'Druerrt Druerrt Druerrt Druerrt'
Tiba-tiba bunyi penggera di ICU menggema lancang menusuk ke gegendang telinga. Hani melihat Syah yang bergegas masuk ke ruang darurat ICU.
Hani melihat kearah ibunya. Nampak sekali raut wajah wanita separuh usia itu berubah pucat. Darah Hani mulai berdesir, mencemaskan sesuatu yang belum pasti. Entah kenapa kata hatinya kuat mennyatakan seperti ada firasat yang tidak baik akan berlaku.
'Ya Allah ! hindarilah perasaan was - was dan syak wasangka dari hati hamba_Mu ini. Amin.'
Ucap doa Hani dalam hati.
Hani POV
Setelah dua puluh minit, bunyi sirin itu pun berhenti.
Pasukan dokter pakar termasuk abang Syah keluar dari ruang ICU. Aku melihat keadaan ini membuat kakiku seperti tak terpijak lantai. Perasaanku tiba-tiba tidak enak. Huh ! Aku menghela nafas. Aku memandang ibu yang mulai menitikkan airmata. Ada apa ini ?
Aku mendekati ibu.Lalu mendekatinya.
Lamunanku tersentak saat salah seorang Dokter menyebut namaku.
Hani POV End.
"Aresha Farhani.." Panggil dokter tersebut.
"Saya sendiri dok.." Hani menarik nafas dalam.
"Kami minta maaf. Tuhan lebih menyayangi ayah anda. Ayah anda sudah disahkan meninggal beberapa saat tadi. Kami sangat berduka - cita. Takziah.."
Ucap dokter tersebut. Hani terdiam mematung tanpa mengeluarkan setitik airmata pun. Difikiran Hani hanya ada bayang Kakaknya yang kelihatan.Hani menggeram kesal. Jika Yana tidak berulah, pasti kejadian ini tak akan serupa ini.
Hani menatap tajam suaminya. Dalam hatinya mulai berumpat. Seandainya suaminya itu dan juga kakaknya Yana tidak bertemu suatu masa dulu. Indahnya mereka berdua bercinta tapi kini berhujung seperti kisah tragis.
Sungguh Hani sedar, sepatutnya ia tak boleh menyalahkan suaminya dan juga Kakaknya itu. Takdir yang mengatakan atas semua kenyataan sebegini pasti ada hikmah disebaliknya.
'Aku akan mencarimu nanti Kak Yana.. Kita harus berhitung. Semua ini gara-gara kamu yang bodoh.'
Batinnya Hani.
Syah membalas tatapan tajam isterinya. Disaat ini Syah tidak mengatakan apa - apa pun pada Hani.
'Kenapa dia tak menangis?Apa yang terjadi padanya?'
Batin Syah yang merasa kelainan pada tingkah isterinya. Apalagi melihat seorang anak yang tak menangis akan kematian ayahnya. Apakah itu dikatakan normal ?
Syahr menghampiri ibu mertuanya yang sedang menangis kencang. Sedangkan isterinya hanya diam sambil menatap lurus kedepan. Melihat itu, Syah risau. Resah, takut ada sesuatu tidak baik yang menghantui difikiran isterinya.
"Ibu.. yang sabar ya.. ibu jangan terlalu banyak nangis.
Nanti tekanan darahnya naik. Itu akan memudaratkan kesihatan ibu nanti."
Kata Syah ingin menenangkan hati ibu mertuanya.
"Sebaiknya kita pulang sekarang ibu. Sebentar lagi jenazah akan dihantar ke rumah. Mari ibu.."
Syah menuntun ibu mertuanya. Sekilas Syah menoleh pada isterinya yang masih diam dalam fikirannya sendiri. Syah kemudian menarik tangan isterinya lalu menggenggamnya.
"Mari pulang.." Kata Syahriz pada isterinya. Hani menepis tangan suaminya itu dari digenggam.
"Lepaskan tanganku ! Cukup tuntun ibu.."
Kata Hani tegas. Kerana malas berdebat, Syah melepaskan tangan Hani dari genggamannya.
Hani sibuk bermain telefon bimbitnya. Sebenarnya ia mengabari tentang kematian ayahnya. Hani menyampaikan khabar itu melalui pesan singkat kepada keluarga terdekat, sanak saudara juga jiran tetangga.
'Jika ada yang tau dimana Kak Yana berada sekarang, tolong khabarinya tentang ayah.'
Dan begitulah pesan terakhir yang dikirim oleh Hani.
Suasana dikediaman keluarga besar Hani kini mulai kedengaran dengan bacaan surah yasin. Tak lekang pula suara tangisan ibu bila ada keluaraga atau tetangga yang datang mengucapkan salam takziah.
Tiba - tiba sepi menyapa suasana tatkala ada suara yang tak asing ditelinga. Kata orang keadaan yang tiba-tiba lengang ada malaikat singgah.Ya ! memang suara yang tak asing kedengaran itu milik Yana. Hani menoleh kearah kakaknya dengan tatapan yang sulit diertikan.
'Tapi kau bukan malaikat yang singgah dirumah ini.Kau adalah onar terbesar pada keluarga kita.' Batin Hani.
Hani melihat mata Yana yang mulai berkaca-kaca.
'Pulang juga kau kak Yana akhirnya.. dasar kau dokter Ilham.Jadi memang benarlah kau orangnya? Dasar kawan makan kawan !' Umpat Hani Kesal.
"Oh ! pulang juga kak Yana. Mari kita sama - sama berkarbung untuk arwah ayah !"
Sindir Hani kepada Yana.
Share this novel