53

Romance Completed 2969

Serena membuka pintu apartemen dengan berhati-hati dan menemukan dokter Vanessa sedang duduk di ruang tamu sedang menyesap kopi dan menonton televisi.

Dokter Vanessa tersenyum penuh pengertian ketika menatap Serena. Saat itu jam 8 pagi, Serena sengaja meminta Damian memulangkannya pagi-pagi sehingga Rafi belum bangun. Semalampun ia berangkat setelah yakin Rafi sudah tertidur pulas.

"Rafi belum bangun." jawab dokter Vanessa tenang, menjawab pertanyaan di mata Serena.

Serena menarik napas lega,

"Dokter menginap di sini?" tanyanya pelan.

Vanessa mengangguk,

"Suster Ana memintaku menemani untuk berjaga-jaga, dan aku tidak keberatan, toh aku tidak ada acara apa-apa," Vanessa tersenyum lembut kepada Serena, "kuharap semalam menyelesaikan segalanya."

Pipi Serena memerah mendengar ucapan Dokter Vanessa yang penuh arti itu, "Dia agak marah tadi pagi saat saya buru-buru pulang demi Rafi", bisik Serena pelan.

Vanessa terkekeh sambil meletakkan cangkir kopinya,

"Dia memang begitu, tak usah pedulikan, aku yakin sebenarnya dia bahagia kau telah memberinya kesempatan," suara dokter Vanessa berubah serius, "Dan setelah semalampun kau tetap pada keputusanmu Serena?"

Serena tercenung mendengar pertanyaan itu, sejenak ragu, tapi lalu menganggukkan kepalanya mantap,

"Saya harus terus bersama Rafi, dia membutuhkan saya." jawabnya lembut.

"Kau selalu memikirkan orang lain, bagaimana dengan dirimu sendiri?" tanya dokter Vanessa tiba-tiba.

Dengan masih tersenyum Serena menjawab,

"Saya tidak apa-apa dokter, saya merasa bahagia karena semua orang bahagia."

Semua orang bahagia selain kau dan Damian. Pikir Vanessa miris ketika Serena berpamitan ke kamar untuk berganti pakaian. Vanessa tahu kalau Serena sama tersiksanya dengan Damian. Dan dia ingin berteriak marah kepada Serena, memarahi ketidakegoisan perempuan itu, sekaligus bertanya sampai kapan Serena mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan orang lain? Untuk kebahagiaan orang lain? Vanessa merasakan dorongan kuat untuk memaksa Serena berbuat egois, mementingkan kepentingannya sendiri, berusaha meraih kebahagiaannya sendiri. Tapi dia tahu Serena, dengan kebaikan hatinya yang luar biasa itu tidak akan mau melakukannya.

Dan tiba-tiba Vanessa teringat pertemuannya dengan Damian ketika lelaki itu baru pulang dari eropa beberapa hari lalu, mata Damian saat itu tampak penuh tekad, setengah gila dan menyala-nyala,

"Kalau dia tidak bisa memilihku, maka aku akan memaksanya memilihku."

Wajah Vanessa memucat mendengar nada final dalam ucapan Damian waktu itu,

"Astaga Damian, kau tidak sedang berencana melakukan tindakan kasar dan pemaksaan untuk memiliki Serena kan?" berbagai pikiran buruk melintas di pikirannya, seperti kemungkinan Damian menculik Serena dan membawanya pergi, atau kemungkinan Damian akan menyingkirkan Rafi dengan cara kasar. Itu semua bisa dilakukan Damian dengan kekejaman dan kekuasaannya. Dan Vanessa takut Damian kehilangan akal sehatnya dan memutuskan melakukan salah satu dari hal yang ditakutinya itu.

Damian menarik napas panjang,

"Aku akan membuatnya hamil anakku." gumamnya setelah jeda yang cukup lama.

Vanessa menganga mendengarnya,

"Apa?" Vanessa sudah mendengar cukup jelas tadi, tapi dia sama sekali tidak yakin dengan apa yang didengar telinganya, dia butuh mendengar lagi.

"Aku akan membuatnya mengandung anakku." gumam Damian penuh tekad.

"Kau sudah gila ya Damian??" suara Vanessa meninggi menyadari keseriusan dalam suara Damian,

Tapi Damian sama sekali tidak terpengaruh dengan nada marah dan ketidak setujuan Vanessan dia tetap tenang dan berpikir,

"Jika Serena mengandung anakku, mengingat sifatnya, dia tidak akan mungkin mengugurkannya. Itu berarti dia akan mengakui hubungan kami kepada Rafi, dan aku akan menggunakan segala cara -dengan menggunakan anak itu sebagai alasan -agar aku bisa mengklaim Serena."

"Kau gila!" seru Vanessa tidak setuju, "apa kau tidak pernah memikirkan perasaan Rafi?? Hatinya akan hancur, dan Serena juga akan menderita jika dia sadar dia telah menyakiti hati Rafi."

"Kau pikir mereka saja yang menderita hah??" sela Damian keras, membuat Vanessa tertegun, "aku juga menderita! Aku tidak bisa makan, aku tidak bisa tidur! Aku menjalani detik demi detik, menit demi menit penuh penyiksaan!! Aku sama saja sudah mati akhir-akhir ini! Aku juga menderita, menyadari bahwa aku bisa memiliki Serena tetapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat perempuan itu memilihku!! Sebelum kepulanganku aku sudah bertekad akan melakukan ini! Tidak ada yang bisa mengahalangiku!!

"Damian," Vanessa melembut, mencoba meredakan emosi Damian, "aku mengerti perasaanmu, tapi bagaimana kalau nanti Rafi ternyata menerima kondisi Serena apa adanya dan kemudian Serena memutuskan membesarkan anak itu bersama Rafi?"

"Kalau itu terjadi aku akan menggunakan cara kekerasan," jawab Damian dingin, "aku akan memberikan ultimatum, Serena memilihku, atau aku akan merenggut anak itu darinya, kalau perlu aku akan menempuh jalur hukum."

"Kejam sekali." Vanessa bergumam spontan.

Damian mengangguk tidak membantah,

"Ya memang kejam sekali." jawabnya menyetujui, tanpa penyesalan dan tampak penuh tekad menjalankan rencananya.

Dan sekarang Vanessa duduk di ruang makan, mencoba menarik kenangannya kembali. Dengan pelan disesapnya kopinya lagi,

Semoga Tuhan melindungi Serena kalau Damian benar-benar membuatnya hamil malam kemarin. Semoga Tuhan mengampuninya karena dengan kesadaran penuh dia sudah mendukung rencana Damian.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience