"Abang tahu, Hani cuma bergurau..iya kan? Jawab abang Hani? Kenapa diam terus..Hani ! Hani!"
Syah terus menerus memcuba membangunkan tubuh Hani yang sudah kaku itu dan telah pun siap dikafankan.
Syah tidak menduga tempoh pernikahannya bersama Hani sesingkat itu.Apa lagi memikirkan tentang kebodohan Hani yang sekali lagi buat keputusan bodoh dibelakangnya.kerana keputusan bodoh itu, Hani pergi meninggalkannya tanpa kata, tiada pesan.Pergi yang tak kan kembali lagi.Hancur sungguh hatinya.
Syah makin terisak.Berkali-kali memanggil nama Hani.
"Hani ! Hani! Jangan tinggalkan abang Hani."
"Hani.."
"Ushh!! Abang ni jerit-jerit panggil nama Hani kenapa? Abang? Abang bangun.."
Hani menggerak-gerakan tubuh Syah yang meracau memanggil-manggil namanya dengan keringat yang membasahi dilehernya.
"Abang! " Pekik Hani.
Akhirnya Syah membuka matanya.Ia melihat kesana sini, nampak seperti ingin mencari sesuatu.
Mata Syah kini tertumpu pada sosok isterinya yang sedang menghidupkan lampu bilik dikamar tidur mereka.
"Hani !" Panggil Syah seraya memeluk tubuh isterinya cukup erat, seperti takut kehilangan.
"Abang mimpi seram ya? Pasti abang tak basuh kaki."
Sindir Hani pada suaminya yang terlihat masih dalam dilema mimpinya.
"Hani, apa kau sudah hamil?" Tanya Syah sambil meraba-aba perut Hani.
"Abang mimpi apa sebenarnya? Bangun dari tidur tanyakan hal aneh.Hani belum hamil abang."
"Baguslah kalau belum." Ungkapan kata dari Syah buat Hani berasa hairan pada suaminya.
"Memang apa yang sedang abang fikirkan? Abang mimpi apa?" Tanya Hani hati-hati.
"Sudahlah.Hanya mimpi saja." Kata Syah dengan helaan nafas kasar.
Syah merebahkan tubuhnya semula.Kerana pagi yang belum pun menampakkan mataharinya, Syah cuba pejamkan mata, mana tahu ia bisa lelap lagi.
Syah cuba pejamkan mengingat apa yang ia lakukan kali terakhir sebelum mimpi ngeri itu datang.
'Selepas ku beritahu pada Hani tentang Yana yang keguguran itu.Uh! Seperti berhari-hari pula tidurku.
Mimpi ngeri itu?' Syah jadi takut pada mimpimya sendiri.Bulu romanya meremang tiba-tiba.Dia tidak menyangka sama sekali pada mimpinya tersebut.Terasa seperti benar berlaku padanya.Jauh disudut hati Syah, dia bersyukur kalau itu cuma mimpi mainan tidur.
"Abang kita solat subuh ya? Kali ini abang jadi imam...
lebih elok dan afdal kalau aku sebagai isteri jadi makmumnya.Jomlah bang? " Ajak Hani pada suaminya nampak seperti mengelamun, tak kunjung lelap.
'Kalau dulu aku sempat protes kalau Hani tak akan mengajakku ketika dia solat.' Batin Syah.
Syah mengulum senyum.Walau dihatinya dia masih merasa nyeri atas mimpi-mimpi yang seram baginya.
Syah menunduk malu pada isterinya yang mengajaknya solat.Sedang isterinya itu tak pernah tinggalkan solat.Jika dibandingkan dengan dirinya yang
telah lama tak menunaikan ibadahnya.
"Ok baiklah, abang mandi dulu ya." Hati Hani jadi senang melihat Syah yang akur saja dengannya.
Memang sudah lama dia berniat akan ada seseorang yang mengimamkannya.
'Assalamualaikum warahmatullahi
Assalamualaikum warahmatullah'
Selesai salam, Syah memanjatkan doa kesejahteraan keluarga, dilimpahi rahmat, dipanjangkan usia serta dijauhkan dari segala penyakit dan panahan mata.
'Amin' Disusuli juga dengan Hani yang mengaminkan setiap doa-doa dari Syah suaminya itu.Lalu mereka berdua melakukan takzim sesama sendiri.
Syah memeluk tubuh Hani dan mencium keningnya berkali-kali.Tangisnya pecah melunak digegendang telinga Hani.Syah meluapkan dan menumpahkan segala kekesalannya pada isterinya itu.
"Hani, abang benar-benar minta maaf.Maafkan salah abang dari awal.Maaf, awal kita bertemu abang telah memperkosamu.Sepatutnya abang tak boleh salahkan
Hani waktu itu.Abang betul-betul pentingkan diri sampai Hani yang jadi mangsanya.Abang minta maaf ya?" Ungkapan kata hati dari Syah yang tulus ikhlas lahir batinnya itu buat Hani rasa terharu.
"Abang, Hani juga minta maaf pada abang.Dulu Hani pernah membuang salah seorang waris abang.."
Gantian Hani pula yang meohon maaf pada Syah.
Kini keduanya berasa lega.Dengan mengungkapkan perasaan yang pernah terpendam dihati masing-masing, apa pun rasa itu akhirnya terluapkan jua melalui curahan mereka setelah usai menunaikan ibadah sebagai seorang yang muslim.
Akibat mimpi itu, Syah bagai merasa trauma.Kerana bila diperhatikannya seiring hari yang datang menyapa, mimpi itu seperti sedang ikut bersamanya. 'Apakah mimpi-mimpi itu akan benar-benar berlaku?'
Share this novel