"Kata Pak Edwin anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal", gumam Serena sopan ketika Damian mempersilahkannya duduk.
Damian tidak menjawab hingga Serena menatap Damian bingung, lelaki itu sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi pikirannya seolah tak ada di situ.
Lelaki itu mengerjap.
"Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu, "ada di meja sekertarisku, kau bisa memintanya padanya", Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya sangat sibuk menyuruhku menghadapnya? Serena mengerutkan kening,
Ketika Mr. Damian sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Serena segera bangkit dari kursinya, "Kalau begitu saya akan segera mengambilnya, terimakasih sudah merepotkan
, permisi Mr. Damian", gumamnya setengah berbalik, "Tunggu Serena", Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Serena membalikkan tubuh,
Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri berhadap-hadapan dengan Serena, "Aku meralat ucapanku tadi pagi",gumamnya misterius. Serena mengerutkan keningnya, "Tentang...?" "Tentang kau bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu, sebenarnya
selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, kau membuatku
sangat bergairah", Mulut Serena ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.
"Aku ingin kau menjadi kekasihku,...mmm...,bukan kekasih,...apa ya istilahnya di
Indonesia? Wanita simpanan?", Damian tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak memperhatikan ekspresi shock Serena,
"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku", Suaranya menjadi rendah dan merayu, "Dan kau tak perlu kuatir akan rugi, kau tahu aku kekasih yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah sehingga kau bisa pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku bisa leluasa mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu, apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal ,bajubaju rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka, aku tahu kau menyukainya Serena karena gaya hidupmu sepertinya sangat mahal sampaisampai kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin kalau kau bisa menyenangkanku, hutangmu itu akan kulunasi. Bagaimana Serena? Aku akan memenuhi semua permintaanmu dan kau hanya harus ada saat aku membutuhkanmu",
Ketika Mr. Damian akhirnya mengakhiri pidatonya, Serena sudah begitu pucat sampai tak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang amat sangat menggoda, apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri!!! tapi lelaki itu menawarkan kepadanya??! Kepadanya!! Berani-Beraninya lelaki itu! Berani-beraninya dia merendahkannya sampai seperti ini!,
"Kenapa kau diam saja? Kau tak perlu sok malu-malu atau sok suci, aku tahu wanita seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung moralitas...."
PLAAAKKK!!!
Tamparan itu begitu keras sampai kepala Damian terlempar ke belakang, suara tamparan itu menggema di ruangan yang luas itu,
"Berani-beraninya anda!!,", napas Serena terengah-engah,
"Berani-beraninya anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya!! Anda pikir saya wanita macam apa?? Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya pikirkan, lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan...", suara Serena terhenti melihat ekspresi Damian.
"Menjijikkan katamu?", jika tadi Damian tak marah karena tamparan Serena, sekarang dia benar-benar marah,"jika menurutmu aku menjijikkan...",
Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih, "Jika menurutmu aku menjijikkan..."
Entah bagaimana Serena mengetahui kapan kendali diri lelaki itu lepas, dengan panik dan takut Serena setengah berlari menuju pintu,
Tapi terlambat, Damian bergerak secepat kilat menerjangnya, Serena berhasil membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Damian mendorongnya kembali tertutup.
Lelaki itu menghimpitnya dipintu, desah napas mereka bersahutan, yang satu ketakutan, yang lain bergairah,
"Le.... lepaskan saya!!!, atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas pelecehan..."
Damian tak peduli, lagipula ruangan itu kedap suara.
Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Serena, bibir Damian mencari-cari bibir Serena, tubuhnya makin menekan Serena ke pintu,
Serena menggelengkan kepala menghindar dengan membabi buta hingga bibir Damian hanya menempel di rahangnya, dia mencoba meronta melepaskan diri tapi tubuh Damian menghimpitnya ke pintu dan tangannya mencengkeram kedua tangan Serena di kiri dan kanan kepalanya.
Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Damian tak mau menyerah dari perlawanan Serena. Sampai kemudian ketika Serena membuka mulut untuk berteriak, Damian memagut bibir itu.
Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Damian melumat bibir Serena seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya sangat liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Serena yang selembut madu.
Serena terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini, yang baru pertama kali dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Damian untuk mencium semakin dalam, seluruh tubuhnya menempel ditubuh Serena, makin mendorong Serena ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Serena, lidah Damian mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam bibir Serena.
Serena mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu! Tapi Damian begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi makin bergairah,lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan manisnya mulut Serena, Damian mengerang dalam ciumannya, oh ya Tuhan nikmat sekali! Erangnya dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket, Gadis itu terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan, sekujur tubuh Damian menginginkan gadis itu, sangat menginginkannya! Tangannya merayap naik dan menyelinap di antara jari Serena sehingga Jari-jari mereka saling bertautan, Damian mencengkeramnya erat-erat seolah itu pegangannya untuk hidup.
Sejenak Serena merasakan matanya gelap, semua ini begitu aneh dan mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini...Ya
Tuhan , Rafi tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini, Rafi...Ya Tuhan!!
Serena mengerahkan segenap kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk melepaskan bibirnya dari pagutan Damian, Mulut Damian yang lapar masih mencari-cari, masih memagutnya sekali lagi, Serena mendorongnya kuat kuat hingga bibir mereka terlepas.
Suasana Ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan, Serena bahkan tak tahu itu napas siapa. Damian masih mencengkeram kedua tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya begitu dekat dengan bibir Serena, hingga napasnya yang panas menyatu dengan napas Serena. Mata Damian tampak berkabut, tapi ketika menatap mata Serena sinarnya begitu tajam,
"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibirmu yang melembut ketika lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak bisa berbohong....",
Dengan tiba-tiba Serena mendorong Damian hingga mundur beberapa langkah, ditatapnya Damian dengan mata marah menyala-nyala,
"Dasar bajingan!!, kau bermimpi kalau aku menginginkanmu, kau tak akan pernah bisa menyentuh tubuhku lagi!!, kau begitu menjijikkan!!!"
Suara Serena semakin serak karena menahan tangis,...jangan..., jangan! Kau tak boleh menangis Serena! Nanti dia akan semakin merendahkanmu! Desisnya dalam hati.
Damian memandang Serena dengan pandangan tajam merendahkan,
"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti kau akan datang padaku, merangkak dan memohon agar aku mau menerimamu."
"Lebih baik aku mati!!"
Serena setengah berteriak ketika buru-buru melangkah keluar dan membanting pintu di belakangnya.
Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Serena yakin saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya kusut masai dan mukanya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Tapi Serena tak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya dari tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Serena memasuki lift meninggalkan ruangan itu.
Share this novel