MEMERIKSA KAN KANDUNGAN

Romance Series 2771

Keesokkan paginya

Steve sudah duduk di atas kursi. Menyantap makanannya. Begitu mempesona mengenakan setelan jas lengkap. Lili yang mengintip dari balik pintu. Tak berani keluar jika masih ada Steve. Namun ia tetap memandangnya dari kejauhan.

"Sayang... lihatlah ayahmu dia begitu tampan. Tapi mungkin ini terakhir kalinya mama melihatnya.." Ucap Lili pelan sembari menyentuh perutnya yang mulai sedikit membuncit.

Lili terus memandangi Steve.

"Kenapa wanita itu tidak keluar dari kamarnya....??" Batin Steve.

Steve yang sudah terbiasa dengan Lili duduk makan disampingnya. Merasa ada yang kurang.
Steve lantas menoleh ke arah kamar tamu. Dimana Lili tidur.
Lili yang terkejut Steve melihat ke arahnya. Ia langsung bersembunyi dibalik pintu.

"Huhtttttt....Apakah dia melihatku...??" Lili menepuk-nepuk dadanya.
"Semoga dia tidak melihat ku..."

Steve yang melihat Lili kemudian tertunduk dan tersenyum.

"Tuan muda....??? Ada sesuatu yang lucu...??" Tanya Bibi Yang. Saat itu dia sedang ada di samping Steve menuangkan air putih untuknya.

"Oh.... em.. tidak bi... Aku hanya hampir terserdak.." Ucap Steve beralasan.

"Emmmmmm .... hampir tersedak bisa senyum..?" Batin Bibi Yang bingung.

Steve yang menyelesaikan makanannya. Ia kemudian berdiri. Sejenak melihat pintu kamar Lili yang masih tertutup. Dan kemudian pergi.
Lili yang mendengar mobil Steve sudah berbunyi. Ia kemudian keluar. Kemudian ia duduk untuk makan.

"Dia sudah pergi..." Batin Lili sedih.
"Dulu setiap pagi dia duduk di sampingku. Dan menggoda ku. Dia mencium ku sebelum dia pergi ke kantor. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Steve.......... selamat tinggal." Batin Lili dengan sesekali mengusap air matanya yang menetes.

Setelah Lili menyelesaikan makanannya. Ia lantas bangun berdiri dan menghampiri Bibi Yang.

"Bi......." Panggil Lili.

"Iya Nona Lili..." Jawab Bibi Yang, Sedang sibuk dengan membersihkan sisa sampah.

"Aku akan pergi memeriksakan kandungan ku sekarang. Bolehkah aku memelukmu sejenak." Ucap Lili.

"Nona... Nona ini ada-ada saja. Nanti juga akan kembali kesini. Bibi akan menemani Nona. Tunggu ya... bibi ganti baju dulu." Ucap Bibi Yang sembari mencuci tangannya dan hendak pergi.

"Bibi .... hari ini aku akan minta tolong Paman Zam saja. Bibi jaga di rumah. Aku sudah mendapat ijin dari Steve kok. Kalau begitu Lili pergi dulu ya Bi." Ucap Lili sembari memeluk tubuh bibi Yang.

"Baiklah Nona... Jaga dirimu dan cepatlah pulang." Ucap Bibi Yang sembari menepuk pelan punggung Lili.

"Iya Bi....." Ucap Lili sembari melepaskan pelukannya.

"Bibi selamat tinggal.." Batin Lili sembari melambaikan tangannya.

Lili kemudian berjalan keluar. Sebenarnya ia membawa tas cukup besar. Namun Bibi Yang tak menyadarinya. Lili memasukkan baju tak banyak. Agar tak terlihat mencurigakan.
Dia melihat paman Zam masih sibuk dengan mencuci mobil. Lili mengendap-endap keluar agar tak ketahuan paman Zam. Dan juga menghindari tukang kebun yang masih mencabut rumput.
Setelah ia berhasil keluar. Ia lantas bersembunyi di balik pohon. Terus memandang ke arah vila.

"Steve..... selamat tinggal.... Terimakasih atas segalanya.
Aku akan tetap mencintai mu. Begitupun anak kita." Ucap Lili sembari memegang perutnya.

Setelah itu ia mengusap air matanya yang mengalir dan berjalan pergi. Di tengah jalan ia memanggil taxi dan pergi ke dokter kandungan.
Tak butuh waktu lama, Ia sampai. Karena Lili tak meminta nomor antri dulu. Dia lantas duduk menunggu gilirannya. Ia melihat sekeliling. Banyak di antara ibu hamil yang di temani dengan laki-laki. Dan itu suami mereka.
Lili hanya melihat dan sesekali memegang perut nya.
Sampai tiba gilirannya. Lili masuk dan di periksa oleh dokter. Dokter menjelaskan perkembangan kehamilan Lili melalui monitor USG.

"Nona Bayinya sudah semakin tumbuh.. Lihatlah... !!!Dia sudah berumur 13 minggu. Dia bahkan memasukkan ibu jarinya di mulutnya. Dia berkembang dengan sangat baik." Jelas dokter

Lili yang melihat dan mendengar ucapan dokter. Ia menangis melihat perkembangan bayinya. Bagaimana bisa tega. Dia hampir membunuhnya.

"Baiklah Nona..Saya akan memberi vitamin lagi untuk anda. Teruslah berbicara pada si kecil. Dia sudah mulai bisa mengerti bahasa sang ibu. Kalau begitu saya menulis resep dulu untuk anda ya... " Ucap Dokter.

Lili kemudian bangkit dari ranjang dan mengusap air matanya. Lalu duduk di depan dokter.

"Kenapa Nona baru datang sekarang...? Bukankah saya meminta agar Nona datang 2 Minggu sekali..?" Tanya dokter.

"Eh... maaf dok.. saya pergi beberapa hari ini. " Ucap Lili beralasan.

"Suaminya masih belum bisa menemani..?"

"Eh.......??? Belum dok." Ucap Lili sedikit terkejut bercampur sedih.

"Baiklah....Tidak apa. Kalo begitu, Setelah ini Nona Lili bisa datang kembali 1 bulan sekali kemari. Ini resepnya dan jangan lupa di minum obatnya." Ucap dokter sembari menyerahkan selembar kertas.

"Baik dok .... terimakasih banyak. Saya permisi dulu." Ucap Lili sembari berdiri dan berlalu pergi.

Setelah Lili keluar. Ia duduk sejenak. memegang perutnya lembut dan meneteskan air mata.

"Kenapa aku bodoh sekali hampir membunuhnya.." Batin Lili sembari menunduk menangis.

Tanpa sepengetahuan Lili. Steve sebenarnya melihatnya dari kejauhan. Dia tidak pergi ke kantor melainkan mengikuti kemana Lili pergi.
Steve melihat Lili yang masih memegang perutnya sembari menangis. Air matanya bahkan ikut menetes. Ia terus memandangi Lili dari kejauhan. Sampai Lili berdiri dan berjalan menuju apotik. Yang tak jauh dari tempat di mana Lili memeriksakan kandungan nya. Steve masih mengikutinya dengan Reno yang mengemudikan mobil. Lili kemudian masuk di apotik.

"Permisi... Saya ingin menebus obat ini." Ucap Lili sembari menyodorkannya kertas resep.

"Baik... Silahkan duduk dulu ya Nona. " Jawab apoteker.

Lili mengangguk dan tersenyum kecil, kemudian duduk. Ia menyentuh lembut perutnya sembari menunggu panggilan apoteker.
Tak lama kemudian. Apoteker memanggil nya.

"Nona Lili... Silahkan obatnya. Semuanya 450.000.." Ucap Apoteker. Dan Lili datang menghampiri nya.

"450.000...??" Ucap Lili terkejut.

"Iya Nona..."

"Uangku hanya 300.000 Aku juga butuh makan. " Batin Lili.
"E ..... bolehkah saya membelinya separuh dulu..??" Tanya Lili pada apoteker.

"Bisa... Kalau separuh 225.000"

"Baiklah... saya ambil separuh." Jawab Lili.

Steve yang memandang dari kejauhan. Ia sedikit gusar kenapa Lili lama sekali bicara dengan apoteker. Karena bangunan apotik banyak berpintukan kaca. Steve bisa melihat nya dari luar.

"Kenapa dia lama sekali ....??" Batin Steve.

Setelah Lili keluar. Steve lantas menyuruh Reno menanyakan pada apoteker. Obat apa yang di beli Lili. Steve yang menunggu di dalam mobil. Ia terus memandangi kemana Lili berjalan.

"Tuan... Nona Lili membeli Vitamin yang di berikan oleh dokter. Dan apoteker mengatakan. Nona Lili hanya membelinya separuh." Ucap Reno yang sudah duduk di kursi kemudinya.

"Dia masih melindungi anakku. Apa dia sudah tidak punya uang. Dia tidak membeli semua obatnya." Batin Steve

"Reno ikuti dia...." Ucap Steve

Lili terus berjalan. Dan berhenti di sebuah toko untuk membeli sebotol air putih. Ia duduk sejenak di kursi yang disediakan toko. Dan meminum obatnya. Setelah itu ia memegang dan mengusap perut lembut. Dan melanjutkan perjalanan nya lagi.
Steve masih terus memperhatikan nya dari kejauhan.

"Kemana dia akan pergi...??" Batin Steve.
"Ini bukan arah Vila. Ini ayah rumah sakit ayah.. Jangan-jangan dia ingin menemui Noman. Sialan...." Batin Steve kesal.

Ditengah perjalanan mobilnya terhenti karena macet. Karena Steve geram ia lantas turun dari mobil dan mengikuti Lili dari kejauhan. Sampai akhirnya Lili tiba di rumah sakit dimana Yohan di rawat. Dan ia masuk kesana.

"Dia ternyata benar-benar ingin menemui Noman.." Batin Steve
"Sialan.........." Teriak Steve.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience