Aku Diusir ?

Romance Series 2771

"Maaf Nona... Tapi itu permintaan tuan Steve." Ucap Reno sembari sedikit membungkuk kan badannya.

"Reno... aku tidak peduli..." Ucap Lili sembari berjalan masuk ke ruang rawat Steve.

Setelah Lili sampai di ruangan. Ia berjalan pelan menuju ranjang Steve yang masih tertidur, dan hanya berpura-pura. Melihat Lili masuk. Kemudian dokter keluar.

"Lili....? Kenapa Reno tidak menahannya..? Lili aku mohon jangan kemari. Aku tak ingin melihat air mata mu." Batin Steve dengan masih memejamkan matanya.

"Steve.... Steve..." Ucap Lili lembut sembari melihat tubuh Steve dari ujung ke ujung. Dengan banyak luka memar.
"Maafkan aku... maafkan aku." Lili menangis tersedu-sedu duduk di hadapan Steve dan memegang tangan nya.
"Steve aku mohon bangunlah....!!" Lili terus menangis

" Untuk apa kamu kemari...??" Ucap Steve. yang sudah tak tahan mendengar tangisan Lili karena tak tega.

Lili lantas menghentikan tangisnya dan melihat ke arah Steve.

"Steve... kamu sudah sadar Syukurlah... Aku akan memanggil dokter lagi untuk mu...Kamu tunggu ya..." Lili berdiri dengan mengusap air matanya. Dan hendak menekan tombol untuk memanggil dokter.

"Tidak perlu...." Ucap Steve sehingga membuat niat Lili terhenti.

"Pergi dari sini..Aku tak ingin melihat mu. Tinggal kan Vila Diamon. Dan kembali ke kontrakan mu. Reno akan membantumu membayar dan memberi uang sampai anakmu lahir.." Ucap Steve tanpa memandang ke arah Lili.

Lili yang mendengar ucapan Steve hanya diam terpaku. Air matanya menetes membasahi pipi.

"Apa yang dia katakan. Dia benar-benar mengusir ku. Bahkan tidak mau menyebut anak ini anaknya. Seharusnya aku mengiyakan. Tapi.. tapi kenapa aku .. Aku.. Sakit." Batin Lili sembari memegang dada dan perutnya.

"Steve... Aku akan pergi seperti yang kamu inginkan. Tapi ijinkan aku merawat mu beberapa hari ini saja. Bagaimana pun juga. Aku yang membuat mu seperti ini. Bahkan jika kau tidak mengijinkan. Aku akan tetap tinggal di Vila Diamon sampai aku melihat mu pulih kembali. Aku... aku pergi dulu. " Ucap Lili sembari berlari pergi dan menutup mulutnya karena tak ingin suara tangisnya terdengar.

"Sialan.........." Teriak Steve.
"Kenapa semua ini terjadi padaku.... Lili...apakah kau akan memaafkan ku." Batin Steve.

"Reno cari tau kenapa Cyntia menyuruh Paman Sutomo untuk bunuh diri....!!!" Ucap Steve memerintahkan Reno yang sedari tadi berdiri di ruangan itu.

Reno yang terkejut. Ternyata itu yang membuat Steve ingin menjauhi Lili.

"Baik tuan...!"

"Siapkan mobil ... Aku ingin pulang sekarang..!!" Ucap Steve

"Tapi tuan....Anda masih belum pulih.??" Bantah Reno

"Aku tidak peduli..!!"

Lili yang sudah berjalan keluar. Ia pelan berjalan. Air matanya terus mengalir.

"Aku tak tau harus bagaimana... Dari awal seharusnya aku juga tau ini akan terjadi. Aku bahkan tidak berhak untuk melawan. Aku bukan siapa-siapa untuknya. Tapi kenapa... kenapa.... hatiku sakit sekali dia melakukan ini pada ku.." Batin Lili sembari terus berjalan pelan ingin ke vila Diamon.

"Ahhhhhhhh...... perutku... sakit....Aku ingin istirahat." Lili kemudian duduk di kursi pinggir jalan.

"Sayang.... maafkan mama ya... Mama bahkan melupakan mu... Mulai sekarang... kita harus hidup sendiri tanpa ayah. Kamu harus sehat ya." Ucap Lili sembari memegang perutnya.

Steve yang sudah keluar dari rumah sakit. Hendak pulang ke Vila Diamon. Dia mencari Lili di sepanjang jalan. Dan akhirnya dia melihatnya sedang duduk di pinggir jalan.

"Reno aku akan turun untuk mengikuti nya..." Ucap Steve.

"Baik tuan." Reno yang tak berani berkata apapun. Hanya ingin patuh pada Steve.

Steve melihat Lili dari kejauhan. Menunggu nya. Dan ingin menemani nya. Walau dari jauh.

"Lili... aku ingin sekali memeluk mu...." Batin Steve dengan air matanya yang sesekali menetes.

Serasa istirahat nya cukup. Lili kemudian berjalan kembali. Sesekali memegang perutnya agar lebih nyaman. Tanpa sepengetahuan Lili. Steve terus mengikuti nya.

"Seperti ada yang mengikutiku..." Batin Lili.

Ia kemudian berhenti sejenak. Steve kemudian cepat-cepat bersembunyi. Lili dengan cepat menoleh kebelakang. Hari itu sudah gelap. Karena Lili ketakutan, Ia berjalan dengan menambah kecepatan.
Sampailah Lili di Vila. Lili masih berdiri di depan gerbang hitam yang tinggi. Kemudian memberanikan diri untuk menekan tombol.

" Sayang... kita akan disini sebentar. Mama ingin memastikan ayahmu pulih baru akan pergi dari sini.. Tenanglah... kamu harus terus sehat ya..." Ucap Lili sembari memegang perutnya.

"Siapa....?" Teriak Bibi Yang dari layar monitor kecil.
"Nona Lili...??" Ucap Bibi Yang.

"Iya Bi.. ini saya" Jawab Lili

Kemudian gerbang terbuka dengan otomatis.
Steve yang masih di luar. Bersembunyi di bawah pohon. Dia tersenyum melihat Lili masuk. Namun setelah Lili tak terlihat. Ia bersandar di batang pohon dan merosot hingga duduk di tanah.

"Lili... maafkan aku. Aku tidak ingin melukaimu. Tapi aku harus melakukan ini. Aku tidak pantas untukmu. " Ucap Steve dengan tertunduk dan air matanya terus menetes.

Sesampainya Lili di dalam Vila. Lili duduk sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah berjalan. Ia bahkan tidak tidur malam kemarin. Karena terus di rumah sakit.

"Nona Lili... Nona kemana saja kemarin. Tuan Steve terus mencarimu. Bahkan Dia juga tidak pulang. Kenapa tidak pulang dengan tuan..?" Tanya Bibi Yang khawatir.

"Maaf bibi.. kemarin Lili tidur di kontrakan Lili. Maaf sudah membuat bibi cemas. " Ucap Lili
berbohong

"Sudah sudah... Nona tidur dulu. Kasian si kecil dalam perut mu" Ucap Bibi Yang sembari membantu Lili berjalan.

"Terimakasih bibi.."

Setelah Lili sampai di kamar ia kemudian tidur. Karena begitu lelahnya sampai tidak mandi.
Setelah bibi Yang keluar. Ia terkejut dengan Steve yang sudah bersandar di dinding dekat pintu kamarnya.

"Tuan.....??" Ucap Bibi Yang terkejut.

Steve lantas meletakkan jari telunjuk nya di bibirnya. Dan menggeleng kan kepalanya. Yang mengisyaratkan. Jangan bersuara.
Bibi Yang kemudian hanya mengangguk.
Lalu setelah itu pergi.
Steve membuka pelan pintu kamarnya. Dan berjalan pelan menghampiri Lili yang sudah tertidur pulas di atas ranjangnya. Sejenak ia memandangi wajah Lili yang begitu polos. Sesekali menahan air matanya agar tak jatuh.
Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Lili. Membelai rambutnya namun terhenti dan mengurung kan niatnya.

"Lili... maafkan aku... " Ia tertunduk menangis.

"Sayang... Apakah kamu akan membenci Ayahmu ini nak..? Bencilah Ayah... Ayah bukan ayah yang baik untukmu." Ucap Steve pelan sembari memegang lembut perut Lili. Steve terus menangis.

Lili yang merasa terganggu tidurnya. Ia kemudian menggerakkan tubuhnya pelan. Steve yang tersadar Lili terbangun. Kemudian cepat-cepat berdiri dan membalikkan badannya. Kemudian menghapus air matanya.

"Steve...... Kau sudah pulang dari rumah sakit. Steve... aku akan menyiapkan makanan untukmu." Lili terbangun dan bersiap berdiri.

"Untuk apa kamu tidur disini....??" Ucap Steve.

"Eh.....???? " Ucap Lili terkejut.
"Aku...aku...eh...maaf Steve.. Aku akan pindah sekarang ke kamar tamu. Maaf kan aku. Aku sudah lancang " Ucap Lili sembari berjalan keluar.

"Kapan kau akan keluar dari Vila ini...??" Ucap Steve. Membuat Langkah Lili terhenti.

"Aku ... aku akan keluar.. Pasti akan keluar. Tapi setelah lukamu sembuh. Atau... atau mungkin besok. Besok aku akan pergi. Ijinkan aku tidur semalam di sini. Ini sudah terlalu larut. Dan aku akan membereskan pakaian ku." Ucap Lili menundukkan kepalnyatanpa memandang Steve. Tak terasa air matanya menetes tak tertahan.

"Aku harap begitu.."

"Kalau begitu... Saya permisi tuan.. maaf sudah mengganggu anda" Ucap Lili sembari menghapus air matanya.. Dan berjalan pergi.

"Ahhhhhhh......" Steve kemudian jatuh dan memegang dadanya yang entah kenapa sakit disana. Setelah Lili menutup pintunya.
"Lili.... Dia bahkan memanggilku demikian. Lili.... maafkan aku.. Aku mohon jangan pergi.. " Steve terus menatap ke arah pintu dan menangis.

Lili yang masih belum pergi. Ia bersandar di pintu kamar pribadi Steve dan menangis disana. Setelah lelah menangis. Ia kemudian pergi untuk beristirahat di kamar tamu.

TEMAN-TEMAN IKUTI TERUS KISAH LILI DAN STEVE YA. JANGAN LUPA LIKE DAN FAVORITNYA. SUPAYA AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA. MAKASIH

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience