BAB 22

Romance Completed 26341

" Mak " sapa Widya.

" Eh Dya. Arief mana ? " soal Puan Fatimah. Sejak dari tadi dia tidak nampak kelibat anaknya itu.

" Oh abang pergi jumpa pakcik semalam tu. Katanya ada urusan kerja lagi " Widya memerhati ibu mertuanya menggoreng ayam.

" Dya boleh tolong mak tak ? Mak dengan along nak pergi jemput orang kampung datang kenduri nanti, Dya tolong gorengkan ayam ni lepastu tolong siangkan ikan tu " .

" Boleh mak " Widya terpaksa mengangguk walau hakikatnya dia tidak tahu langsung membuat semua itu.

" Mak pergi dulu ea " .

" Okey mak. Hati-hati " Widya hanya memandang Puan Fatimah berlalu.

" Hadoii macam mana ni " Widya teragak-agak untuk memegang sudip.

Tanpa Widya sedar, ada yang memerhatinya.

Tiba-tiba ayam di dalam kuali itu meletop. Minyaknya terpecik. Widya segera berlari menjauh dari kuali.

" Apa ni ? Mak buat senang jer tadi " bebel Widya.

Arief tidak dapat menahan tawanya melihat Widya. Geli hatinya melihat gaya Widya.

Widya memandang Arief.

" Bila awak balik ? " soal Widya.

" Baru jer tadi. Meh lah saya goreng ayam tu. Nanti tak pasal-pasal orang dalam rumah ni makan ayam rentung " Arief mengambil sudip di tangan Widya.

" Elehh macam lah bagus sangat " .

Widya mengambil pisau dan mengambil ikan yang yang sudah direndam dalam sinki. Dia hanya membiarkan Arief menggoreng ayam.

Arief memerhati sekilas Widya menyiang ikan. Kepala ikan kembong itu sudah pun selamat dipancung oleh Widya. Lagaknya seperti menjalankan hukuman pancung. Perut ikan itu ditikam berkali-kali.

" Dya, awak buat apa ni ? " Arief mendekati Widya. Ayam goreng di dalam kuali ditinggal kan seketika.

" Siang ikan lah. Awak tak pernah tengok orang siang ikan ke Arief ? " soalnya geram.

" Saya memang lah pernah tengok orang siang ikan, tapi tak pernah lah pulak tengok orang seksa ikan macam awak buat ni " .

" Bila masa pulak saya seksa ikan ni ? Saya tengah siang lah. Awak ni kan, semua saya buat salah " .

" Dya, bukan macam ni cara nak siang ikan. Habis hancur dah ikan ni. Mana ada orang siang ikan tikam perut ikan ni banyak kali. Awak lepas geram ke apa ? " .

" Hishh malas lah nak buat kalau macam ni " rajuk Widya. Dia terus berlalu duduk di meja makan.

Arief mengikut langkah Widya. Dia menarik kerusi di sebelah Widya lalu terus duduk.

" Dya " panggil Arief.

Widya hanya mendiamkan diri.

" Dya, cak cak " Arief mengagah Widya seperti mengagah anak kecil.

Widya menahan tawanya melihat kelakuan Arief.

" Dya, saya bukan nak cari kesalahan awak. Saya cuma tegur awak. Jangan lah merajuk " pujuk Arief.

" Okey, saya tak merajuk lagi. Tapi ada satu syarat " .

" Apa dia ? " .

" Ajar saya masak " .

" Okey boleh jer. Jom " Arief menarik tangan Widya pantas.

' Hishh dia ni gelojoh betul ' .

" Alamak Dya, ayam dah rentung " Arief mengangkat ayam yang sudah pun rentung.

Widya terus menghamburkan tawanya.

Gara-gara ingin memujuk Widya, Arief terlupa akan ayam yang digoreng nya.

" Padan muka. Tu lah berlagak lagi " .

" Awak lah ni. Menu kita tengahari ni ayam rentunglah gamaknya " Arief juga ketawa.

" Dah lah yang rentung biarkan rentung. Meh sini saya ajar awak siang ikan " Arief bergerak ke sinki.

Widya hanya menurut.

" Kesian ikan ni, habis kepala dia awak pancung. Lepas tu perut dia awak tikam berkali-kali " Arief mengalihkan ikan yang sudah tiada rupa ikan tadi di tempat lain.

Widya pantas mencubit lengan Arief.

" Aww sakit lah Dya " Arief menggosok lengannya yang dicubit.

" Haa padan dengan muka awak, siapa suruh sakat saya " .

" Awak cepatlah, cakap tadi nak ajar saya " .

Arief berpura - pura merajuk.

Widya mendapat idea. Dia mengambil air sabun di tepi sinki, dicelupkan tangannya. Dengan pantas Widya mencalit air sabun di tangannya ke muka Arief.

" Dya, apa ni ? " Arief mengejar Widya. Widya pantas berlari menjauh daripada Arief.

Arief terus melutut lalu memegang dadanya. Widya meluru ke arah Arief.

" Eh Arief kenapa ni ? " soalnya cemas.

Arief terus mengambil kesempatan untuk mengenakan Widya kembali, dia memegang Widya erat supaya Widya tidak lari. Tangannya pantas mencapai bekas sabun, dituangkan air sabun itu dikepala Widya.

" Arief !!! " jerit Widya.

Arief sudah mengekek ketawa. Dia pantas berlari. Dapur sudah pun lecak kerana tumpahan air sabun.

Sewaktu Arief lari, kakinya tersadung membuatkan dia terjatuh. Widya yang sedang mengejar Arief juga jatuh kerana lantai dapur yang licin.

' Bukk ' . Widya sudah pun terlentang jatuh di atas Arief. Mereka berdua sama-sama ketawa.

" Astagfirullahhalazim alang, kak lang kenapa ni ? " soal Aina yang tiba-tiba muncul.

Arief dan Widya saling berpandangan.

" Achik, baca lah doa " arah Puan Fatimah.

Selepas mereka mengaminkan doa, mereka mula makan.

" Kenapa ayam goreng ni warna hitam ? " soal Achik.

" Rentung lah tu " jawab Aina.

" Eh ni bukan rentung, ni namanya ayam goreng ala-ala ayam masak kicap. Jimat tau. Tak payah pakai kicap pun dah nampak macam ayam kicap " terang Arief.

Widya disebelahnya sudah pun ketawa.

" Banyak lah kamu punya ayam kicap. Siapa yang goreng sampai rentung ni ? " soal Puan Fatimah.

" Alang yang goreng tadi. Tapi sedap tau mak. Ni resepi baru, belum ada siapa-siapa lagi yang masak macam ni " .

Mereka semua ketawa mendengar loyar buruk Arief. Puan Fatimah menggelengkan kepalanya.

Widya tinggal sendirian di rumah. Ayu dan suaminya keluar ke pekan membawa anaknya. Aishah, suaminya dan Puan Fatimah pergi ke pasar membeli barang basah untuk kenduri nanti. Manakala Afiq dan Aina pergi ke kelas tambahan. Arief pula pergi berjumpa dengan Encik Samad.

" Bosannya " keluh Widya. Remote tv ditekan lagi. Tiada channel yang menarik perhatiannya.

" Assalamualaikum " .

" Siapa pulak tu ? " Widya bangun untuk menjengah.

" Waalaikumsalam " jawabnya.

Belum sempat Widya membuka pintu, Intan sudah membuka pintu dari luar lalu terus masuk.

' Haishh Minah gedik ni lagi ' .

" Abang Arief mana ? " soal Intan.

Widya hanya membuat pekak. Tidak dihiraukan Intan.

' Sibuk betul cari laki orang, tak tahu malu ke ? ' .

" Woiii kau pekak ke ? Aku tanya kau ni " marah Intan.

" Kau buta ke ? Kau tengok ada kereta Arief ke ? Takda kan ? Maknanya dia tak ada lah " jawab Widya geram.

' Suka hati nak cakap aku pekak. Dia yang buta. Kau ingat kau boleh pijak-pijak kepala aku ? Memang tak lah, niWidya lah '.

" Kau apa masalah ha perempuan ? Dasar perampas ! " jerit Intan seolah perempuan meroyan.

Widya tersenyum sinis.

" Meroyan ea ? " .

" Kurang ajar kau kan. Tak guna punya betina " Intan meluru ke arah Widya lalu dia terus menolak Widya kasar sehingga Widya jatuh terduduk.

" Hahahahahahahahaha " Intan ketawa seperti orang kurang siuman.

" Auchh " Widya menggosok sikunya yang sakit akibat terhentak di lantai.

Widya pantas bangun lalu menarik rambut Intan sekuat hatinya.

' Kau nak cari gaduh sangat kan ? Rasakan ' .

" Lepaslah bodoh ! " Intan meronta-ronta.

Setelah puas hati, Widya melepaskan rambut Intan.

" Kau ni memang tak guna ! " Intan menyerang Widya lagi. Ditolaknya Widya sekali lagi sehingga terjatuh.

Widya bangun semula, sewaktu dia ingin menolak bahu Intan, Intan mengelak. Widya tercakar wajahnya sehingga terluka.

" Arhh ! " jerit Intan.

Widya benar-benar tidak sengaja. Intan memegang pipinya yang sudah luka.

" Widya ! Intan ! " .

Intan dan Widya terus pandang ke arah pemilik suara itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience