16

Romance Completed 2969

Serena meletakkan barang belanjaannya di meja dapur, tadi dia mampir sebentar ke supermarket untuk membeli bahan makanan.

Kondisi Rafi baik-baik saja dan cukup stabil, itu sudah membuatnya cukup tenang, Operasi sudah dijadwalkan 1minggu lagi, Sekarang Serena hanya bisa berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan,

Dengan ragu, Serena memandang sekeliling apartemen, lalu menarik napas panjang, semua ini terlalu mewah, terlalu berlebihan untuknya tinggal seorang diri di tempat seluas dan semewah ini, tadi dia menyempatkan diri mengatur pakaiannya yang sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu sebentar, setelah itu dia sempat terdiam lama bingung mau berbuat apa, apalagi ditempat yang luas begini, suasana terasa sangat lengang dan sendirian. Baru kemudian Serena menyadari bahwa dia belum sempat sarapan sejak tadi pagi, jadi dia memutuskan memasak makan malamnya.

Setelah mengatur belanjaannya yang sedikit itu di dalam lemari es raksasa, sehingga tampak menggelikan karena lemari itu terlihat kosong,

Serena mengeluarkan beberapa butir telur, sedikit sosis dan sayuran, dikocoknya dengan pelan sambil berdendang, lalu dituangnya adonan omelet sederhana ini ke wajan mungil yang sudah diberi mentega.

Aroma harum telur menyeruak ke seluruh dapur,

"Baunya enak sekali" Suara itu terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat menegejutkan sehingga Serena hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya,

Dengan gugup dia menoleh ke pintu dapur, Damian bersandar di sana, mengenakan baju santai dan tampaknya habis mandi,

"I,,,iya, aku memasak makan malamku", jawabnya gugup lalu memusatkan perhatiannya lagi ke telurnya.

Damian melangkah dengan santai masuk ke dapur, tak mempedulikan kegugupan Serena, dia berdiri dekat di belakang Serena, lalu menengok penggorengan,

"Apa itu?", tanyanya tertarik melihat masakan Serena.

"Eh, ini? Ini telur goreng kuberi campuran sosis dan sayuran", Serena berusaha bertingkah wajar,

"Seperti omelet?", kali ini Damian tampak benar-benar tertarik,

"Ya seperti itu, tapi ini lebih sederhana. Serena menjawab sambil melirik ke ekspresi Damian, baru sekarang Serena sadar, ternyata lelaki ini tertarik pada hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya.

"Buatkan aku satu ya"

Serena menoleh mendengar permintaan Damian,

"Memangnya kamu mau?", tanyanya ragu.

Lelaki itu mengangkat bahunya,

"Siapa tahu? Lagipula aku lapar sekali, setelah menyelesaijan urusan rumah, aku langsung kemari, kau kan masih penyesuaian diri disini, jadi aku ingin melihat kondisimu."

Dasar perayu ulung, Serena memaki dalam hati, orang seperti Damian tidak segan-segan memanipulasi pikiran perempuan agar mau melakukan apapun yang dia inginkan, pura-pura mengkuatirkanku, huh!

Damian masih berdiri di belakangnya, napasnya terasa hangat di ubun-ubunnya karena Damian memang jauh lebih tinggi dibanding Serena, tiba-tiba saja, tangan lelaki itu ,mencengkeram pundak Serena mendekatkannya ke belakang, kepalanya turun dan bibirnya mengecup leher Serena dari samping dengan kecupan selembut bulu dan panas, sehingga tubuh Serena bagaikan disetrum dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku menunggu di sofa ya, kita makan disana saja", gumam Damian pelan, lalu melangkah pergi meninggalkan Serena di dapur, yang mencoba menetralkan nafasnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience