"Serena." dengan lembut Vanessa menggoyangkan pundak Serena yang tertidur
pulas. Sementara Rafi mengikuti di belakangnya. Dengan sedikit lemah Serena membuka mata dan agak waspada melihat wajah dokter Vanessa yang pucat pasi, dengan segera dia duduk, gerakan tiba-tiba itu
langsung membuat kepalanya pening, tapi Serena menahannya sambil mengernyit, "Ada apa dokter? Rafi kenapa?" "Aku baik-baik saja di sini." gumam Rafi dalam senyum.
Serena menatap Rafi dengan lega, tapi lalu menatap dokter Vanessa yang begitu pucat pasi,
"Serena, aku.... Ah aku bingung bagaimana mengatakannya, tapi aku harus segera pergi, ini darurat... Tapi aku bertanya-tanya mungkin kau mau ikut.."
"Ada apa dokter?", Serena mulai tegang ketika dokter Vanessa tidak juga mengatakan maksudnya.
"Damian, barusan kecelakaan di jalan tol, dia sudah dibawa ke rumah sakit, tapi kami belum tahu kondisinya, Freddy juga sedang dalam perjalanan menuju kesana."
"Apa?" warna pucat mulai menjalar ke wajah Serena, lalu segera digantikan dengan kepanikan luar biasa, "Ya Tuhan, aku ikut ke rumah sakit, dokter!!"
Rafi mengamati kepanikan Serena dari kejauhan, tapi dia hanya diam dan menatap. Serena tampak pucat pasi dan ketakutan luar biasa. Kenapa sampai begitu? Seolah-olah kondisi Damian benar-benar membuatnya cemas. Padahal Damian kan hanya atasannya di perusahaan? Atau.....
Jangan-jangan lebih dari atasan ? Pikiran buruk itu menyeruak dalam benak Rafi, dan dia cepat-cepat menyingkirkannya. Tapi ketika dia melihat betapa Serena mulai gemetaran karena cemas dan panik ketika bersiap-siap berangkat, mau tak mau pikiran buruk itu memenuhi benaknya, ada hubungan istimewa apa antara Damian dengan Serena?
Perjalanan ke rumah sakit berlangsung begitu menyiksa bagi Serena, dia terus menerus berdoa, seakan semua trauma masa lalu menghantamnya lagi keraskeras. Ini hampir sama dengan kecelakaan yang membunuh kedua orangtuanya dan melukai Rafi dulu. Dan Serena tidak akan kuat menanggungnya kalau sampai terjadi apa-apa kepada Damian. Ya Tuhan!! Jangan sampai terjadi apaapa pada Damian, dia belum sempat mengatakan... Dia belum sempat mengatakan dengan jelas, bahwa dia...
Bahwa dia mencintai Damian.
Serena berlari di depan menuju ruangan gawat darurat sementara Vanessa mendorong kursi roda Rafi di belakangnya.
Dia melangkah memasuki ruang perawatan itu dan langsung bertatapan dengan Damian.
Lelaki itu duduk di meja perawatan, telanjang dada, kepalanya terluka dan sudah di tutup perban, dokter sedang membalut luka di pundak dan lengannya. Banyak darah, tapi sudah dibersihkan. Selebihnya, Damian tidak apa-apa. Lelaki itu masih hidup, masih untuh, dan ketika Damian memalingkan kepalanya lalu menatap Serena dengan mata birunya yang menyala-nyala.
Serena pingsan.
Share this novel