Rate

Cuci Otak

Drama Series 31931

Yasmin berkunjung ke pesantren, sesampainya dia malah tidak bisa bertemu putrinya itu.
"Nona Relina sedang di karantina!" jelas pengasuh yang juga senior Relina di ruang tamu asrama.
'Karantina...karantina apa? Dia sakit?"
'Bukan Bu..
karantina penguatan materi?"
"Penguatan materi? Materi apa?"
"Takhassus!" Yasmin tambah tidak mengerti.
"Begini...nona Relina kan baru belajar agama, jadi dia perlu pendampingan khusus belajar di dampingi guru sampai dia mampu diterjunkan ke masyarakat!"
'Maksudnya...terjun gimana?"
"Syiar agama, ajaran Islam kaffah!"
Yasmin pusing dia tidak pernah dengar istilah-istilah itu.
"Maksudnya?" Yasmin bertanya lagi.
"Dakwah agama Bu...semacam praktek lapangan!"
"Ooh!" Yasmin pura-pura ngerti, malu juga dia banyak tanya.
"Berapa lama?"
"Satu Minggu!"
"Jadi satu Minggu lagi saya bisa ketemu Relina lagi!'
"Mungkin begitu!"
"Jadi tidak jelas waktunya?"
"Ibu kembali aja satu Minggu lagi...mungkin programnya bisa selesai dengan cepat!'
"Baiklah saya kembali Minggu depan saja".
Yasmin mencari penginapan di sekitar pesantren, tetapi tidak ketemu. Akhirnya dia menyewa rumah warga setempat. Tuan rumah hanya bisa menyewakan rumah mereka satu Minggu karena memang tidak menyewakan rumah itu secara khusus.
"Begini Bu... karena ibu perlu tempat...ibu boleh memakai rumah kami selama satu Minggu ini dengan syarat selama di sini ibu di wajibkan memakai abaya ini, kampung kami tertutup bagi orang luar yang bukan jamaah...kecuali ibu bersedia di bai'at dan belajar agama di sini!" kata istri tuan rumah. Dia mengenakan busana hitam tertutup dari atas hingga bawah. "Pembayarannya sekarang ya?" tanya Yasmin.
"Tidak Bu...gratis...ibu kan musafir...pahalanya sudah banyak kami dapat...silahkan istirahat dulu ya Bu!" kata Rohani si pemilik rumah lembut.
Yasmin bingung. dia tidak tahu bagaimana kehidupan masyarakat di desa ini. Mereka berbeda dari masyarakat pada umumnya.
....
Satu minggu kemudian Yasmin kembali ke pesantren. Dia diterima pengasuh yang berbeda.
Kali ini Yasmin datang mengenakan busana yang sama dengan masyarakat pesantren tersebut.
Sambutan mereka berbeda dengan se minggu yang lalu, lebih rapat dari sebelumnya.

"Ibu siapanya nona Relina?"
"Ibu kandungnya!"
"Oh baiklah...tunggu dulu ya Bu!
Wanita masuk ke dalam ruangan memanggil salah seorang wanita busana untuk memanggil Relina.
Tidak lama kemudian wanita itu kembali.
'Maaf Bu...nona Relina tidak bersedia di temui ibu!"
"Tidak bersedia gimana?"
"Nona Relina sedang focus belajar...Minggu depan ujian!" jawab wanita itu.
"Katakan padanya...saya ingin mengajak dia pulang....anaknya sedang sakit keras...mereka perlu darah ibunya!" Yasmin naik pitam.
"Maaf Bu...kami tidak bisa membantu! Ibu kembali saja Minggu depan!" jawab wanita itu, suaranya tidak seramah tadi. Dia langsung pergi meninggalkan Yasmin dalam kemarahan.

Yasmin memohon kepada tuan rumah agar di beri tempat satu hari lagi. Rohani bersedia memberikan tenggang waktu satu hari.
Besoknya Yasmin kembali. Hasilnya sama, Relina menolak bertemu.
Yasmin tidak kehilangan akal.
"Kamu lihat kan dua pria besar di depan gedung ini?" Yasmin menunjuk CCTV. Wanita pengasuh putri senior Relina melihat Monitor CCTV.
'Dia anggota densus 88...keponakanku!" Wanita itu tampak gugup.
"Kalau Relina tidak bisa ku temui dalam waktu 24 jam...tempat ini rata dengan tanah!" Yasmin bicara penuh intimidasi.
Pengasuh putri itu tak mampu bicara. tangannya dingin, kakinya gemetar.
Meskipun dia mengenakan pakaian longgar dan tertutup, Yasmin dapat melihat wanita di depannya itu ketakutan, tubuhnya bergetar hebat.
Yasmin puas. Dia berhasil menakut nakuti wanita itu.
Dia meninggalkan pesantren itu bersama 2 anggota densus 88 itu, sambil menunggu mereka memberi kabar tentang Relina

Sebenarnya, 2 pria bertubuh besar itu adalah anak buah Johannaes, anggota penyeludup internasional yang telah bertobat.

Keesokan harinya, pengasuh itu menelpon Yasmin.
"Ibu Yasmin...anda bisa menjemput Nona Relina sekarang!"

Yasmin tak percaya, ancamannya itu ternyata manjur.

Yasmin datang kembali ke pesantren, kali ini dia tidak di dampingi 2 orang pria lagi, tetapi 15 pria bertubuh besar berpakaian serbava hitam dan wajah tertutup kain hitam seperti ninja dengan sepatu Laras dan pistol di pinggang. 3 buah mobil Innova hitam di tambah 1 mobil anti peluru mengiringi mobil
Yasmin memasuki pesantren itu. Yasmin meyakinkan memberi efek ketakutan di wajah mereka
Mereka tidak menduga kalau Yasmin datang membawa pasukan. Mereka gempar.
Densus 88 masuk wilayah mereka tanpa pemberitahuan .

Relina sudah siap di ruang tamu menyambut Yasmin.
Tubuh nya lebih kurus dari sebelum masuk pesantren itu.
"Buka cadarmu!" perintah Yasmin dengan suara tegas. Dia takut itu Relina palsu.
Benar. Dia Relina. 3 Yasmin memberi kode, orang pria membawa Relina masuk mobil diikuti Yasmin.

Yasmin dan rombongannya meninggalkan pondok pesantren itu.

Di mobil itu, seorang pria menutup hidung telinga dengan kain. Relina pingsan.
"Kenapa kamu lakukan itu!"
"Dia baru saja cuci otak! Kita harus membawanya ya ke ahli jiwa...menjalani pemeriksaan!" kata pria itu sambil membuka penutup wajahnya. "Johannaes...kamu!!!"
"Ya Bu...aku Johannes!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience