"Isteri kamu memang positif hamil.Tapi kehamilan ini tidak boleh diteruskan.Kerana ini sangat berisiko besar buat ibu dan anak." Ucap dokter kandungan pada Syah dan Hani isterinya.
"Jadi maksudnya kandungan isteriku harus digugurkan?" Tanya Syah.
"Ya ada ketumbuhan pada rahim Puan Hani dokter Syah.Risikonya amat besar jika ia teruskan.Sebelum empat bulan ia harus dibuang.Dokter Syah mengertikan?" Jelas dokter kandungan itu lagi.
#Flashback On
"Boleh.Saya akan merahsiakan hal ini dari dokter Syah."
kata dokter kandungan yang memeriksa Hani akan saat ini.
"Apa Puan yakin akan tetap meneruskan janin ini? Ini tidak akan menjamin keselamatan puan serta bayi puan nanti. Risiko terlalu tinggi puan.Mungkin akan ada salah satu yang harus berkorban atau boleh jadi juga kedua-duanya sekali?" Sambung dokter kandungan tersebut.
"Dokter tahu, suami saya sangat menginginkan janin ini. Apa lagi melihat yang suami saya yang sendirian menanggung gejala simpatik." Kata Hani.
"Tapi puan, memang gejala itu bukan hanya suami puan seorang saja yang mengalaminya, masih ramai lagi diliuar sana."
"Rasa bersalahku belum terbayar jika tak memberikan satu lagi zuriat buat suamiku dok..Kerana dulu, aku pernah membuang salah satu zuriatnya.Dan aku sangat yakin kalau suamiku masih lagi kecewa atas keputusanku itu." Ucap Hani lagi.
"Tapi tidak bermaksud puan akan membayarnya dengan nyawa sendiri?"
"Kalau aku membuang janin ini dok, bukankah rahimku akan di angkat juga? Dan kalau itu terjadi, sampai bila-bila pun aku tidak akan hamil lagi kan dok?"
Tanya Hani dengan perasaan kecewanya.
"Iya, puan benar." Kata doktor itu sambil ia menghela nafas.
"Tolong aku dokter, ini kali terakhir kalinya aku hamil.
Aku sanggul pertaruhkan nyawaku sekali pun, kerana ini kesempatan ku yang tidak mungkin akan akan ada lagi.." Ucapan Hani itu buat dokter kandungan itu tak terkata.
'Begitu besarkah cintanya pada suami sampai nyawa sendiri ia tak sayang lagi?'
Batin dokter kandungan tersebut.
#Flashback Off
"Lakukan apa sahaja menurut dokter yang terbaik buat isteri saya.Yang penting nyawa isteri saya selamat.Mungkin belum rezeki kami kami untuk menambah cahaya mata." Ucap Syah dengan raut wajah kepasrahan.
"Tapi apabila janin itu dibuang nanti, rahim puan Hani akan terangkat sekali."
Setelah mendengar penjelasan dari dokter kandungan tersebut, Syah terdiam beberapa minit.Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuang janin tersebut sesuai dengan saran dari dokter
"Tidak apa dokter, lakukan apa pun asal isteri saya selamat." Kata Syah seraya menatap dekat ke wajah Hani.
"Tidak apa-apa kan sayang, jika kau tidak bisa hamil lagi? Apa yang penting kita dapat bersama.Cukup ada Ivan buat kita." Bisik Syah ditelinga Hani.
Hani hanya mengangguk.Namun jauh disudut hatinya, dia sangat kasihan pada Syah suaminya itu.
Mengingat dulu dia pernah melakukan kesalahan terhadap suaminya, dia kini dapat membayangkan bagaimana perasaannya waktu itu.Gara-gara kebodohannya, suaminya sampai kecelakaan dan koma.
Dan kini keputusan Hani sudah bulat dan muktamad.
Dia akan tetap teruskan kehamilan itu.Apa pun risiko
yang bakal berlaku, Hani pasrah dan berserah pada yang maha esa.
'Maaf abang, keputusanku ini sekali lagi tanpa sepengetahuanmu.Mungkin aku yang terlalu bodoh buat keputusan.Maaf atas kekhilafan ku..'
Hani bergumam dalam hati.Dia sedar dia akan menyakiti hati suaminya suatu hari nanti akibat keputusannya ini.
Tapi dia juga berharap tidak akan berlaku apa-apa nanti terhadap dirinya dan juga bayinya kelak.
'Semoga ada keajaiban suatu saat nanti.. '
Batin Hani.
Seiringnya waktu berjalan, Hani bahagia melakukan apapun buat yang dikasihinya, Kerana kebahagiaan utama dalam hidup baginya adalah saat peluang itu masih ada dimana rasa dicintai dan mencintai dengan segenap ruang dihati.
Share this novel