?...Hijrah kemana?!" Yasmin bingung maksud Revaline.
Revaline mengambil hijab besar lalu memasang cadar.
Yasmin mengerti maksud Revaline atau Relina.
Revaline tidak menceritakan apa-apa lagi tentang Johannes. Sejak malam itu, rumahnya sudah tertutup bagi laki-laki yang bukan muhrimnya.

Share this novel

Fia Ona
2020-06-06 12:52:52 

Sinah S Dukarim
2020-06-06 03:10:24 

good


NovelPlus Premium

The best ads free experience