Lelaki itu makan seperti biasa, dengan elegan. Sedangkan Serena tidak bisa berkonsentrasi pada makanannya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Damian.
Ternyata Damian suka masakan biasa, dari penampilan dan gayanya, kelihatannya lelaki itu hanya mau makan makanan tertentu dan yang pasti kelas atas, tak disangka dia bisa duduk santai di sofa menikmati sepiring omelet sederhana.
"Kenapa?", Damian tiba-tiba menatap tajam setelah suapan terahkirnya, dia merasakan tatapan Serena selama dia makan,
Serena langsung menundukkan kepalanya gugup,
"Eh....tidak, tidak apa-apa."
Damian tersenyum,
"Pasti kau heran kenapa aku mau makanan rumahan kan?",
Dia lalu meletakkan piringnya, "Aku juga manusia Serena, kita tidak ada bedanya, kadangkala penampilan seseorang membuat kita berpikir bahwa manusia yang satu berbeda dengan yang lain",
Damian mengangkat bahunya, "kuakui memang aku menyukai makanan berkualitas dan bercitarasa tinggi, tapi kadangkala, aku bosan, masakan sederhana buatan sendiri terasa lebih nikmat",
Dengan santai lelaki itu berdiri lalu menuang kopi dari poci di atas meja minuman, dan menyesapnya ringan.
"Dan suka minum kopi",
Tanpa sadar Serena mengomentari kebiasaan Damian, sejak kemarin, diamatinya Damian selalu meminum kopi setiap ada kesempatan.
Lelaki itu tertawa mendengar komentar Serena,
"Ya, kopi berkualiatas juga", gumamnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Serena menunduk, entah kenapa Damian yang santai dan ramah ini lebih membuatnya merasa nyaman, dibandingkan Damian yang kaku dan dingin di kantor,
"Habiskan makananmu, setelah itu kita pindah ke ruang baca, kau bisa membaca atau melihat televisi, ada beberapa pekerjaan lagi yang musti kubereskan.
Serena segera menyelesaikan makannya dan mencuci piring sementara Damian membuat secangkir kopi lagi, sekaligus secangkir teh untuk Serena,dan membawanya ke ruang baca,
Dengan enggan Serena menyusul ke ruang baca, Damian sedang duduk di sofa, menghadap notnya dan tampak Serius, dia hanya melihat sekilas pada Serena,
"Duduklah, minum tehmu", gumamnya, lalu kembali serius lagi menghadap notnya.
Serena sebenarnya mengantuk, tapi dia tidak enak kalau harus masuk kamar duluan, apalagi apartemen ini hanya mempunyai satu kamar yang luas, kamar lain hanya kecil dan diperuntukkan sebagai kamar pembantu, Serena tidak tahu, apakah Damian akan menginap ataupun pulang, dia sama sekali tidak mengatakan rencananya.
Serena menghirup tehnya, lalu duduk di sofa di seberang Damian, dia mengambil sebuah majalah dan membacanya sambil menenggelamkan tubuhnya di sofa.
Bacaan itu menarik, dan keheningan itu membuatnya merasa nyaman, hingga lama-lama dia tak bisa menahan kantuknya.
Share this novel