Tujuh Tahun telah berlalu dan ini adalah hari dimana aku wisuda,dengan bangga aku memakai baju kebaya dengan bawahan songket,aku bisa membanggakan kedua orang tua ku,dan lebih bahagia lagi setelah wisuda aku langsung bisa bekerja ini suatu kebanggaan bagi ku,dengan memakai toga nama ku di panggil dengan predikat terbaik,
Senyum bapak dan mamak tidak hilang dari bibir nya,dan terlihat butiran bening mengalir dari sudut mata mamak,Dengan gaya feminim aku dan orang tua ku merapat mengapit ku untuk mengambil foto,dengan rambut di sanggul,make over yang tidak berlebihan tapi terkesan mewah,membuat aku lebih cantik,ya Miko Damanik sekarang sudah menjadi seorang sarjana ekonomi akuntansi,itulah gelar ku.
Kini aku bekerja di sebuah perusahaan dan aku di letak kan di bagian keuangan,sebenar nya aku tidak nyaman di bagian ini karena tanggung jawab nya begitu besar tapi atasan di perusahaan ini langsung menempatkan ku pada bagian itu
"Miko"
"ya pak"
"tolong kamu antar pembukuan akhir bulan ini ya ke kantor saya ya"
"baik pak"kata ku dengan membungkuk kan badan,sebenar nya aku cantik tapi kenapa sampai sekarang aku belum punya pacar,aku menarik nafas ku,dengan sigap ku ambil hasil laporan akhir bulan ini dan langsung menuju ruangan pak Sam,
"masuk"
"maaf pak ini pembukuan nya pak"
"terima kasih ya mik"aku mengangguk kan kepala dan langsung keluar,
"mik"panggil Zahra
"ya Ra"
"jalan yu malam ini?
"kemana?
"cuci otak biar gak suntuk"aku tersenyum,aku sudah mengirim uang untuk keperluan ibu,handphone pun sudah aku belikan kini aku harus merenovasi rumah,target ku yang belum terlaksana,
"aku tidak bisa Ra"
"kenapa?
"ada urusan aku malam ini"
"sama pacar mu"aku tersenyum seraya menggelengkan kepala
"susah kamu mik,,,ayolah kita cuma makan sambil ngobrol"andai saja kalian tau kalau aku sedang berhemat agar aku bisa mengirimkan uang buat orang tua ku.
"lain kali saja ya"kata ku dengan berjalan menuju ruangan ku,
waktu memang begitu cepat,teman ku semua sudah menikah tinggal lah aku seorang yang belum mendapat kan jodoh,tapi aku yakin Allah sedang mempersiapkan jodoh yang terbaik untuk ku,
"selamat ya Ra"kata ku menjabat tangan nya dan memeluk nya
"semoga kamu cepat menyusul ya mik"
"mudah mudahan ya Ra"kini lengkap sudah kesendirian ku,
Hidangan sudah siap di meja makan,sebenarnya aku malu undangan sendirian tapi apalah daya,mungkin untuk pendidikan aku memang nomor satu tapi soal pacar aku jomblo....dan prank,,,,piring yang aku pegang jatuh berserakan karena kelalaian ku aku menabrak seseorang
"maaf pak,maaf,,,"kata ku gugup mata terpejam dengan sedikit membungkuk kan badan ku
"aku tidak papa nona"kata nya,ku buka mata ku,lelaki yang begitu tampan,dengan postur tubuh tinggi berisi dan kulit nya sedikit hitam tapi tidak mengurangi rasa ganteng dan rapi nya
"boleh kita berkenalan"kata nya,aku sedikit ragu karena kalau di lihat dari usia nya dia tidak mudah lagi
"boleh pak,tapi saya takut ada yang marah"kata ku pelan
"jangan panggil aku pak,apakah aku kelihatan sudah begitu tua sehingga kamu memanggilku dengan sebutan pak?aku jadi malu apakah dugaan ku salah"aku masih lajang"deg,,rasa nya muka ku terasa panas karena malu
"nama saya Pram,Prambudi"dengan berjabatan tangan
"nama saya Miko,Miko Damanik"Jawab ku,kami memilki postur yang sama sama tinggi meski tinggian dia
"kamu asli nya?
"Tapsel pak"jawab ku
"jangan panggil saya pak"kata nya
"jadi harus apa saya memanggil nya?tanya ku"baiklah bang"panggilan yang sangat lucu dengan harus memanggil dengan sebutan bang,tapi bagi ku biasa dengan sebutan itu dan kami saling bertukar no handphone
kini kami sering telponan sekedar menanyakan kabar,atau bertukar cerita,usia ku sudah tidak mudah lagi,bahkan mamak selalu menanyakan kapan aku akan menikah karena mamak ku takut aku akan menjadi perawan tua.
"halo Pudan"mamak menelpon
"iya Mak"sahut ku dengan malas
"mamak sudah tidak sabar mang melihat kau menikah"aku diam"kau kan tau kalau di kampung kita ini perempuan seusia mu belum menikah di anggap gak laku dan perawan tua mang"
"bersabarlah Mak"jawab ku dengan menggaruk garuk kepala ku yang tidak gatal
"sampai kapan Pudan?aku menarik nafas dalam dalam,bagaimana aku mau menikah Mak,jangan kan calon suami pacar saja aku tidak punya,
"kalau begitu mamak jodoh kan saja kau ya sama anak tulang mu?
"jangan Mak"kata ku
"jadi?pertanyaan mamak membuat ku serba salah.
"baiklah tapi mamak menunggu kabar kau ya Pudan?
"iya Mak"hp mati.aku sedikit lega ketika mamak mematikan hp nya.aku nyengir mengingat kata mamak kalau aku belum mendapatkan jodoh aku akan di jodohkan dengan anak tulang ku
"Ya Allah datangkan lah jodoh untuk ku ya Allah"batin ku
"kamu kenapa mik?
"tidak ada"
"kenapa gelisah?aku tersenyum,mereka tidak perlu tau orang tua ku yang tengah memaksa ku untuk segera menikah.
tapi permasalahan nya dengan siapa aku akan menikah,aduh,,,aku memiliki wajah cantik,postur tubuh oke,otak tidak di ragukan lagi jadi dimana letak kesalahan ku sehingga sampai sekarang belum ada yang melamar ku,,aku menangis meratapi diri ku.tidak aku tidak boleh patah semangat,mungkin saja Allah lagi mempersiapkan jodoh terbaik ku,tapi dimana?semangat bukan kah Allah menciptakan manusia berpasang pasangan,pasti ada untuk ku,ya barangkali saja jodoh ku masih di dalam kandungan mamak nya atau masih bermain dengan teman nya,atau,,,kebanyakan atau...
Dengan tidak bersemangat aku berjalan menuju Pantry,aku langsung meneguk habis air satu gelas yang berada di tangan ku
"apa kah aku harus lebih agresif"batin ku"masak iya aku harus melakukan itu,tidak,tidak,terlalu rendah aku melakukan hal itu,bukan kah aku Miko Damanik,begitu cantik tapi masak iya aku harus menyerah"
"tapi ya sudah lah kalau memang Allah memberikan aku jodoh pasti jodoh itu akan datang pada ku,mungkin tidak sekarang tapi aku yakin Allah sedang mempersiapkan yang terbaik untuk ku"batin ku"aku harus bersabar,kalau sudah tiba waktu nya pasti dia menghampiri ku"aku tertawa sendiri,setelah itu aku kembali lagi ke bangku ku,kali ini aku lebih tenang.
sebentar lagi jam pulang,aku merapikan pakaian ku dan merapikan rambut ku,barangkali saja ketika aku pulang aku bertemu dengan jodoh ku
Waktu Berlau
Share this novel