38

Romance Completed 2969

"Sakit", Freddy mengernyit ketika Vanessa mengusap luka di bibirnya dengan kapas.

"Kau pantas mendapatkannya", gumam Vanessa tanpa perasaan, malah semakin kasar mengusap luka itu.

Mereka baru pulang dari rumah sakit, hidung Freddy patah, dan tiga tulang rusuknya retak sehinga harus ditahan dengan perban. Belum lagi lebam lebam di tubuh dan mukanya. Mata Freddy sudah mulai bengkak membiru. Pukulan pukulan yang diberikan Damian benar-benar brutal.

"Aku kan cuma membantu Damian dengan menunjukkan padanya kalau perempuan yang di peliharanya itu cuma pelacur kecil", Freddy tampak kesusahan bicara, tapi ia masih membela diri.

"Jangan sebut dia pelacur!!! Kau mungkin lebih kotor darinya!", potong Vanessa marah, melemparkan kapas yang di celup alkohol itu ke samping, "Kau sudah bertindak kejam dan gegabah pada Serena.....Astaga! Kau pasti akan menyesal begitu mengetahui semuanya!!"

"Mengetahui apa?", kali ini Freddy mulai cemas. Vanessa tampak begitu marah sekaligus begitu sedih. Bertahun-tahun dia mengenal Vanessa, tak pernah wanita itu tampak begitu dikuasai emosi. Kecuali pada saat pemakaman Alfian.....

"Aku mulai ketakutan", gumam Freddy ketika Vanessa tidak berkata apa-apa, "Mengetahui apa , Vanessa?"

"Kebenaran tentang Serena", jawab Vanessa lirih lalu mendesah seolah-olah tak mampu melanjutkan penjelasannya, "Mungkin kau harus melihat ini dulu."

Vanessa mengambil bundelan artikel itu dari kotak putihnya, membukanya dan meletakkannya di pangkuan Freddy.

Begitu melihat foto yang menyertai artikel itu Freddy terhenyak, dan ketika membaca sleepwiththedevil artikel itu yang ditulis dengan huruf besar-besar, keringat dingin mengalir di dahinya.

Dan begitu selesai membaca keseluruhan artikel itu, wajahnya benar-benar pucat pasi.

"Astaga.....", akhirnya Freddy mampu berkata-kata, suaranya lemah dan diliputi shock yang mendalam.

"Ah ya, astaga". Gumam Vanessa mengejek, "sekarang kau mengerti kan kenapa aku begitu membela Serena?"

Freddy memejamkan matanya, meringis merasakan matanya yang sakit. Hidungnya sakit, bibirnya sakit, sekujur tubuhnya sakit. Tapi yang paling sakit adalah hatinya. Penyesalan itu datang menghantamnya tanpa ampun sehingga yang bisa dilakukan Freddy hanya diam dan menahankan sesak di dadanya.

Dia pantas mendapatkan ini!!!

"Jadi serena melakukan ini semua karena itu...", suara Freddy diwarnai kesakitan, lalu dia menatap Vanessa penuh harap, berharap kalau artikel ini salah. Sebab jika artikel ini benar, apapun yang dilakukan Freddy tadi benarbenar tak termaafkan, "apakah kau sudah memastikan kebenaran artikel ini?"

Vanessa menatap Freddy tajam, tampak puas dengan penyesalan Freddy.

"Aku sudah memastikan ke rumah sakit itu. Tunangannya, Rafi Ardyansyah masih terbaring koma disana dan belum pernah sadarkan diri sejak dua tahun yang lalu. Kemarin Rafi telah menjalani operasi ginjal --yang aku tahu biayanya amat mahal, hampir mencapai tiga ratus juta rupiah --dan sukses. Operasinya sukses, tapi lelaki itu masih belum sadar", Vanessa memalingkan wajah. Matanya tampak berkaca-kaca menahan haru.

"Aku bertanya tentang Serena kepada dokter-dokter di rumah sakit itu, dan rupanya kisah Serena dan Rafi seolah menjadi legenda sendiri di sana. Kisah seorang wanita yang menunggu tunangannya terbangun tanpa putus asa selama bertahun-tahun......"

Jadi karena itu. Kebenaran itu menghantam Freddy dengan telak. Jadi karena itu Serena menjual dirinya. Jadi karena itu Serena mempunya hutang begitu besar diperusahaan,

Freddy menatap Vanessa nanar, lalu mengalihkan tatapannya lagi ke atikel di depannya, dia mengernyit,

Rafi Ardyansyah...

Sebuah kebenaran langsung menghantamnya sekali lagi, sangat keras dan tidak tanggung-tanggung.

"Aku mengenal Rafi Ardyansyah", gumam Freddy seolah kesakitan.

Vanessa langsung menatap Freddy tajam.

"Kau mengenalnya?"

Freddy mengangguk, lunglai.

"Dia... dia pengacara handal dan sukses dari sebuah firma hukum terkenal, reputasinya bagus, sangat jujur dan jarang kalah...Aku tidak begitu mengenalnya, hanya pernah beberapa kali bertemu di pengadilan, menangani kasus yang berbeda, tetapi dia terkenal sebagai pengacara muda berprospek paling cerah di antara kami...aku mendengar dia akan menikah, sampai kemudian dia menghilang begitu saja setelah kecelakaan itu,...ada berita cukup simpang siur setelahnya, katanya dia kecelakaan dan kemudian cacat lalu pindah ke luar negeri, bahkan banyak gossip bilang dia sudah meninggal akibat kecelakaan itu...aku...aku sama sekali tidak menyangka dia masih bertahan hidup...Dalam kondisi koma", Freddy meremas rambutnya seperti tentara kalah perang, lalu menatap Vanessa, mengernyit,

"Kau bilang kapan operasi Rafi tadi?"

"Kemarin malam", Vanessa melirik jam tangannya, sudah jam tiga pagi, "atau bisa dibilang sudah kemarin lusa?"

"Oh Tuhan!", Freddy menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Oh Tuhan!.....Apalagi yang bisa dia katakan? Itu sebabnya malam itu Serena menghilang tanpa kabar dan tidak bisa ditemukan dimana-mana. Perempuan itu pasti sedang menunggui operasi tunangannya!! Dan apa yang dia katakan malam itu pada Serena? "Kau mungkin harus belajar lebih bertanggung jawab tuan putri!" , kata-kata yang sombong dan penuh tuduhan yang sekarang ia tahu, tak pantas ia ucapkan kepada Serena.

"Kau benar-benar lelaki paling bodoh dan gegabah yang pernah aku kenal", dengus Vanessa, masih marah atas tindakan Freddy tadi. "Jika kau belum babak belur oleh Damian, aku pasti akan menamparmu berkali-kali",

Freddy mengernyit mendengar ancaman Vanessa,

"Tapi kau tidak bisa begitu saja menyalahkanku, suatu hari Damian menghubungiku untuk mengurus kontrak jual beli tubuh Serena senilai tiga ratus juta. Kau pikir apa yang bisa kupikirkan selain Serena adalah pelacur???"

"Jangan sebut-sebut kata pelacur lagi Freddy!!!", potong Vanessa tajam.

Freddy bungkam lalu mengangkat bahu.

"Aku memang salah besar, tapi siapa yg tidak berpikit begitu? Damian sangat kaya, dan gadis itu punya reputasi hutang besar diperusahaannya.....tentu saja sebagai pengacara aku menilai ada niat jahat dari sisi Serena", Freddy mencoba membela diri lagi karena dilihatnya Vanessa masih memelototinya dengan tajam,

"Sebagai seorang pengacara kau seharusnya melakukan penyelidikan", gumam Vanessa sinis.

Freddy menarik napas panjang dan mengangguk.

"Benar, aku terlalu gegabah mengambil tindakan. Sebenarnya aku sudah bertekad tidak akan ikut campur hubungan Damian dan Serena, tapi malam itu, ketika Serena menghilang tanpa kabar, Damian mencarinya seperti orang gila, hampir kehilangan akal sehat karena mencemaskan Serena. Damian berubah karena gadis itu, dia begitu emosional. Tidak lagi berkepala dingin dan tenang", Freddy menarik napas dalam, "Aku takut Serena makin lama akan makin membawa pengaruh buruk bagi Damian, maka aku memutuskan untuk membuat mereka terpisah sesegera mungkin."

"Memangnya apa yang kau lakukan tadi sampai Damian menghajarmu dengan begitu brutalnya?"

Wajah Freddy tampak memerah malu.

"Aku menciumnya dengan paksa, melecehkan Serena dan memastikan agar Damian melihat itu semua," gumamnya pelan.

Vanessa langsung melotot marah mendengarnya.

"Apa?"

Freddy memalingkan mukanya, tidak tahan menghadapi tatapan tajam Vanessa.

"Dan aku...", kata-kata itu seolah susah payah keluar dari mulut Freddy,

"Dan aku...memfitnahnya, aku bilang Serena mau kubayar untuk bercumbu denganku selama beberapa jam...",

"Oh Tuhan, Freddy!!", Vanessa mengerang tak habis pikir dengan perlakukan Freddy, "Pantas saja Damian menghajarmu habis-habisan, kalau aku ada disana waktu itu, aku pasti akan memberi semangat padanya agar menghajarmu lebih keras",

Freddy menganggukkan kepalanya,

"Aku...aku pantas menerimanya...", lelaki itu menghela napas panjang, "Tapi Vanessa...Setelah aku mengetahui semua kebenaran ini, dan melihat tatapan mata Damian ketika menyeret Serena pulang tadi, entah kenapa aku...cemas. "

Wajah Vanessa mendadak pucat pasi,

"Astaga!!! aku hampir saja lupa, Damian selalu mempercayai kata-katamu!! bagaimana kalau Damian menyangka bahwa Serena benar-benar menjual dirinya kepadamu? Kalau melihat betapa posesifnya Damian pada Serena, aku tidak berani membayangkan betapa marahnya Damian!! kita harus menjelaskan semua kepada Damian sebelum dia melakukan sesuatu yang nantinya akan dia sesali," Vanessa langsung meraih gagang telephone dan memencet nomor Damian.

Lama ia mencoba tanpa hasil, ahkirnya menarik napas panjang dan menyerah.

"Semua nomornya tidak aktif, kita juga tak bisa menyerbu ke apartemennya begitu saja karena ini sudah dini hari", Dengan pasrah Vanessa meletakkan gagang telephone, "Kita harus menunggu sampai besok pagi, dan jika...dan jika ternyata semuanya sudah terlambat...", Vanessa melemparkan tatapan tajam ke arah Freddy yang balas menatapnya penuh rasa bersalah, "Aku akan membuatmu membayar semua kekacauan yang telah kau buat

Freddy."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience