Julukan bajingan menjijikkan saja belum pantas untukku. Damian merenung sambil menatap Serena yang terbaring telanjang,tertidur pulas berbantalkan lengannya.
Obatnya mungkin sudah bereaksi, atau dia kelelahan gara-gara perbuatanmu dasar bajingan! Damian mengutuk dirinya sendiri. Tega-teganya dia memuaskan nafsunya atas tubuh Serena yang sedang sakit!
Tapi kelembutan Serena saat membisikkan kalimat "tidak apa-apa" benar benar membuatnya lepas kendali.
Damian menggertakkan giginya, dia tidak boleh lepas kendali lagi!
Dengan lembut diletakkannya kepala Serena di bantal,dan diselimutinya tubuh telanjang Serena dengan selimut tebal. Saat itulah bel apartementnya berbunyi, Damian mengernyit lalu meraih jubah tidurnya yang tersampir di kursi.
Ketika melihat dari lubang di atas pintu,dia melihat Vanesa dan Freddy berdiri disana,dengan enggan dia membuka pintu apartemennya dan berkacak pinggang di pintu yang terbuka,
"Kenapa kalian bisa datang berdua disini?" tanyanya curiga.
Vanesa mengangkat alisnya,
"Sungguh penyambutan tamu yang tidak sopan, kau kan yang meminta aku datang?"
Damian menatap Vanesa sekilas lalu menatap Freddy yang sedang tersenyum,
"Dan kau? Kenapa kemari?"
Freddy hanya menunjukkan setumpuk berkas kepada Damian,
Sambil menarik napas panjang Damian membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan masuk,
"Silahkan masuk kalau begitu. Freddy, ijinkan aku berganti pakaian yang pantas sebelum melihat berkas-berkas itu, oya Vanesa, Serena masih tidur."
"Tidak hanya tidur kurasa", Vanesa memandang penampilan Damian yang acakacakan dengan tatapan mencela.
Dan ketika Damian tidak membantah melainkan hanya tersenyum kecut, matanya membelalak tidak percaya,
"Maksudmu...kau..?", Vanesa kehilangan kata-kata, "astaga Damian tidak kusangka kau menjadi maniak seks separah itu sampai tega-teganya meminta gadis yang sedang sakit untuk melayanimu!!!", serunya blak-blakkan, "mana dia? aku harusnya merekomendasikan dia dirawat di rumah sakit, bukannya disini, kalau disini bersamamu sepertinya dia bukannya sembuh malahan tambah parah!!!"
Freddy tampak tidak peduli dengan pertengkaran dua orang di depannya, dia sibuk melihat-lihat ruangan apartement itu,
"Wah, apartement yang bagus...mungkin aku bisa beli satu disini ", Gumamnya santai.
Damian melotot ke arahnya, lalu dengan sebal melangkah ke kamar, Vanessa mengikutinya.
Serena sedang tertidur pulas saat Vanessa mendekat ke arahnya, dan menyentuh dahinya,
"Panasnya seperti api, mungkin aku harus membawa sample darahnya ke Lab untuk memastikan dia tidak terkena demam berdarah....",
Vanessa mengernyit menyadari Serena telanjang di balik selimutnya, "Aku masih tidak habis pikir kau menidurinya pada saat seperti ini.....aku tak tahu dia siapamu Damian, setahuku kau masih berpacaran dengan artis cantik itu dan sekarang tiba2 kau sudah tinggal serumah dengan karyawanmu sendiri......."
"Tidak tinggal serumah,aku tinggal di rumahku sendiri, apartemen ini kubelikan untuknya."
Vanessa mengangkat alisnya,
"Oh ya? Kalau begitu berapa malam kau di rumahmu sendiri dan berapa lama kau tidur disini?", dengan cekatan, Vanessa memeriksa Kondisi Serena dan menyiapkan suntikan dari tas kerjanya untuk mengambil sample darah Serena.
Sementara itu Damian kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Vanessa,
"Kau benar", Damian mengangkat bahu, "Sejak tidur bersamanya pertama kali, aku tidak pernah membiarkannya tidur sendirian lagi tiap malam"
"Bagaimana ceritanya kalian bisa menjalin hubungan?, seingatku tingkat peluang pertemuan antara sang CEO dan staff biasa sangat kecil. Sebenarnya sampai sekarangpun aku masih bertanya-tanya Damian, Freddy juga tidak mau menjelaskan apapun, kukira......"
"Bukan urusanmu Vanessa, tidak ada yang aneh dalam hubungan ini, dua orang setuju untuk saling memenuhi kebutuhan itu saja, dan aku menolak menjawab apapun kepadamu", Damian menjawab dengan tajam.
Vanessa mengangkat bahu lalu melanjutkan memeriksa Serena lalu menuliskan resep.
"Diagnosa awal hanya flu biasa, tapi lebih lanjut menunggu hasil tes darah. Aku akan menuliskan resep obat dan antibiotiknya. Tiga hari sekali Damian, dan ingat, dia harus istirahat. Tahan nafsumu, jika kau tidak bisa menahannya, cari perempuan lain."
*** Serena terbangun dengan rasa mual dan sakit di sekujur tubuhnya. ketika dia
membuka matanya, dia melihat perempuan yang sangat familiar di duduk di ranjang sebelahnya, "Dokter Vanessa?" Vanessa tersenyum, "Yah, Damian memintaku datang memeriksamu. Dia dan Freddy, para lelaki
sedang membicarakan masalah bisnis di ruang depan dan aku memutuskan menunggumu sadar di sini, bagaimana kondisimu?" Serena berusaha keras mengeluarkan suaranya, "Mual....pa...nas..", gumamnya serak, Vanessa memegang dahi Serena, panasnya seperti api,
"Kemari, aku akan membantumu meminum obat." dengan cekatan Vanessa membantu Serena meminumkan obatnya, lalu membaringkan Serena lagi dan merapikan selimutnya. Keduanya menyadari bahwa Serena telanjang di balik selimutnya,
wajah Serena langsung merah padam. Vanessa menatap Serena penuh pengertian. " Dia memang kadang kadang sangat egois,kau tahu, terbiasa menjadi bos sejak
dia lahir. Dia bisa dibilang masih keturunan aristokrat dari keluarga berpengaruh di Jerman, sejak dulu dia sudah terbiasa keinginannya dipenuhi....", Vanessa mengedipkan sebelah matanya, "Kau tahu, saat pertama mengenalnya aku sangat tidak menyukainya"
Serena tersenyum malu-malu, "Saya juga ", jawabnya pelan. Vanessa tertawa mendengarnya,
"Tapi walau pun begitu kau tidak boleh menuruti kemauannya seperti itu, kau berhak menolak, kau tahu itu kan?"
Sebelum Serena sempat menjawab, Damian, yang entah kapan sudah berada di ruangan itu berdehem keras, dengan sengaja.
"Vanessa, bukannya kau harus segera membawa sample darah itu ke lab?", gumam Damian datar, tapi matanya memperingatkan.
Vanessa tersenyum miring, lalu mengangkat bahu dan tersenyum pada Serena,
"Sepertinya dokter sudah diusir, obatnya ada di meja Damian beserta cara pakai, kutinggalkan resep kalau2 obatnya habis, besok aku akan mengabarimu tentang hasil labnya".
Vanessa mengangguk pada Serena mengangkat tasnya dan berjalan pergi, pada saat berhadapan dengan Damian di pintu keluar, dia menatap tajam,
"Ingat Damian, dia harus istirahat kalau mau sembuh", gumamnya tegas sebelum melangkah pergi,
Damian menatap pintu yang tertutup di belakangnya lalu mengangkat bahu dan tersenyum pada Serena,
"Kadang-kadang aku merasa dia masih membenciku sampai sekarang."
Serena tersenyum lemah pada Damian yang menuang segelas air dari teko di meja samping ranjang,
"Apakah kau haus ? ayo, aku akan membantumu minum."
Dengan cekatan Damian membantu Serena duduk, beberapa kali selimut melorot dari dada Serena, hingga Serena harus mencengkeramnya, tapi Damian mengabaikannya, sama sekali tidak melirik ketelanjangan Serena, rupanya lakilaki itu bertekad untuk membiarkan Serena beristirahat.
Setelah membantunya minum, Damian menyentuh dahi Serena dengan lembut, dan mengernyit karena badannya sangat panas,
"Maaf", Serena tiba-tiba merasa bersalah, dia jarang sakit, tapi kali ini sekalinya sakit sangat parah sehingga harus bergantung pada belas kasihan Damian,
Wajah Damian melembut,
"Minta maaf karena sakit ?", Damian menarik napas, "kau benar-benar gadis aneh", Damian tersenyum miris, "Oke, obat itu akan membuatmu mengantuk, aku akan memesan makanan, jd begitu bangun kau bisa makan."
Serena mengernyit mendengar kata makan karena dia merasa sangat mual,
Damian menatap Serena dengan tatapan tegas seperti seorang ayah memarahi anaknya,
"Kau harus makan", gumamnya tegas, "Tidurlah", lalu lelaki itu berbalik dan melangkah keluar kamar.
Serena meringkuk dibalik selimut, obat itu membuatnya nyaman dan mengantuk, sangat mengantuk.
Share this novel