Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Serena memandang bayangan dirinya dicermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.
Ketukan di pintu hampir membuat tubuh Serena melonjak,
"Kau lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?", tanya Damian tak sabar,
"Yyaaa...sebentar lagi saya selesai", Serena menjawab sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling,
Apakah aku harus keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang??
Matanya menatap tumpukan baju kotornya memikirkan kemungkinan mengenakan bajunya lagi, dan membayangkan mengenakan baju yang hampir basah kuyup itu membuatnya begidik.
Senyumnya muncul ketika menemukan tumpukan handuk berwarna biru tua di lemari samping wastafel, dan dia beruntung, bukan hanya handuk, tapi dia menemukan sepasang jubah mandi dengan warna yang sama. Yang satu berukuran besar dan yang satu berukuran kecil.
Dikenakannya jubah mandi ukuran kecil yang masih kebesaran ditubuhnya sambil mengernyit, bahkan perlengkapan kamar mandi ini seperti sengaja ditujukan untuk pasangan, sepasang jubah mandi, sepasang sikat gigi, dan sepasang handuk.
Ditatapnya bayangannya di cermin, wah lumayan, lebih dari lumayan malah, jubah itu menutup rapat dadanya dan karena kebesaran, panjangnya hampir mencapai mata kaki, dia kelihatan cukup sopan meski sebenarnya tidak mengenakan apa-apa lagi di balik jubah mandinya.
Ketika Serena keluar dari kamar mandi, Damian sedang memberikan instruksi pada pelayan hotel yang menata makan malam di meja. Lelaki itu hanya mengangkat alis melihat akal Serena memakai jubah mandi,lalu memberikan tips pada pelayan sebelum dia pergi.
"Duduklah, makan dulu",
Gumam Damian mulai santai sambil menunjuk kursi di depannya,
Serena duduk dengan gugup di kursi dan menatap makanan yang tersaji di meja. Air liurnya langsung terbit melihat sajian yang kelihatannya lezat itu, ada sup krim yang sangat panas yang pasti rasanya sangat nikmat untuk orang yang habis basah kuyup kehujanan, lalu daging panggang dengan bumbu keju dan saus yang sangat menggunggah selera, salad buah-buahan dan cokelat panas yang pasti untuknya, karena Damian sudah menyesap kopinya.
Lelaki itu dengan penuh perhatian menuangkan sup di mangkuk dan menyodorkannya pada Serena.
Serena menatap Damian ragu, dan untuk pertama kalinya hari itu, Damian tersenyum lembut padanya,
"Ayo makan, aku tahu kau lapar, aku sendiri lapar sekali."
Mereka mulai makan dalam keheningan, dari sudut matanya, Serena dengan hati-hati melirik Damian dan menyadari lelaki itu mulai santai, jasnya sudah dilepas dan kancing kemejanya dibuka dua dengan dasi yang sudah dibuka ikatannya.meskipun begitu, cara makannya sangat elegan hingga membuat Serena malu.
"Serena?",
Suara itu menembus lamunannya dengan keras hingga membuat Serena hampir melonjak karena terkejut. Matanya mengerjap menatap Damian, "a...apa?" "Kau hanya mengaduk-aduk supmu, apa tidak enak?" Dengan terburu-buru Serena menyuap sesendok sup dan menelannya, "Ti..tidak, ssayaa hanya sedang berpikir"
Damian tersenyum, lalu sekali lagi menatap jubah tidur Serena, "Pintar sekali kau memakai jubah itu, jadi kau tak perlu tampil telanjang di depanku"
Komentar yang diucapkan dengan santai itu hampir saja membuat Serena
tersedak, pipinya langsung merona merah. Damian menyesap kopinya sambil tetap memandang Serena, lalu meletakkan cangkirnya,
"Oke, giliranku mandi, makanlah sepuasmu,lalu taruh saja disitu aku akan menelpon pelayan untuk membereskannya 30 menit lagi",
Dengan santai lelaki itu melenggang ke dalam kamar mandi, Setelah menyesap cokelatnya, Serena tidak tahu harus mengerjakan apa lagi, jadi dia duduk di pinggir ranjang dan menyalakan televisi,
Beberapa saat kemudian pelayan datang dengan sopan dan membereskan makanan mereka. Serena hanya terdiam agak malu karena menyadari keadaannya yang hanya mengenakan jubah mandi.
Detik-detik berlalu dan terasa begitu mencekam bagi Serena, sangat kontras dengan Damian yang sedang di kamar mandi, lelaki itu mandi dengan santai, bahkan Serena mendengar lelaki itu bersenandung di shower.
Ketika Lelaki itu keluar dari kamar mandi, Serena sudah hampir tertidur di atas ranjang, pertarungan batin yang bertubi-tubi sudah membuat jiwa dan raganya kelelahan, sehingga berdiam diri berbaring di atas ranjang yang nyaman itu membuatnya merasa sangat mengantuk.
Damian mengernyit sambil mengencangkan tali jubah mandinya, ditatapnya Serena yang berbaring miring membelakanginya dengan posisi meringkuk seperti janin di dalam kandungan, pemandangan itu membuat hatinya terasa sakit, entah kenapa, seperti ada dorongan untuk merengkuh gadis itu dan melawan seluruh dunia demi dirinya.
Kernyitan Damian semakin dalam, tidak pernah dia merasa seperti itu sebelumnya pada seorang perempuan, gadis ini telah membangkitkan semacam hasrat liar yang selama ini tersembunyi rapat-rapat dalam jiwa Damian, dan bukan hanya hasrat tapi dibarengi oleh rasa obsesif dan posesif yang mendalam.
Tidak!! geram Damian dalam hati, hasrat ini tidak boleh sampai membuat dirinya lemah, dia harus menunjukkan siapa yang berkuasa.
Dengan pelan Damian naik ke ranjang dibelakang Serena yang memunggunginya, lalu diraihnya pundak Serena, gadis itu terperanjat karena dibangunkan dari kondisi tidur-tidur ayamnya, dengan mata yang masih sayu setengah tidur ditatapnya Damian.
Damian melihat sekelumit ketakutan didalam mata itu, dan dengan sedikit kasar dibaliknya tubuh Serena menghadap dirinya,
"Aku membayar kamar di hotel ini bukan hanya untuk tidur", geramnya parau lalu dikecupnya bibir Serena,
Dan......meledaklah, Damian merasa hasrat langsung membakar tubuhnya sekaligus, menghanguskannya, sejenak dia merasa ragu melampiaskan hasratnya seratus persen karena dirinya cenderung kasar ketika sangat berhasrat, tapi mengingat bagaimana Serena menawarkan diri padanya hanya demi uang dan goresan rasa kecewa yang nyeri di hatinya karenanya membuat Damian tak peduli lagi, toh gadis ini pasti sudah berpengalaman dan mungkin sudah lebih dari sekali dia menjual dirinya demi uang. Tapi benarkah gadis itu sudah berpengalaman?
Damian teringat ciuman Serena yang tanpa teknik memadai di tempat parkir tadi. Tidak!! putusnya dalam hati, mungkin gadis itu hanya tidak pandai berciuman, Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur!!.
Share this novel