'Brukk'
"Aduh!" Seseorang meringis sakit.
"Maaf! Aku tidak sengaja." Kata Hani.Hani mendongak melihat siapa yang ia langgar.
Hani memicingkan matanya.Seorang wanita yang kelihatannya seperti mengandung.Eh! Kenapa wajahnya seperti pernah melihatnya.Tapi dimana?
Itu yang ada difikirannya Hani saat ini.
"Sayang.." Seseorang dari arah belakang terdengar dari arah belakang.
'DEG' Detak jantung Hani seperti tak berdenyut.Suara itu? Bagai tak asing di aura pendengarannya.
Perlahan Hani bangkit.Kini dia benar-benar berdiri dihadapan kedua orang yang memang dikenalnya.
"Maaf sekali lagi.Saya tidak sengaja.Kau tidak apa-apa?" Tanya Hani pada wanita yang sedang hamil itu.
"Saya juga minta maaf.Saya yang cuai tadi." Ujar wanita tersebut.
"By the way, perkenalkan ini suami saya.Hashiran.Saya
Airin." Kata wanita itu semula yang memperkenalkan dirinya dan sang suami.
Hani cuma tersenyum paksa.Dalam hatinya berasa terhiris.Apa tidaknya, dia diperkenalkan dengan bekas kekasihnya yang tak pernah ia relakan untuk kata pisah.
"Hani" Terpaksa juga Hani memperkenalkan dirinya.
"Maaf ya! Ada suamiku yang menungguku dikereta."
Ucap Hani lalu meninggalkan keduanya.
Sebenarnya Syah sudah melihat ketika Hani terserempak dengan Hashiran bersama isterinya itu tadi.Syah berfikiran dan syak pada tingkah laku Hani yang bagaikan terjumpa hantu ditengah jalan.
'Apakah Hani masih menyimpan rasa pada Hashiran?'
Kata Syah dalam hati.Tiba-tiba timbul rasa bersalah dihatinya Syah.Dia tahu dirinya yang bersalah dalam hal ini Kerana telah memisahkan sepasang kekasih lama dulu.Tapi Syah menganggap apa yang sudah berlaku itu adalah takdir yang telah tertulis.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sehinggalah tiba ke tempat tujuan, suasana sepi diantara mereka tanpa ada sepatah pun kata.Dan hal itu buat Syah mencurigai sesuatu pada diri Hani.
Syah menlabuhkan punggungnya disofa yang ada dibilik mereka.Hani pula sedang duduk ditepi ranjang.
Syah yang diam sejak mereka dalam kereta itu sebenarnya ingin tahu dan mengawasi gerak-geri Hani.
Syah takut kalau Hani masih juga meminum pil penenang itu.
Pandangan Syah terpaku pada Hani yang mengambil sesuatu dari dalam laci.Apakah rasa syak pada Hani itu sesungguhnya benar?
Syah memberanikan diri untuk bertanya, apa yang Hani keluarkan dari dalam laci tersebut.
"Hani, boleh abang tahu apa yang ada ditanganmu itu?"
Pertannyaan Syah itu buat Hani kaget.Dan dia tidak sempat menyembunyikan lagi apa yang sepatutnya ia sembunyikan.
Syah meraih apa yang sedang digengam oleh Hani tersebut.Benar saja, itu adalah ubat penenang.Ternyata
Hani masih membeli pil itu biarpun Syah sudah mendatangi tempat dimana Hani mendapatkannya.
Apakah Hani membeli lagi ditempat lain?
"Hani, kenapa pil ini ada ditanganmu? Apa kau akan meminum pil ini?" Tanya Syah seolah-olah dia tidak tahu apa pun tentang pil tersebut.
Hani membuang pandangan ke arah lain.Dia tak menyangka akan tertangkap oleh suaminya sendiri.
Terasa tubuhnya bergetar hebat.Alasan apakah yang harus ia berikan untuk ini? Hani jadi binggung.
Sambil Syah memegang kedua tangan isterinya itu,
Syah mencuba memberi kata-kata semangat buatnya.
Mungkin itu yang diperlukan Hani saat ini.
"Hani tau apa kesan sampingan nya jika selalu diminum ini?" Tanya Syah berhati-hati dan Hani menjawabnya dengan anggukan.
"Akan buat seseorang itu amnesia bila dah lanjut usia."
"Kau tahu itu tapi kenapa masih nak teruskan juga?
Apa masalahmu sebenarnya? Kenapa tak kongsikan dengan abang? Kau anggap apa abang selama ini?"
"Aku tiada masalah apa pun.Aku terkadang sukar nak
tidur nyenyak.Tiada kaitannya apa-apa.."
Hani menghela nafas.
"Abang tau tentang efek ubat ni bila ia sudah larut dalam tubuh badan kita.Terkadang ubat ini akan buat kita diam bila kita sedang berhadapan dengan masalah.Ceritakan pada abang, apa masalah Hani sebenarnya? Jangan bilang pada abang kalau kau sengaja nak cepat amnesia biar lupa semuanya masa lalu yang buatmu tertekan."
Hani menggeleng.
"Tiada masalah rumit pun abang.." Kata Hani.
"Kalau benar begitu, abang akan buang pil ini.Tak usah meminumnya lagi.Dan mulai saat ini abang akan sering-sering uraine test supaya abang dapat pantau keadaanmu selalu.Okey?"
"Okey..." Terpaksa Hani mengiakan kata putus suaminya itu.Sebenarnya dihati Hani dia sangat terluka melihat sang buah hati yang dulunya kini telah bersama orang lain.Sakit? Cemburu? Tidak rela? Sudah terlambat yakni sekarang dirinya sudah pun sah milik Syah.
Next...Extra Chapter.
Share this novel