Syurga Dunia Ilusi

Romance Series 67838

Tanpa membuang waktu, pak Remy langsung mengeluarkan ponselnya dan mentransfer uang sebanyak 1.5 juta ke dalam rekening yang di berikan oleh dokter tersebut..

Beberapa saat kemudian, pak Remy menunjukan layar ponselnya kepada dokter tersebut yang menyatakan transaksi tersebut sudah berhasil di lakukan..

"Terima kasih pak maneger..saya akan melanjutkan pemeriksaan ke atas pesakit tersebut.."
"Kalian bisa menunggu sehingga kami selesai melakukan periksaan lanjut.."

"Terima kasih juga dok.."

Ucap keduanya lagi secara bergantian..

Pak Remy dan juga Maya langsung duduk di kerusi yang tersedia di luar pintu tersebut sambil menunduk melihat lantai..

Keduanya hanya mendiamkan diri tanpa berkata apa-apa dan suasana di luar pintu ruang gawat darurat itu menjadi hening dalam waktu yang lama..

Maya tidak henti-henti meneteskan air matanya sambil terisak isak menahan sebak di dalam dadanya..dia juga merasa kesal atas tindakannya yang memaksa Randy untuk masuk ke dalam kamar tidurnya hingga mengakibatkan kecelakaan itu terjadi..

"Maaf kan saya pak Remy..seharusnya, kecelakaan ini tidak terjadi.."
"Aku yang memaksa Randy untuk menunggu ku, agar kami berdua bisa turun dari lantai tersebut bersama sama.."
"Ini semua salah ku, pak Remy.."
"Hikss..Hiksss.."

"Sudah lah Maya, jangan salahkan diri mu lagi.."
"Ini sudah menjadi takdir yang tertulis buatnya.."
"Kamu tenang saja, Randy tidak akan kenapa napa.."
"Dia mungkin hanya pingsan dan tidak sadarkan diri saja.."

Ucap keduanya saling berbalas ucapan, memecah keheningan..

Setengah jam berlalu, seorang perawat keluar dari ruang gawat darurat tersebut dan menyatakan bahwa Randy tidak mengalami luka yang terlalu parah..Randy juga, hanya tidak sadarkan diri akibat hentakan yang terlalu kuat di kepalanya..

Perawat itu juga menyatakan bahwa, Randy perlu istirehat untuk beberapa hari ke depannya sehingga dia sadarkan diri sepenuhnya..

Maya dan juga pak Remy langsung menghela nafas yang panjang dan berat setelah mendengar penjelasan dari perawat tersebut..

Beberapa menit kemudian, Randy di bawa keluar dari ruang gawat darurat tersebut oleh beberapa pembantu perawat menuju ruang inap pria untuk rawatan lanjut..

Pak Remy, meminta Maya menjaga Randy untuk beberapa hari ke depan dan tidak perlu merisaukan tentang pekerjaannya di restoran mewah tersebut..

Dengan sedikit rasa senang dan juga gembira, Maya hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya..

Setelah itu, pak Remy meninggalkan rumah sakit tersebut dan langsung kembali ke restoran untuk mengabarkan kejadian tersebut kepada pemilik restoran itu..

Maya mengikuti para pembantu perawat tersebut dan membantu mendorong usungan hingga tiba di ruang inap yang menempatkan Randy untuk rawatan selanjutnya..

Saat berada di ruan inap tersebut, Maya duduk di kerusi yang tersedia untuk penjaga pesakit dan terus menggenggam tangan Randy sambil mengusapnya..dia juga, tanpa lelah, meminta maaf kepada Randy berulang kali..

"Ran..maaf kan aku.."
"Ini semua salah ku..jika aku tidak menahan dan meminta mu untuk masuk ke kamar ku.."
"Semua ini, tidak akan berlaku.."

Ucap Maya sambil menatap wajah Randy yang terdiam kaku di atas kasur..

Sementara itu, di alam bawah sadar Randy..

Randy sedang berjalan di sebuah titian gantung dengan jurang yang sangat dalam dan juga gelap di bawahnya..Randy tidak melihat jurang tersebut dan hanya fokus melihat ke depan sambil berjalan..

Di dalam hatinya, dia bertanya tanya..

'tempat apakah ini dan apa aku sudah benar-benar mati saat ini..?'
'apakah ini titian menuju syurga yang indah itu..?'
'ayah,ibu..Randy pergi tanpa pamit kepada kalian berdua..'
'maaf kan segala kesalahan Randy..ayah,ibu..'

Gumam Randy di dalah hatinya..

Randy meneruskan langkah kakinya mengikuti jalur titian tersebut yang sepertinya tidak berpenghujung..kabus tebal, menutupi penglihatan Randy di kejauhan..

Satu jam berlalu dan terus melangkah tanpa henti, Randy akhirnya bisa melihat penghujung titian gantung tersebut dan sebuah gerbang pintu yang sangat lebar dan tinggi menantinya di kejauhan..Randy mempercepatkan langkah kaki untuk menghampiri pintu gerbang tersebut..

Semakin dekat dengan pintu gerbang tersebut, Randy dapat melihat sosok seorang kakek tua yang mengenakan jubah putih di seluruh tubuhnya..rambut dan juga jenggotnya yang panjang hingga ke paras pinggangnya, juga sudah berwarna putih..

Saat berada di pintu gerbang tersebut, Randy langsung menyapa kakek tua tersebut dengan sopan..

"Kakek..aku ingin bertanya.."
"Di manakah dan apa nama tempat ini..?"
"Mengapa aku bisa berada di sini..apa aku sudah benar-benar mati saat ini..?"

Tanya Randy kepada kakek tua yang berdiri di pintu gerbang tersebut..

"Anak muda, tempat ini bernama Syurga Dunia Ilusi.."
"Dan kamu berada di sini, kerana kamu saat ini sedang tidur panjang akibat kecelakaan yang menimpa mu.."
"Dan kamu juga, belum mati sepenuhnya..kamu hanya tidak sadarkan diri saat ini.."

Ucap kakek tua itu menjawab pertanyaan Randy sebelumnya..

"Jadi, aku masih hidup..tapi, mengapa aku bisa ada di sini kek..?"

Tanya Randy lagi penasaran..

"Ini hanya untuk sementara waktu saja..setelah saatnya tiba, kamu akan kembali ke dunia mu dengan sendirinya.."
"Tapi, sebelum itu terjadi, aku akan memulihkan luka di kepala mu dan juga memberikan mu sesuatu yang akan sangat kamu perlukan.."

Ucap kakek itu lagi kepada Randy sambil menjelaskan..

Setelah menyelesaikan kata-katanya, kakek tua tersebut mengeluarkan sebiji pil berwarna hitam dan meminta Randy untuk menelannya secara langsung..tanpa ada perasaan rugu, Randy langsung memasukkan obat tersebut ke dalam mulutnya..

Beberapa saat kemudian, Randy mulai merasa efek dari obat tersebut dan langsung merasa pusing..beberepa detik setelah itu, Randy langsung rebah di depan pintu gerbang tersebut dan tidak sadarkan dirinya..

Kakek tua itu hanya tersenyum dan langsung mengangkat tubuh Randy dan meninggalkan daerah pintu gerbang tersebut lalu berjalan menuju sebuah istana kecil yang terbuat dari kristal bewarna biru muda..

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience