Rate

Aku Merindukanmu!

Drama Series 31931

Meskipun sudah bertahun tahun peristiwa kecelakaan mobil yang menimpa Realita dan anak-anaknya, Realita pun tidak mengingat peristiwa itu dengan baik. Memori peristiwa itu lenyap dari otaknya. Tapi tidak dengan Rama. Anak itu mengalami luka serius kakinya patah dan harus di operasi berulang kali. Belum lagi trauma yang dihadapinya saat mendapat ibu palsu, karena Relina menyamar menjadi Realita.

Selama menjadi ibu palsu Rama dan Shinta, Relina bersikap bu!ruk kepada mereka berdua. Karena itulah Rama meminta kepada bundanya, agar mereka menginap di hotel saja, dia takut dengan Relina.
"Bunda...kita langsung ke Islamic School¹ aja ya Di sana juga ada penginapannya. Rama takut disini!" Rama berbisik ke Realita, saat mereka berdua di ruang tengah. Tangan anak itu dingin. Realita mengerti.
"Kita istirahat sebentar dulu ya, baru kita ke sana. Bunda tidak enak dengan nenekmu kalau kita langsung pergi". Kata Realita menenangkan hati Rama.

Realita juga merasa tidak nyaman menginap di rumah itu. Toh dia dan Realita tidak pernah dekat dengan Relina.
Apalagi Relina alias Revaline pernah bermasalah dengan keluarganya. Dia mampir ke rumah Relina karena ingin menjaga perasaan ibunya.
Ponsel Realita berdering. Hidayat melakukan panggilan video. Suaminya itu sangat cemas. Baru kali ini Realita bepergian tanpa dirinya. "Kalian sudah sampai?"Sudah!" Realita memberikan senyuman terbaiknya. Seketika Hidayat merasa sangat rindu, padahal mereka baru terpisah beberapa jam.
"Dimana ini?" Tempat yang dilihatnya bukan hotel.
"Rumah Relina!"
"Hah! Pergi segera dari rumah itu...aku tak mau kamu berada di sana!" Hidayat cemas campur marah
"Hmm....kami hanya mampir kok, jangan marah gitu sayang, aku jadi takut melihatmu!" Realita cemberut, Hidayat melonggarkan wajahnya yang tegang. Matanya jadi sayu merindu.
"Aku sangat khawatir (rindu) denganmu!" suara Hidayat melunak. Realita tersenyum. Hidayat terlihat terluka. Selanjutnya wajahnya berubah keras, "Segera ke hotel....jangan lama-lama di sana!" Kata Hidayat tanpa bisa di bantah. Telepon terputus. Realita kesal. Hidayat memutuskan telepon itu.

Yang terjadi, Hidayat segera memesan kamar hotel di dekat sekolah Rama. Rama di terima di Islamic school karena prestasi.
Hidayat menelpon lagi. "Hotel sudah ku pesan...segera pindah dari sana...jangan lama-lama!”
"Iya sayang...sudah ya...kami mau bersiap dulu!" Kata Realita, dia mengeluh dalam hati.Kalau begini Hidayat jadi menjengkeljan. Klik. Realita mematikan panggilan itu. Hidayat tak puas hati. Untuk beberapa saat Hidayat ponselnya yang telah redup.
Realita mematikan panggilan padahal dia belum selesai ngomong. Di sisi lain Realita mengernyitkan hidung. “Baru pisah sebentar, cerewetnya bukan main!’ Realita menggerutu, Hidayat sangat protektif, bila tak dimatikan ponselnya, Hidayat tak berhenti menceramahinya.

Mereka berdua salah paham.
Realita tak menduga, karena tak puas dan cemas memikirkan Realita, siang itu juga Hidayat langsung berangkat ke Bandara menyusul Realita ke Jakarta. Rasa cemas di hatinya tidak bakal hilang sebelum bertemu istri tercintanya itu. Keempat anaknya di jaga oleh pengasuh profesional dan di jaga oleh pengawal khusus kepercayaannya. Lagian ke empat anak itu sudah biasa di tinggal orang tuanya.
........
Relina dan Yasmin masuk ke kamar Relina, Yasmin mengkonfirmasi perihal Johannes.
“Apa benar Johannes bekerja untukmu, jadi sopirku?” tanya Yasmin. Revaline tidak tahu harus menjawab apa. “Nanti saja kita bicarakan, bu...gak enak ada Realita!” jawab Relina mencari alasan. Dia tidak menceritakan hal yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Johannes. Yasmin mengangguk setuju. Mereka keluar kamar menemui Realita dan Rama.
Sungguh mengharukan ternyata ibu dan anak itu tertidur di sofa karena kelelahan. “Mereka belum makan sejak tadi!” kata Yasmin sambil memandangku wajah mereka. “ibu gak usah masak, saya sudah pesan makanan!” Kata Relina.
“Baiklah!” sahut Yasmin, dia juga sangat lelah.

Sementara Johannes duduk merokok di teras rumah
Realita dan Rama tertidur lumayan lama. Yasmin terpaksa membangunkannya menyuruh mereka makan.
“Ibu...kami tidak menginap di sini... Hidayat sudah memesan kamar hotel di dekat sekolah Rama!”
“Lho kok gitu...nginap di sini aja?” kata Relina.
“Terima kasih...tapi Rama sore ini juga harus masuk asrama!” Realita mencari alasan yang tepat supaya Relina tidak tersinggung.
“Kalau begitu ibu ikut mengantar kalian!” kata Yasmin.
“Aku juga ikut!” kata Relina.
Realita dan Rama saling berpandangan.
“Kami merepotkan saja!”
“Oh tidak...tidak...ibu senang kok...jam Rama cucu ibu!” Yasmin mengusap rambut Rama. Anak itu tersenyum., Tapi sebelah tangannya menggenggam tangan bundanya, bertanda cemas.
Realita tersenyum lembut. Rama jadi tenang melihatnya

....

Johannes mengantar mereka dengan senang hati.
Relina duduk cemas di kursi sebelah Johannes. Selama di perjalanan dia tak berani bicara sepatahpun. Dia tidak mengerti keinginan pria itu. Johannes tersenyum menyeriigai melihat tingkahnya.
Dia senang Relina salah tingkah begitu.
Rama dan Realita melanjutkan tidurnya di mobil.

"Sebelum sampai ke sekolah Rama, kita mampir dulu belanja buah-buahan untuk guru-guru Rama di sana!” kata Yasmin memecah jeheningan., dua tipe orang tua zaman dulu memang begitu, mereka selalu membawakan tanda mata untuk para guru sebagai ucapan terima kasih telah menerima anak atau cucunya belajar.

....

Mereka singgah dulu ke hotel meletakkan barang bawaan Realita.
Tapi setibanya di loby hotel, mereka semua terkejut. Hidayat sudah ada di sana.

Hidayat menyambut Realita dengan tangan terbuka. "Aku merindukanmu!" Hidayat memeluk Realita dengan erat, seakan-akan mereka sudah terpisah lama. Relina membuang muka.

Sedang Johannes melihat kejadian itu dengan tidak suka. Aneh sekali, dia kok jadi cemburu.

____
¹ Nama sekolah Boarding School di Jakarta.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience