4

Romance Completed 2969

Damian mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip.

Damian menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Damian tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.

Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Damian mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas kendali.

Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.

Masih mengernyit Damian menghempaskan tubuhnya ke kursi.

Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya gadis itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu?

Tidak! Dengan cepat Damian menyingkirkan keragu-raguannya. Semua gadis sama saja, Damian tidak pernah salah, Beri gadis-gadis itu kemewahan dan dia akan takluk padamu.

Mungkin tawarannya masih kurang bagi Serena, Damian mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.

Atau mungkin, Serena hanya mencoba jual mahal. Wajah Damian menggelap mengingat kata hinaan Serena barusan, Menjijikkan katanya ??

"Lihat saja Serena, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan mempermalukanmu", sumpah Damian dalam hati.

*** S uasana hati Serena benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya. Serena merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Mr. Damian tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya

Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Ana menyongsongnya dengan wajah pucat pasi,

"Kemana saja kau nak?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kau tak bisa dihubungi!"

Wajah Serena langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Rafi dirawat.

Suster Ana tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.

Serena terpaku di depan ruangan Rafi dengan napas terengah-engah, dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Rafi,

Suster ana tiba dibelakang Serena dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya,

"Dia sudah tidak apa-apa Serena, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Rafi dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",

Air mata mengalir di pipi Serena. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Rafi kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Serena mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Rafi....

Serena memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.

Suster Ana memeluknya dengan penuh keibuan sementara Serena menumpahkan air matanya.

Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Serena makin cemas,

"Bagaimana kondisinya dokter?", suara Serena gemetar, ketakutan

Dokter itu menarik napas panjang

"Rafi pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya Serena",

"Mengoperasi ginjalnya?", Serena mengulang pernyataan dokter itu dengan histeris, "Mengoperasi ginjalnya?! Ya Tuhan!!",

Tubuh Serena menjadi lunglai, untung suster Ana menyangganya, air mata mengalir semakin deras dipipinya,

"Apakah... Apakah tidak ada cara lain ...?",

Dokter itu menarik napas prihatin,

"Rafi dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus dilakukan sesegera mungkin Serena"

Serena menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh tekad,

"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Rafi selamat", suaranya mulai gemetar, "Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi tersebut dok?",

Seluruh tubuh Serena menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti hukuman.

Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika menjawab,

"Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan terjadi komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki Tiga ratus Juta, Serena",

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience