" Allah , pecah.. "
Lafaz Que Raikal dengan perlahan sedang matanya tertumpu pada bingkai gambar yang sudah pecah diatas lantai itu.
Que Raikal pun duduk bercangkuk dan mengutip foto Astrella Sofia dengan berhati-hati.
" Bibikk "
Panggil Que Raikal dengan kuat.
Sejurus mendengar suara Que Raikal iaitu majikannya memanggil , Sinar segera mengatur langkahnya menuju ke ruang tamu.
Sinar , seorang pembantu rumah berusia 30-an berasal dari Indonesia telah bekerja dirumah pasangan suami isteri untuk selama hampir 2 bulan.
" Ya , tuan. "
Sahut Sinar dengan ringkas.
" Ni , awak tolong bersihkan ni. "
" Maaf ya , saya terjatuhkan tadi. "
" Make sure serpihan kaca semua dibuang. "
" Takut nanti wife saya terpijak pula. "
Arah Que Raikal dengan lembut. Dengan merendah diri , Que Raikal turut memohon maaf kepada pembantu rumahnya atas ketidak sengajanya menjatuhkan bingkai gambar Astrella Sofia.
" Baik tuan nanti saya bersihin kacanya. "
Jawab Sinar yang berbahasa Indonesia itu.
Usai itu , Que Raikal pun berdiri dan menuju keluar dari rumahnya. Lalu Que Raikal pun masuk ke dalam perut kereta BMW berwarna hitamnya.
Entah mengapa , hati Que Raikal terasa tidak enak. Hati Que Raikal , kuat mengatakan bahawa ada yang tidak kena.
Namun Que Raikal bimbang itu hanyalah sekadar perasaannya memandangkan isterinya kini sudah menunggu hari untuk melahirkan anak pertama mereka.
" Ya Allah , aku serahkan segalanya pada-Mu. "
Ucap bibir Que Raikal dengan lembut sedang tangan kanannya mengusap lembut dada.
" Bismillahirrahmanirrahim. "
Kalimah suci , dilafazkan Que Raikal sebelum keretanya dipandu menuju ke pejabatnya.
" Ini adalah lakaran tapak projek yang akan dimulakan tak lama lagi. "
" Dan ini pula , adalah rekaan dalaman setiap unit apartment. "
" Setiap unit apartment disediakan 3 buah bilik dan... "
Ujar Kalish dengan lantang mempersembahkan hasil kerjanya di hadapan rakan sekerja yang turut mengusahakan pembinaan tersebut.
Selama perbincangan berlangsung , Que Raikal yang masih berasa tidak sedap hati terus hanyut dalam kebimbangannya.
Telefon pintar yang terletak disebelah kirinya , terus ditenung oleh Que Raikal.
Nadien Firdaus dan Waliff Attar yang sedar akan perubahan Que Raikal segera berbisik dicuping telinga sahabat mereka itu.
" Que , kau okay tak ? "
" Haah. Kau kenapa Que ? "
Soal Waliff Attar dan Nadien Firdaus yang prihatin.
Hal ini kerana , Que Raikal bukanlah seorang yang akan terus berdiam dan bersetuju dengan apa yang dibentangkan oleh para pekerjanya.
Melihat Que Raikal yang berdiam diri selama hampir 15 minit pembentangan berlangsung benar-benar menimbulkan rasa aneh dihati dua sahabat itu dan ahli pekerja yang lain.
" Hah ? "
" A-aku okay. "
Jawab Que Raikal yang tersedar dari lamunannya.
" Kau tak okay ni "
" Kenapa ? "
Desak Nadien Firdaus kepada Que Raikal.
" A-aku okay. "
Tegas Que Raikal yang masih tidak mahu berkongsi perasannya itu.
Nafas ditarik sedalamnya oleh Que Raikal dan dihela perlahan.
" She will be fine.. "
" She will.. "
Bisik hati Que Raikal yang cuba untuk menenagkan hatinya sedang fikiran terus berfikiran yang negatif.
" Encik Que , Encik Nadien dan Encik Waliff.. "
" Are you guys okay ? "
Tanya Kalish yang sudah hampir 5 minit memperhatikan sikap tiga orang sahabat itu.
Pertanyaan Kalish , tanpa sengaja telah membuatkan seluruh ahli pekerja lain memandang tiga orang sahabat itu.
" Yeah , we're good. Teruskan. "
Jawab Que Raikal dengan tenang.
" Que. "
Panggil Waliff Attar dengan dahi yang berkerut.
Que Raikal pun memandang Waliff Attar dengan senyuman senget.
Lalu mereka bertiga pun kembali fokus pada apa yang dibentangkan oleh pekerjanya berkenaan pengendalian projek baharu mereka.
" Budak ni , cuma bawa malang dekat kau , Zennirah. "
" Bunuh budak ni ! "
" Jangan jadi bodoh , Zennirah ! "
" HAHAHAHAAHHA "
Bisikan itu , kembali didengari Zennirah Aisyah sedang bayi lelakinya sedang dipeluk erat.
Zennirah Aisyah yang mendengarkan itu , segera menggigil ketakutan. Melilau mata Zennirah Aisyah mencari pemilik suara tersebut.
" D-diam.. "
" Ni anak aku ! "
" Diam ! "
Jerit Zennirah Aisyah dengan tubuh yang menggigil.
Akibat ketakutan , Zennirah Aisyah semakin memperkemaskan pelukannya dan bayi lelaki yang sedang menyusu badan itu.
" bunuh budak tu ! "
" Malek akan bertambah benci pada kau Zennirah ! "
" Kau kena bunuh budak tu ! "
" Budak tu tak guna ! "
" dia penyebab semua ni jadi ! "
" bunuh dia. "
Kata suara itu mengarahkan Zennirah Aisyah membunuh anak lelakinya.
" M-malek benci aku ? "
" M-malek.. "
" I-i.. I miss you , Malek. "
" M-malek... A-ku nak jumpa dia. "
Dengan tergagap Zennirah Aisyah mengatakan itu.
Lalu bayinya segera diletakkan perlahan diatas katil.
" M-malek.. "
" Is that you ..? "
" Malek.. "
Panggil Zennirah Aisyah sedang matanya tertumpu pada dinding yang kosong itu.
Perlahan-lahan Zennirah Aisyah mengatur langkah pada bayangan Malek yang tercipta diruang fikirannya.
" Malek.. "
" I miss you so much. "
" Malek.. "
Bernada sebak , Zennirah Aisyah menangis sambil mengatakan itu.
Dibayangan Zennirah Aisyah , Malek kini berdiri di hadapannya bersama segaris senyuman nipis.
Akibat kerinduan yang menggunung , Zennirah Aisyah terus menangis sedang tangannya memeluk erat bayangan Malek.
" Baby.. "
" Don't cry.. "
Ujar bayangan Malek dalam fikiran Zennirah Aisyah yang menyeka air mata dipipi Zennirah Aisyah.
" Baby.., I love you so much. "
" but.. "
Kata bayangan Malek difikiran Zennirah Aisyah.
" But what ? Kenapa , Malek..? "
Soal Zennirah Aisyah dengan perasaan penuh ingin tahu.
" Anak tu bukan anak I. "
" budak tu , punca kita berpisah baby.., "
" kalau you sayang I.., "
" You kena bunuh budak tu. "
" I benci dia. "
Ujar bayangan Malek , diruang fikiran Zennirah Aisyah.
" B-budak tu..? "
" Okay.. "
" I-i kena bunuh dia. "
" Y-you tunggu I.. "
" Jangan tinggalkan I lagi.., Malek. "
" I-i kena bunuh b-budak tu. "
" I s-sayang you. "
Ucap Zennirah Aisyah yang terpengaruh dengan kata-kata bayangan Malek diruang fikirannya.
Tanpa sebarang kata dimata Zennirah Aisyah kini , Malek sedang tersenyum manis melihat wajahnya.
" Malek benci dia.. "
" A-aku kena bunuh budak ni.. "
" A-aku sayang Malek.. "
" M-malek benci b-budak ni.. "
" A-aku k-kena b-bunuh dia.. "
Kata-kata itu , terbit dari bibir Zennirah Aisyah yang kering dan merekah itu.
Beriring air mata yang jatuh mengalir lembut membasahi pipi cekung Zennirah Aisyah , langkah kakinya terus mendekati katil bersaiz Queen itu.
Perlahan-lahan bantal diambil oleh Zennirah Aisyah dengan tangan yang menggigil.
" M-malek benci kau.. "
" A-aku s-sayang Malek.. "
" A-aku.. "
" A-aku kena b-bunuh k-kau.. "
Ucap Zennirah Aisyah dengan mata yang merah berkaca memandang bayi lelakinya.
Mateen , bayi lelaki Zennirah Aisyah yang sudah merah mukanya akibat menangis dari tadi terus direnung Zennirah Aisyah.
" A-aku.. "
" A-aku kena bunuh kau ! "
Jerit Zennirah Aisyah dengan kuat dan mata yang tertutup sedang tangannya menekup kepala Mateen dengan bantal yang dipegangnya.
" M-maafkan aku. "
" A-aku s-sayang Malek.. "
Ucap Zennirah Aisyah sambil menangia.
Teriakan Mateen , semakin kuat didengari. Namun Zennirah Aisyah tetap tidak mengalihkan bantal itu dari menekup wajah bayi lelakinya.
Share this novel