aku memberikan tempat dimana ibu dan Mita untuk saling berbicara,mungkin ketika aku berada di tengah tengah mereka membuat mereka tidak leluasa untuk menceritakan isi hati mereka masing masing.
Ku baringkan tubuhku di sofa di depan TV,rasa nya sungguh nyaman,dengan memijit kening ku yang sakit sambil memejamkan mata,sampai aku tidak tau kalau mbak Mita sudah pulang
"saya pamit dulu Tante,dan terima kasih waktu dan makan siang nya"
"sama sama"
"Miko dimana ya Tan?
"iya,kemana ya?
"bi!
"ya Bu"sahut bi Surti dengan mendekati ibu
"Miko kemana ya?
"saya lihat tadi di ruang tv Bu"
"terima kasih ya Bi"ibu dan mbak Mita berjalan menuju ruang tv,begitu sampai mereka tidak melanjutkan langkah nya karena melihat aku sedang tertidur
"jangan di ganggu ya Mita,kasihan lagi istirahat"wajah mbak Mita menunjukan sedikit rasa kecewa dan cemburu
"iya Tan,lagian Miko butuh istirahat"ibu tersenyum,mbak Mita menggandeng tangan anak nya yang mungil"saya pulang ya Tan"dengan memeluk ibu
"hati hati"
"iya Tan"ibu mengantar sampai pintu luar begitu mbak Mita sudah keluar ibu menutup pintu dan masuk kembali
"aku menyesal mas Pram kenapa aku dulu menolak menikah dengan kamu dan memilih mas Dani,aku menyesal karena mas Dani membohongi ku"kata mbak Mita sesaat memandangi rumah orang tua bang Pram yang begitu megah
ibu berjalan mendekati ku dan menatap wajah ku yang begitu polos dan sederhana,ada rasa iba di hati ibu melihat aku yang sedang hamil tanpa ada anak nya disisi ku,ibu mengusap punggung ku dengan lembut,sehingga membuat aku terkejut dan langsung terduduk
"ibu"panggil ku pelan dengan memijit tengkuk ku yang terasa pusing
"ibu mengganggu kamu?
"tidak Bu,maaf Bu Miko ketiduran"
"kamu tidak makan?aku menggeleng kan kepala ku"apa masih terasa mual"aku mengangguk kan kepala ku lagi,kita kerumah sakit?
"kerumah sakit Bu?
"iya"
"Miko baru tadi pagi keluar dari rumah sakit Bu"
"jadi"
"Miko heran Bu kenapa Miko sekarang hobi tidur Bu,pada hal Miko tidak seperti ini sebelum nya"ibu tersenyum dengan mengusap paha ku dengan lembut
"bawaan orok"
"orok,,apa itu orok Bu?
"kamu tidak tau,orok itu bayi nak"aku tersenyum dengan melihat ibu membelai perut ku yang masih rata
"maklum Bu Miko anak Batak,jadi belum paham"
"belum atau tidak?tanya ibu dengan menggoda ku
"seperti nya belum Bu"kami tertawa
"ke kamar ibu saja kalau mau istirahat"
"bapak kemana Bu?dengan berjalan menuju kamar ibu dan aku menggandeng nya
"bapak lagi keluar kota,dan ibu bersyukur kamu menginap di sini satu Minggu jadi bisa menemani ibu"
"selama ini bapak Bu?tanya ku,ibu memandang ku
"bapak sebelum pensiun tugas nya di perbatasan Malaysia dan sementara ibu tinggal di Bogor"
"apa ibu dulu juga bekerja?
"iya,ibu seorang dokter"
"ini seorang dokter!!!betapa terkejut nya aku
"iya"
"ibu dokter apa kalau Miko boleh tau?
"dokter spesialis kandungan"
"ha!!tambah rasa terkejut nya
"jangan terkejut?
"sungguh Miko sangat terkejut Bu"
"ibu sudah pensiun jadi sekarang ibu menikmati hari tua ibu,cuma bapak kamu saja yang bekerja"
"tapi bukan kah bapak juga sudah pensiun Bu?
"sudah tapi bapak kamu itu tidak mau istirahat karena biasa bekerja dan sekarang lagi buka beberapa usaha,memang ada karyawan nya tapi kata bapak harus dikontrol"
"pasti bapak lelah ya Bu,kenapa gak dipercayakan sama orang saja Bu"
"bapak kamu itu keras kepala"aku tersenyum dengan mengusap punggung nya"untung ada kamu mesti jarang datang tapi ibu sudah merasa senang" ah ibu harus menghabiskan masa tua sendiri
"maafkan Miko Bu yang tidak bisa menemani ibu selalu"
"ibu mah sudah biasa"
kami masuk ke dalam kamar dan aku membantu ibu untuk naik ke ranjang
"ibu tadi sakit apa?
"asam urat sama asam lambung ibu naik"
"ibu sudah ke dokter?
"belum"
"nanti habis magrib Miko antar ya Bu"ibu memandang ku dan langsung memeluk ku
"ibu dulu takut sekali ketika tiba tiba Pram minta menikah dengan kamu yang baru di kenal nya dan berjumpa cuma tiga kali"ibu menarik nafas"dan rasa takut ibu sudah terbalas ketika melihat kebaikan kamu"aku tersenyum"kamu sederhana,cantik,pintar sudah begitu baik lagi"
"jangan terlalu menyanjung Bu"
"fakta nya"
"Miko sebelum menikah juga berharap memiliki suami yang menyayangi dan mencintai Miko Bu,lebih lebih memiliki mertua yang sayang sama Miko,seperti ibu"kami langsung tertawa,dan kami di kejutkan dengan suara telpon genggam ibu
"bapak kamu"kata ibu"assalamualaikum pa"
"waalaikum salam ma,gimana sudah sehatan?
"sudah pa"
"lho tadi telpon papa kata nya sakit,sembuh nya cepat bener ma?
"anak papa sudah datang"
"anak papa?maksud mama Pram sudah pulang dinas?
"bukan pa"aku mendengar kan pembicaraan mereka dengan tersenyum karena sama ibu ponsel nya di speaker kan
"anak kita bukan nya cuma satu ma"
"ya memang cuma satu pa"
"lalu?
"lalu yang datang istri anak kita pa"
"maksud mama,Miko yang datang?terdengar suara papa yang begitu bahagia"lama Miko menginap nya ma?
"satu Minggu pa"
"Alhamdulillah,,,papa jadi tidak khawatir ninggalin mama sendiri"kata bapak dengan tertawa"terus obat apa yang membuat mama langsung sembuh?
"oh iya mama lupa kasih tau ke papa"
"apa itu ma?
"kita akan menjadi kakek pa"
"sungguh ma,,,aduh aduh papa senang sekali dengar nya ma"
"mama juga pa"
"sampaikan sama Miko ya ma supaya bisa jaga kesehatan selalu"
"iya pa"jawab ibu"habis magrib Miko mau mengantar mama kontrol pa"
"iya,,hati hati ya"
di usia senja seperti mereka saja masih bisa begitu romantis dan aku rasa cinta di antara mereka begitu kuat sehingga tidak terpisahkan,tapi mudah mudahan bang Pram seperti bapak.
"kamu kenapa?tanya ibu begitu ponsel ibu mati
"senang saja lihat ibu begitu romantis dengan bapak Bu"
"karena kamu belum begitu dalam mengenal Pram"aku malu ternyata ibu mengetahui apa yang sedang aku pikirkan,mungkin ibu melihat bang Pram selalu mesra dengan mantan mantan nya.
"ibu"kata ku manja dengan memukul pelan paha nya
"kenapa mesti malu nak,kamu sekarang suedang mengandung anak Pram dan calon cucu ibu masak masih malu malu"
"bukan malu Bu hanya belum terbiasa"
"maka terbiasa kan mulai sekarang,ceritakan yang menjadi keluh kesah mu"
aku langsung memeluk ibu sambil menangis dengan begitu lama,sehingga membuat ibu penasaran kenapa aku bisa nangis seperti ini.
Masih Pura Pura
Share this novel