Rate

Memilih Takdirnya

Drama Series 31931

Hidayat membentangkan tangannya memeluk Realita. Beban deritanya setelah berpisah berjam-jam, seketika lenyap. Pria itu tidak mempedulikan orang disekitarnya, ketika dia memeluk kekasihnya itu dengan penuh kerinduan.

"Kenapa gak bilang kalau menyusul?" tanya Realita manja.

"Kan kejutan! Kalau bilang...pasti gak dibolehin!" Realita tertawa. Suaminya itu tidak bisa jauh darinya.
"Aku tak sanggup melihatmu pulang sendiri!" Hidayat mencari alasan.
Realita jadi malu. Ibunya Yasmin tersenyum melihat kebahagiaan pasangan itu. Tetapi sudut hatinya menangis, dia mengerti perasaan Relina.

"Rama!" Hidayat memanggil Rama. Hidayat tak melupakannya.
Anak itu mendekat dan tertawa. Hidayat memeluk Rama dan Realita sekaligus. Orang luar pasti menyangka kalau mereka memang satu keluarga. Kenyataan memang Hidayat sangat dekat dengan anak itu.
"Ayah bawakan kamu laptop!" Hidayat menyerahkan laptop di meja resepsionis ke Rama. Anak itu sangat bahagia. "Ayah...ini laptop baru ya?" tanyanya senang.
Hidayat tertawa. "Sudah lama di toko, ngga ada yang beli!" jawab Hidayat bercanda. Ayah dan anak itu tertawa bersama.

Relina mengambil tempat di sudut. Dia menyaksikan kejadian di depannya dengan rasa sakit.

Sebuah pribahasa mengatakan, cinta itu berasal dari mata turun ke hati.
Yang berlaku saat ini bagi Relina, Sakit itu datang dari mata turun ke hati.
Sakit yang paling perih Melihat kemesraan Hidayat dan Realita.
Luka yang sangat dalam menembus dari muka hingga ke belakang.
Relina seakan mati berdiri.

Di sudut lain di loby hotel itu, Johannes mengamati kejadian di depannya.
"Realita sangat cantik...dia juga punya anak sebesar itu!" Johannes tidak tahu, wanita cantik yang di kagumi nya itu sudah punya anak enam.

"Revaline kenapa...kok dia nangis gitu!" Johannes melihat Relina berjalan menuju toilet dengan mata memerah. Yasmin menyusulnya.
"Ibu... ayo kita pulang!" Relina memeluk ibunya seperti anak kecil. Hatinya hancur.
Dulu, dia dan hidayat saling mencintai.
Dia sungguh menyesal dan terluka.
Relina memakai kacamata nya. Yasmin membimbingnya berjalan ke loby.
"Ibu pulang dulu!" mereka berpamitan.

Hidayat mengerti, Relina pasti terluka melihat mereka. Relina sudah memilih takdirnya.

Di perjakanan, Relina bersembunyi di pelukan ibunya
Johannes heran. Relina sangat manja dengan ibunya.
Dia dapat melihat, dua bersaudara itu memiliki jalan hidup yang berbeda.
Realita sangat bahagia dengan pasangannya.
Sedang Relina, hancur tanpa suami dan anaknya.
Bukankah Yanuar baru saja menikah?
Johannes mengira Relina menangis karena hal itu.

Ponsel Johannes berdering. Dari Vivine.
"Ayah aku datang!" pekik anak itu di telepon terdengar nyaring hingga ke kursi belakang.
Relina terkejut. Johannes sudah bertemu anaknya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience