41

Romance Completed 2969

Pagi itu Damian duduk di kantornya dengan muram. Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Damian sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartement itu sendirian.

Tanpa Serena. Dia terbangun pagi-pagi sekali, karena terbiasa mencari Serena untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong. Dengan marah Damian langsung bangun dan murka.

Berani-beraninya pelacur itu meninggalkannya?

Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Serena itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Serena bilang "Sampai jumpa di kantor besok pagi" jadi Damian menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga.

Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas. Ia terlalu kasar. Ia tahu itu. Ia terlalu kuat dan Serena terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukan Serena kalau pemandangan Serena yang sedang dipeluk dan dicium oleh Freddy itu benar-benar membuatnya marah? Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Serena ! Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Serena!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan. Damian terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu. Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Serena?

"Masuk."

Pintu itu terbuka pelan, dan Serena muncul disana. Hati Damian langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Serena.

Gadis itu masih memakai pakaiannya yang semalam meskipun kelihatan segar setelah mandi. Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin.

Kenapa kau pucat sekali sayang?

Damian berdehem, menahan perasaannya.

Detik itu juga Damian memutuskan dia akan memaafkan Serena. Dia tidak bisa menyalahkan Serena karena merayu Freddy, tidak ada yang bisa melarangnya kan? Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Serena tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Damian berhak memiliki Serena sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu, bahwa Serena tidak boleh disentuh lelaki lain, bahwa tubuh Serena adalah hak eksklusifnya, miliknya.

Untuk sekarang, Damian yakin Serena akan memohon maaf padanya, dan itu bukan masalah, Damian siap memaafkan Serena atas pengkhianatannya semalam. Dia siap menerima Serena lagi. Dia belum mau melepaskan Serena.

"Duduk." perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Serena duduk, tapi gadis itu tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

"Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?"

Dimana kau tidur semalam? apakah kau baik-baik saja ? apakah aku menyakitimu? pertanyaan-pertanyaan itu yang bermunculan di benak Damian, tetapi lelaki itu menahankannya.

Serena mendongakkan kepalanya, matanya tampak penuh tekad ketika menatap Damian. Takut, tapi penuh tekad.

"Aku...ingin melunasi semua hutangku dan mengakhiri perjanjian kontrak kita."

Damian tertegun.

Rasanya seperti seluruh aliran darahnya dihentikan seketika. Ini adalah jawaban yang sama sekali tidak disangkanya. Damian begitu terkejut hingga membatu seperti patung.

Tetapi ketika keterkejutannya usai. Kemarahan langsung merayapinya. Seperti api yang membakar pelan-pelan, makin lama makin berbahaya.

"Apa?" desis Damian di antara giginya, tangannya terkepal.

Dengan sedikit gemetar, Serena meletakkan sebuah kertas di meja Damian.

"Ini cek sebesar tiga ratur empat puluh juta, untuk melunasi hutangku sebesar tiga ratus juta, dan hutang ke perusahaan sebesar empat puluh juta, dan ini..." Serena meletakkan sebuah amplop di meja, "Surat pengunduran diriku dari perusahaan ini."

Hening cukup lama. Damian hanya duduk di situ, mengamati Serena dengan mata yang menyala-nyala.

Kemudian lelaki itu memajukan tubuhnya dan menatap Serena sambil tersenyum dingin.

"Lunas sepenuhnya? Jadi malam-malam selama kau melayaniku itu kau anggap service gratis untukku?"

Wajah Serena pucat pasi mendengar hinaan tersirat itu.

"Aku...Aku hanya ingin melepaskan diri dari perjanjian itu..."

Damian mendesis gusar, lalu mengambil cek itu dan mengamatinya, alisnya terangkat, kemarahan tampak semakin membakarnya.

"Kau bisa memperoleh uang sebanyak ini dalam semalam, apakah kau menemukan korban lain yang bisa memberimu uang untuk melepaskan diri dariku?"

Serena membelalakkan matanya tak percaya akan kesimpulan negatif yang di ambil Damian,

"Jangan menuduhku serendah itu!!! Aku...aku bukan pelacur seperti yang kau kira!!"

"Kau pernah dengan sukarela menjadi pelacurku demi uang tiga ratus juta!! Bagaimana bisa aku tidak berpikir kau bersedia melacurkan diri pada orang lain demi melepaskan diri dariku hah???!!" Damian menggebrak meja dengan begitu kerasnya, hingga Serena terlonjak kaget dari tempat duduknya.

Lalu tanpa di duganya. Damian mengambil surat pengunduran dirinya di meja. Dan merobek-robeknya bersama dengan cek yang diberikannya.

Serena hanya ternganga, kaget dengan tindakan tak terduga Damian itu. Sementara lelaki itu berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan mengancam sambil merobek-robek surat dan cek itu menjadi serpihan-serpihan kecil.

Ketika Damian mulai mendekati Serena, Serena langsung berdiri menjauh, waspada.

"Kenapa kau merobek cek dan surat itu?" tanya Serena gugup, takut akan suasana hati Damian yang begitu muram.

Damian makin mendekat. Lalu berhenti dan tersenyum sinis ketika melihat Serena mundur lagi menjauhinya.

"Aku tidak akan melepaskanmu begitu mudah Serena, kau pikir aku akan diam saja kau bodohi? Aku akan membuatmu menerima balasan setimpal sebelum akhirnya melepaskanmu..."

Tiba-tiba Damian bergerak cepat meraih Serena sebelum dia bisa menghindar. Serena mencoba meronta, tapi ia sadar dari pengalamannya bahwa percuma saja dia melawan kekuatan dan kemarahan Damian, jadi dia hanya diam dengan wajah pucat pasi ketakutan.

"Katakan padaku Serena...Pria yang membayari hutangmu itu...Apakah dia sudah menidurimu?" mata Damian menggelap penuh kemurkaan, "Apakah dia sudah menyentuhmu?" napas Damian mulai memburu, "Apakah ciumannya sebaik ciumanku? Atau dia hanya pria bodoh yang tertipu oleh kepolosan palsumu yang...."

"Lepaskan aku!!!!" entah darimana Serena seperti mendapatkan kekuatan untuk mendorong Damian dan melangkah menjauh. "Aku sudah membayar hutangku. Aku sudah tidak terikat denganmu!! Kau tidak berhak melecehkanku lagi!!"

"Melecehkan katamu?? Kau bilang itu pelecehan? Kau menyambutku dengan hangat setiap aku mendatangimu dan kau bilang itu pelecehan??"

PLAK!!!!

Tangan Serena tanpa disadari melayang sendiri menampar pipi Damian sekeras mungkin, kata-kata Damian yang luar biasa menghina itu sangat menyakiti hatinya.

Damian berdiri disana mengusap pipinya lalu tersenyum jahat.

"Kenapa menamparku? Apakah kau merasa malu karena kekotoran moralmu terungkap disini?" gumamnya sinis.

Dengan bergegas Serena melangkah ke pintu, sedikit lega karena Damian tidak mengikutinya.

"Aku akan mengirimkan lagi cek yang baru, berikut surat pengunduran diriku...Bagiku semua sudah lunas di antara kita" gumamnya lirih.

"Bagiku belum," desis Damian tenang, "Kau boleh kabur kemanapun Serena, dan aku bersumpah akan mendapatkanmu. Dan ketika itu terjadi aku tidak akan main-main lagi, aku bahkan akan merantaimu di kamar jika perlu. Dan tak usah repot-repot mengirimkan cek ataupun surat apapun, aku akan merobekrobeknya lagi."

Tangan Serena yang memegang gagang pintu gemetaran.

"Kenapa kau begitu kejam padaku...?" Rintihnya putus asa, matanya berkacakaca.

Sejenak Damian terpaku. Serena tampak begitu hancur, begitu luluh, hingga seketika itu juga Damian ingin memeluk Serena dan menghiburnya, meminta maaf atas kata-kata kasarnya. Tapi akal sehatnya segera mengambil alih. Itu akting, teriaknya pada diri sendiri, jangan tertipu, gadis ini pandai memanipulasi orang dengan berpura-pura rapuh. Kau sendiri sudah merasakannya bukan?

"A...Aku tetap akan pergi..." Serena bergumam ketika Damian hanya berdiam diri, "Kau boleh memaksaku semaumu, tapi aku akan melawanmu sekuat tenaga."

Dengan cepat Serena membuka handel pintu. Lalu menolehkan kepalanya untuk menatap Damian, mungkin untuk yang terakhir kalinya.

Diserapnya sosok itu baik-baik, sosok dingin yang berdiri kaku, menatap Serena dengan penuh kebencian. Disimpannya sosok itu baik baik, dan tiba-tiba saja hatinya terasa teriris. Air mata mulai menetes dari sudut matanya, dan dengan segera Serena melangkah keluar dari ruangan itu.

Setengah berlari dia memasuki lift tanpa mempedulikan tatapan bingung sekertaris Damian.

Di lobby, suster Ana yang menunggu dengan gelisah dari tadi langsung berdiri begitu melihat Serena muncul di lift.

"Bagaimana...?"

Pertanyaannya tak terjawab karena Serena langsung mengajaknya keluar dari lobby menuju parkiran, menaiki mobil jemputan rumah sakit yang diminta suster Ana mengantar mereka ke sini tadi.

Di mobil air mata Serena tak terbendung lagi dan suster Ana langsung memeluknya untuk menenangkannya.

"Ssshhh...Semuanya tak berjalan baik ya?"

"Dia...Dia tidak mau menerima uang itu...." serena tersedak oleh tangisan yang dalam, "Dia...Dia menuduhku menjual diriku kepada lelaki lain demi mendapatkan uang itu..." tangis Serena meledak lagi dengan kuatnya.

Dan suster Ana langsung memeluknya. Matanya sendiri berkaca-kaca melihat penderitaan Serena.

"Apakah...kau mencintainya, Serena?" tanya suster Ana hati-hati.

Serena langsung tersentak, menatap Suster Ana dengan pandangan nanar.

"Apa...? Itu...Itu tidak mungkin...."

"Serena, mungkin kau tidak menyadarinya, tapi kebersamaan kalian selama ini mungkin saja menumbuhkan sesuatu yang dalam di antara kalian..." suster Ana menatap Serena lembut, "Dan kau...Tidak mungkin menangis semenderita ini jika kau tidak punya perasaan apa-apa kepada Damian, sayang."

Serena hanya termangu. Air matanya masih mengalir, hatinya sakit sekali. Dan memang benar, penghinaan dan perlakuan kasar Damian telah menyakitinya lebih daripada yang seharusnya. Tapi Serena tidak mau memikirkan kemungkinan apapun. Dia tidak mau, dan tidak bisa. Ada Rafi di sisinya bukan?

Suster Ana mendesah melihat kediaman Serena.

"Yah, setidaknya, suatu saat ketika Damian menyadari kesalahannya, dia akan menyesal dan kuharap aku ada di sana ketika dia memohon maaf padamu."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience