Yana POV
Setelah suamiku membawa pergi adikku serta anaknya keluar, hatiku bergemuruh. Aku tidak tahu apa yang
harus ku lakukan dan aku tidak yakin apa yang bakal berlaku ke depanya. Apakah perlu ku beritahu bahawa
aku bukan tunganannya lagi. Ingin saja aku berteriak sekarang juga bahawa aku adalah isterinya Ilham.
"Kemarilah Yana.. Abang sangat merindukanmu.. Kenapa hanya diam?" Ucap abang Syah padaku.
Ku toleh ke Dokter Danny dan ia mengangguk.
Aku faham maksud itu.
Aku datang mendekat pada abang Syah tapi berjarak dengan setengah meter. Aku tahu batasanku.Jika status ku saat ini bukan bergelar sebagai seorang isteri, mungkin aku sudah memeluk erat pada abang Syah seperti waktu baru setahun jagung bercinta dengannya.
"Kau kenapa sayang? Kenapa wajahmu kelihatan seperti takut padaku?" Ucap Syah padaku.
"Yana, mendekatlah lagi padaku, aku ingin memelukmu?" Ucap Syah lagi membuatku binggung tak tentu berfikir. Aku jadi gugup. Sebelum sempat aku berkata-kata abang Syah sudah menerkamku seraya memeluk tubuhku.
"Aku merindukanmu Yana.. sungguh!"
Ungkap abang Syah didaun telingaku.
"Dokter Danny, lakukanlah sesuatu. Atau aku akan memberi tahu semuanya? Ini salah?" Mohonku pada dokter Danny.
Abang Syah jadi binggung. Dia pasti penasaran, tidak tahu apa maksud disebalik kata-kataku pada Dokter Danny tadi.
"Apa yang salah Yana?" Tanya abang Syah tidak sabar.
"Lepaskan Yana dulu bro.." Kata Dokter Danny dengan hati-hati dia menghampiri sahabatnya itu.
Untung saja abang Syah menuruti apa yang Dokter Danny katakan. Dan siapa sangka, sebaik saja abang Syah melepaskan pelukannya, saat itu juga datang pula suamiku semula ke dalam kamar ini. Syukurlah suamiku tidak sempat melihat apa-apa. Apa lagi saat abang Syah memelukku tadi.
Aku berlari menuju kepangkuan suamiku lantas memeluk erat tubuhnya. Tiba-tiba kami semua yang ada diruangan tersebut terkejut besar dengan teriakan suara abang Syah yang menggema ke seluruh ruang.
"Yana!! Kau memeluk Ilham?" Teriak abang Syah dengan sorot mata yang tajam ditujukan padaku.
Ku tarik nafas dalam-dalam. Aku mendongak menatap wajah suamiku yang nampak tenang. Aku tahu situasi ini sangat berat buat kami berdua kerana dulu telah mengkhianati abang Syah.
"Terus-terang saja bro pada Syah, aku tidak ingin keadaan akan jadi lebih parah jika Syah tidak tidak diberitahu hal sebenarnya. Banyak yang akan terluka nanti jika kita hanya diam begini terus. Kita tiada pilihan lain.." Kata suamiku kepada Dokter Danny.
"Syah, Yana isteri ku yang sah. Kau bukan lagi tunangnya seperti apa yang kau fikirkan ketika ini.
Maaf Syah.." Kata abang Ilham, suamiku.
"Bro apa yang Ilham katakan itu bohong kan?"
Kata abang Syah pada Dokter Danny dengan wajah binggungnya. Dan dengan wajah penuh berharapnya abang Syah inginkan kepastian serta penjelasan yang sejujurnya.
"Tenang dulu ya bro! Memang ini sangat sulit bagimu.
Tapi kau harus faham.. waktu ini kau kehilangan memori." Terang Dokter Danny pada abang Syah.
Abang Syah memegang kepalanya. Mungkin saat ini dia sedang merasa sakit disebabkan fikiran memaksanya untuk mengingat sesuatu yang sulit baginya.
"Bro sepertinya kau harus melihat beberapa rakaman cctv selama kau koma. Tapi sebelum tu, jangan paksa jika ini menyakitkan padamu. Mungkin selepas kau melihat rakaman ini, semoga ini sedikit sebanyak akan membantumu." Ujar Dokter Danny pada sahabatnya yang sedang asyik menatap tajam padaku dan abang Ilham.
"Yana.. Sejak bila kau menikah dengan Ilham?"
Tanya abang Syah dengan nada yang terkesan penuh kekecewaan.
"Bukankah sepatunya kita akan menikah?"
Tanya abang Syah semula dengan mata berkaca-kaca.
"Arghh!" Ringis abang Syah sambil memegang kepalanya. Aku merasa sangat kasihan pada abang Syah melihatnya yang menahan sakit.
Pada akhirnya suamiku membawaku keluar dari kamar itu kerana keadaan abang Syah yang sangat membimbangkan jika terus melihatku ada didepan matanya.
Yana POV End
Share this novel