Bab_23 Rakaman video cctv

Romance Completed 100113

Syahriz POV
Aku melihat rakaman video cctv sebelum aku kecelakaan. Aku memicingkan mataku. Apa aku tidak salah lihat? Telefon bimbit milik siapa pula yang ku hancurkan ini? Mengapa aku tidak mengingat apa-apa? Apa yang lebih mengejutkanku lagi ialah aku melihat sendiri tingkahku yang sedang menampar pada seorang wanita yang tengah berbaring tak sedarkan diri. Apa mungkin aku sudah gila saat itu? Aku menggelengkan kepalaku hampir tak percaya yang ada dirakaman itu adalah aku.

'Hani?' Gumamku. Aku melirik kearah sahabatku Danny.

"Hani isterimu bro.. Kau masih tidak ingat?"
Kata Danny tiba-tiba.

Kenapa boleh jadi begini? Hani? Bukankah Hani itu adalah adik Yana dan kami tak pernah rapat dalam apa pun walau cukup lama aku menjalin kasih bersama Yana? Kenapa Hani pula yang jadi isteriku? Bukankah Hani bersikap dingin bila aku bertembung dengannya saat aku dan Yana lewat dihadapannya?

"Bro kau tau masa kau menampar isterimu dia tengah hamil. Dan lihatlah rakaman seterusnya.."
Tutur Danny padaku.

Aku makin binggung. Aku menarik nafas dalam dan menghembusnya ke udara perlahan. Aku takut fikiranku akan berkecamuk dan kusut, jadi aku memilih untuk rehatkan otak terlebih dahulu.

Sesudah itu, aku menonton semula rakaman video cctv tersebut. Disini baru aku tahu rupanya Hani yang selalu
mengaji ditelingaku ketika aku dalam koma.

Setiap maghrib aku sering mendengar seseorang berbisik ditelinga dengan bacaan beberapa surah serta selalu membawaku sembang. Sampailah aku terdengar seorang budak lelaki yang selalu menyapaku juga selalu berceloteh.

"Bro boleh tolong panggilkan Hani ke sini?
Dan anak itu?" Pintaku pada sahabatku Danny.
Syahriz POV End

Dokter Danny membawa masuk Hani dan Ivan anaknya
masuk ke dalam bilik rawatan kelas satu tempat Syah
dirawat tersebut.

Syah menatap budak lelaki yang sedang tersenyum polos padanya. Syah melihatnya dengan tatapan sulit
di mengertikan. Syah mulai membatin dalam hati kecilnya.

'Apa dia anakku? Wajahnya ini.. sama seperti aku? Tapi anak ini lebih kacak dariku.' Syah melirik sekilas ke arah Hani. Syah menunduk seraya kepalanya menggeleng.
Hatinya merasa sebak bagai tak tertanggung.

"Hani.." Seru Syah.
Hani terdiam, sudah lama ia tak mendengar suara dari sang suami. Jauh disudut hati kecil Hani, dia tidak yakin lagi akan perasaannya sendiri terhadap suaminya itu. Rasa sakit dan benci dulu buat suaminya masih kukuh berbeku dihati. Walau dia sudah berusaha mencuba mengikisnya, namun tidak semudah
apa yang dibayangkan.

"Apa pun keputusan abang Hani terima."
Kata Hani seraya memejamkan matanya.Hani mengalihkan pandangannya pada Ivan kemudian mengelus lembut kepalanya.

"Apa maksudnya Hani?" Wajah Syah cemberut tidak mengerti maksud isterinya tersebut. Batinnya mengatakan seperti ada yang aneh.

"Ikuti saja kata hati apa yang baik menurut abang..
Mungkin tidak akan ada bezanya sakarang atau pun
bila nanti abang sudah mengingat sepenuhnya tentang Hani." Ujar Hani dengan senyum paksanya.

Syah menggeleng. Dia sendiri tidak pasti pada perasaannya tika ini. Sebenarnya dia masih terkejut dan tertekan saat dia mengetahui bahawa Yana telah pun sah menjadi isteri kepada Ilham sahabatnya sendiri.

"Hani bawakan anak itu kesini? Dan kau juga Hani, bukankah kau itu adalah isteriku? Apa kau tidak ingin memelukku?" Syah mengatakan itu kerana saat ini mana mungkin dia akan menambahkan beban fikirannya dengan memaksakan apa yang sulit baginya. Lebih baik ia berdamai dengan keadaan.

Hani datang menghampiri suaminya itu sambil menggendong Ivan. Tanpa aba-aba Hani langsung memeluk tubuh suaminya dan meluapkan rasa sisa suka dan dukanya seorang diri selama suaminya itu dalam koma.

"Bantu aku untuk sembuh serta pulihkan ingatanku yang hilang. Aku percaya dengan adanya sokongan Hani, aku pasti dapat melewati hari-hari sulit itu nanti. Dan maaf..." Ucapan Syah terhenti saat Ivan anak lelaki Syah memanggilnya.

"Hai papa.." Syah tak terkata lagi. Syah terus memeluk tubuh kecil itu. Mengucup dahi anaknya berkali-kali.
Hati Syah mulai menghangat dengan pelukan dari anak kecil itu. Sungguh dirinya tidak menduga setelah bangun tidur ternyata anaknya sudah sebesar itu.

"Heii.. namamu siapa budak kecil?" Tanya Syah. Mata Syah kini mulai berkaca-kaca. Sungguh rasa sebak didadanya tak dapat ia sembunyikan.

"Ivan Haziq"
Jawab anak lelakinya Syah dengan gaya polosnya.

Dokter Danny yang berada diruangan itu turut hiba melihat sahabatnya itu yang siap sedia dalam menerima takdirnya, tentang pahitnya kehidupan yang harus ia jalani.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience