20

Romance Completed 2969

Serena terbangun merasakan sinar matahari menerpanya, dia mengernyitkan alisnya dan membuka matanya pelan-pelan, Sinar matahari memang sudah mengintip malu malu dari balik gorden jendela balkon kamar apartemen itu, Serena menyadari ada tangan kekar yang memeluk perutnya dengan posesif, Damian masih tidur, napasnya terasa naik turun dengan teratur di punggung Serena. Mereka berbaring miring seperti sendok dan garpu, dengan Serena membelakangi Damian berbantalkan salah satu lengan Damian, sementara lengannya yang lain memeluk Serena erat, menempelkan punggung Serena sedekat mungkin dengan dadanya.

Mereka telanjang, dan selimut tebal yang seharusnya menyelimuti mereka sudah tertendang oleh Damian entah kemana, Seharusnya Serena kedinginan, tapi tidak, karena Damian memeluknya dengan begitu eratnya,

Tiba-tiba sengatan rasa bersalah seperti memukulnya, disinilah dia berbaring nyaman dalam pelukan laki-laki yang membelinya sementara Rafi.....

Helaan napas Serena pasti membangunkan Damian karena lelaki itu terasa mulai bergerak, lalu sebuah kecupan lembut mendarat di pelipis Serena,

"Selamat pagi", suara lelaki itu terdengar serak tapi sarat dengan kepuasan sensual yang dalam. Tentu saja lelaki itu puas, dia hampir tidak membiarkan Serena tidur semalaman.

Serena tidak menjawab, tetapi berusaha menarik selimut yang terlempar jauh di kakinya untuk menutupi ketelanjangannya.

Usahanya gagal karena Damian mempererat pelukannya di pinggangnya sehingga Serena tidak bisa bergerak,

"Tidak perlu selimut sayang, aku sudah mengenal setiap jengkal tubuhmu secara intim, tak ada yang terlewatkan....begitu juga sebaliknya hmmm?"

Wajah Serena memerah sampai semerah-merahnya, bahkan telinganyapun memerah dan Damian terkekeh melihatnya,

Lalu tiba tiba tawa itu hilang dan Serena merasakan gairah Damian bangkit lagi,

Dengan bingung dia menolehkan kepalanya dan langsung bertatapan dengan mata biru Damian yang menyala penuh gairah,

"Lagi?", Serena tanpa sadar mengucapkan ketakjubannya, sebegitu cepat Damian menginginkannya lagi setelah semalam?, hanya Tuhan dan dirinya yang tahu bagaimana bergairahnya Damian semalam, Serena pikir Damian sudah terpuaskan, tetapi sepertinya dia salah.

"Aku juga tidak menyangka", gumam Damian parau, "Sepertinya kau akan menjadi penyebab kematianku"

kemudian Damian meraih Serena lagi ke dalam pelukan penuh gairahnya.

*** Serena hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya...hanya kurang satu menit.

Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja. Serenapun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit, Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk wanita dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Serena baru pertama kalinya bercinta.

Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Serena memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

"Iya, aku juga tidak menyangka", suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik perhatian Serena, "Rasanya seperti bukan Mr. Damian."

Mendengar nama lelaki itu disebut mau tak mau Serena menajamkan telinganya, mendengarkan.

"Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Mr. Damian, kami hanya menunduk karena biasanya Bos besar itu hanya melirik dari sudut matanya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh."

Wanita itu menghembuskan napas takjub, "tapi tadi,,,, astaga! Mr. Damian bahkan berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua....", suaranya terpekik hampir histeris, "Dan senyumnya yang sangat jarang itu,,,bukannya menjawab semuanya malah terpesona dengan mulut menganga, ada yang mencoba menjawab tp yang keluar hanya suara tercekik", lanjutnya menggebu-gebu.

"Mr. Damian sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi......benar benar anugerah tak terlupakan! Menurutmu.........."

Serena beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan mendengarkan pemujaan pemujaan terhadap laki-laki itu.

Tapi tetap saja dia ikut bertanya tanya, Serena terpekur di depan pintu kamar mandi.

Dia berpikir mengenai perubahan sikap Damian dikantor, bosnya itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara, banyak wanita di sini yang takut sekaligus memujanya karena sikapnya itu........tapi kenapa dia berubah ramah?

"Memikirkanku?"

Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Serena membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak orang yang berdiri dibelakangnya.

Matanya langsung bertatapan dengan mata birunya yang tajam, obyek pikirannya.

Dan kenapa si bos ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal dia punya kamar mandi sendiri di ruangannya?

Tanpa sadar Serena mengucapkan pertanyaannya keras-keras,

Damian tertawa,

"Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama, tiba tiba ingin ke toilet, tidak bolehkah?", suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam. Dan Serena mengenali tatapan itu, tatapan kalau....

"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"

Dengan cepat Damian meraih Serena,lalu menciumnya, dengan gairah menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi mereka.....

Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Serena terperanjat,dengan secepat kilat didorongnya Damian dan dia setengah berlari masuk ke toilet perempuan.

Didengarnya suara Damian dengan ramah membalas sapaan orang-orang yang baru datang ke toliet, Suaranya terdengar biasa saja bahkan sedikit kegembiraan kecil terselip di sana. Apakah lelaki itu geli atas sikapnya?

Sialan dia! Tak sadarkah dia kalau menyergapnya seperti itu di toilet kantor benar-benar tindakan nekat? Jantungnya masih berdentam-dentam dengan kuatnya seakan ingin meloncat dari tempatnya....

Tapi...Serena mengernyit, apakah jantungnya berdetak keras karena ketakutan....ataukah karena ciuman spontan yang tidak diduganya itu.....?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience