"Sayang, akhirnya kau hamil juga. Terima kasih sayang."
Ungkap Ilham pada Yana isterinya. Mereka sudah menantikan saat ini, menantikan Yana hamil untuk melengkapkan keluarga kecil mereka.Setelah hampir
tiga tahun, kini hal yang tak diduga itu tiba juga.
Siapa yang tidak bahagia? Keduanya sangat bahagia dengan anugerah yang tak terhingga itu..
"Sayang, ingat ya, hamilmu ini masih terlalu rawan. Jangan lakukan apa-apa pun yang memungkinkan ia bermasalah."
Pesan Ilham pada Yana yang baru saja diketahui oleh mereka berdua.
"Siap Dr.Ilham." Seraya memeluk tubuh suaminya itu.
Kehamilan Yana yang baru berusia enam minggu itu sudah tersebar cepat ke pengetahuan kedua belah pihak.
"Sayang esok kita check up ya?" Ujar Ilham kepada isterinya itu. Yana mengukir senyum bahagianya seraya mengangguk tanda setujunya untuk melakukan check up seperti saran dari suaminya itu.
Ditempat lain pula, di apartment Syah, Syah sedang membincangkan tentang esok adalah hari kemasukannya kerja seperti biasa sebagai seorang Dokter Specialist.
Walaupun Syah belum sepenuhnya pulih ingatan, tapi dia sudah cukup sembuh untuk melakukan aktiviti harian seperti asal. Hani pula tidak mempermasalahkan soal suamimya itu masuk kerja semula. Itu adalah pilihannya sendiri.
Hubungan mereka sekarang sudah ada kemajuan dan perkembangan.Soal hati dan perasaan, Hani yakin
kalau Syah sudah mula menyimpan rasa cintanya terhadap dirinya.
Syahriz POV
Kini aku sudah mula bekerja. Dan aku juga mula drive.
Ku rasa semuanya sudah seperti sediakala. Cuma ada satu yang berubah dalam hidupku, Cinta dan kasih sayang dari seorang isteri yang tulus padaku.
Dan aku juga sebaliknya. Jujur ku akui dalam diri, hatiku sudah terpaut pada Hani sang isteriku. Cukup bagiku kebaikannya, ini akan sempurnakan kehidupan bersama keluarga kecilku.
"Syah, bantu aku! Ini isteriku sedang pendarahan.
Aku panggilkan dulu dokter kandungan." Tiba-tiba teriakan dari sahabatku Ilham menggema diteligaku.
"Danny!" Aku berteriak memanggil nama sahabatku. Berharap dia mendengarkanku untuk membantu Yana. Mana mungkin aku yang akan menanganinya yang jelas-jelas sudah memberiku luka.
Ku lihat Yana sekilas, darah yang mengalir dibetisnya membuat nafasku sesak. Tiba-tiba aku merasa pening dan pusing. Apa aku alah pada bau darah hanyir?
Tapi, bukankah aku seorang dokter? Doktor tidak alah pada darah kan? Ah! Kepalaku pusing sekali?
Ku labuhkan punggungku dikerusi sebelah Yana duduk. Mata ku pejam agar dapat mengimbangi segala rasa ditubuhku.
"Ilham, sepertinya Yana keguguran? Cepat bawa dia ke
bilik ultrasound!" Ucapan Danny itu membuat kepalaku
bertambah pusing. Apalagi saat terdengar Danny mengatakan hal gugur. Ku pegang kepalaku yang ku
rasa bagai nak terbalik.
'Argh!' Aku meringis akibat sakit dikepalaku.
"Bro, tarik nafas. Apa kau merasa pening dan ada rasa mual?" Tanya Danny padaku.
"Apa Hani pernah keguguran?" Tanyaku tiba-tiba pada Danny sahabatku.
"Kau sudah mengingatnya?" Danny bertanya semula padaku ingin memastikan.
"Hani menggugurkannya?" Ucapku lagi.
"Kau benar bro.. Isterimu menggugurkannya.
Aku mau waktu ini, kau rileks dulu. Kosongkan mindamu dan tarik nafas dalam kemudian hembuskan perlahan. Okey!"
Kata Danny menyarankan padaku.
Ku lakukan saran sahabatku itu. Hasilnya, aku berasa mula berasa tenang. Kepalaku tidak sudah pusing sangat seperti tadi.
Perlahan aku membuka mataku. Daripada minda dan fikiranku yang kosong, seiring berjalannya saat, memori
ku mulai terisi dimasa terakhir aku kecelakaan, lampu isyarat, wad Hani ditempati dan Hani sedang tidak sedar diri, aku menamparnya, telefon bimbit ku hancurkan, mengetahui janin Hani ternyata ada dua,
Hani menggugurkan janinnya, melihat darah saat Hani jatuh pengsan, wajahnya sangat pucat dan sebelum nya, rupanya aku sudah jatuh cinta padanya.
Tapi pernikahan terpaksa, nikah tanpa cinta.
Aku memperkosa Hani sebelum sah nikah. Jika aku tak melakukannya, dia berkeras menolakku, tak ingin terima jika aku jadi suaminya. Aku menodai Hani agar tak lepas dariku untuk menggantikan posisi Yana. Gara-gara Yana curang, dia pergi meninggalkanku.
Dimana aku letak mukaku jika pernikahanku tak berlangsung saat itu?
Siapa yang harus disalahkan? Sedang korban satu-satu nya ialah Hani? Aku tidak tahu...
Syahriz POV End
Next.. 'Aku tidak tahu, yang mana lebih sakit.Apakah melepaskankannya sahaja atau melupakannya?' Sakit menusuk ke kalbunya.Beban raganya berat tak tertimbang.Apakah dirinya harus terus menyalahkan pada orang yang mengkhianati dan menyakitinya?
Share this novel