'Biar aku mati perlahan-lahan, itu lebih baik buatku daripada aku terus hidup disampingmu, aku tidak rela untuk bersamamu disepanjang hayatku.' Batinnya Yana.Aura kebencian dihatinya mula memenuhi disegenap raganya.
Yana masih ingat lagi bagaimana Danny memperlakukannya sebulan yang lalu.Layaknya seorang isteri padanya.Sungguh Yana benci terhadap Danny, Bayangannya saja pun buatnya muak.
Tapi Yana tidak tahu, selama sebulan dia tidak kembali
ke rumah, dia telah bergelar isteri kepada lelaki yang dibencinya.
"Hoek..hoek.."
Mual menyerang ditenggorokan Yana.Merasa seakan ingin memuntahkan sega isi perutnya.Disaat yang sama rasa kekhawtiran menyelinap sudut hatinya.
Mengingat perlakuan Danny sekali lagi, Yana jadi kefikiran sesuatu.
'Apakah aku akan hamil anaknya Danny?' Gumam Yana dalam hatinya.
'Ah! Jika benar aku hamil, apa yang patut aku lakukan?
Mana mungkin aku lahirkan anak diluar nikah? Apalagi kalau ayah kepada janin ini non muslim?' Ucap Yana dalam hati tanpa dia tahu kebenaran tentang dirinya.
Saat ini Yana berasa tubuhnya sangat lemah.Seharian cuma berbaring.Tanpa periksa tentang keadaannya, Yana pasti jika dia memang hamil.Disebabkan punya pengalaman hamil sewaktu arwah suaminya itu masih hidup dulu, dia tahu akan gejala itu.
Tinggal berseorangan dibilik sewa kecil buat dada Yana
bertambah sesak.Memikirkan pekerjaan yang sudah ia tinggalkan sebulan yang lalu, lagi buat nafasnya bagai terhenti.Masa depannya sebagai seorang jururawat sudah hancur.Gara-gara Danny, kehidupan Yana sudah tiada ertinya lagi.
'Apa aku harus call Hani saja? Aku lapar.Tapi aku tidak
larat bangun.Ya..lebih baik aku suruh Hani saja kesini.'
Batinnya Yana.
"Hello dik.." Sapa Yana sejurus selepas Hani mengangkat panggilannya tersebut.
"Kak Yana...Kau dimana kak? Semua mencarimu.."
Sahut Hani diseberang sana.
"Dik, tolong kakak.Susul kakak ke sini.Kakak tidak enak badan.Badan kakak sangat lemah.Tapi kakak mohon, jangan bagi tau kepada sesiapa kakak ada call.Kecuali ibu.Kakak akan jelaskan nanti.Datang ya, nanti kakak share location.." Yana memutuskan panggilan tersebut.
"Siapa call tadi?" Tanya Syah dari arah belakang.
"Abang ni kan! Buat kaget saja.Cuba saja aku terkena.serangan jantung?" Kata Hani sambil mengelus dadanya yang sempat terkejut tadi.
"Kak Yana yang call.Dia menyuruhku menyusul ke tempatnya.Katanya tak enak badan." Hani sudah lupa kalau Yana menyuruhnya agar jangan beritahu sesiapa. Kecuali ibunya.
"Abang temankan ya? Ajak sekali suaminya Yana dan bawa ibu sekali." Ucap Syah selamba.
Hani menghela nafasnya berat.Hatinya berbelah bagi sebenarnya.Sama ada dia mengiakan atau tidak.Namun bila difikirkan secara positif, memang seharusnya Danny dan ibu wajar tahu keberadaannya Yana.Apalagi semuanya sedang mencari dimana Yana bersembunyi?
Hani mengangguk tanda ia setuju pada cadangan suaminya.Semoga akan baik-baik saja ketika mereka datang menyusul Yana nanti.Itu yang Hani harapkan.
'Apakah isteriku sudah hamil?' Batinnya Danny.
Share this novel