Yohan Sadar

Romance Series 2771

Setelah itu Lili dan Steve berjalan menuju meja makan. Mereka begitu bahagia. Hingga bibi Yang melihat mereka. Ikut bahagia. Seperti biasa Lili duduk bersebelahan dengan Steve. Steve kemudian mengubah tempat duduk Lili. Agar mengarah padanya. Steve lantas membungkukkan badannya. Dan meletakkan telinganya dekat dengan perut Lili.

"Aku ingin mendengar apa yang kau lakukan di sana...?" Ucap Steve

Lili tersenyum melihat tingkah Steve. Ia lantas meletakkan tangannya dia atas kepala Steve dan menyentuhnya pelan. Membelai rambut Steve dengan tersenyum bahagia.

"Jangan kau sakiti mama.... Jika kau nakal... ayah akan masuk untuk memukulmu.. " Ucap Steve bercanda.

Lili sontak tertawa bersama Bibi Yang.

"Steve..... apa yang kau katakan.. Kau membuatku tertawa." Ucap Lili.

Steve lantas mendongak. Dan menegakkan tubuhnya. Kemudian menyeret kursi Lili. Dan semakin mendekat padanya. Wajahnya mendekat ke wajah Lili.

"Teruslah tertawa.... Bahkan tertawa mu hari. Masih belum bisa menebus air mata yang kamu keluarkan karena kebodohan ku." Ucap Steve.

"Steve......" Ucap Lili terharu mendengar ucapan Steve. Matanya sudah berkaca-kaca.

Steve masih memandang wajah Lili sejenak. Kemudian mencium keningnya. Dan turun mencium bibirnya lembut. Lili menerima ciuman Steve dan menutup matanya. Mereka menikmati ciuman satu sama lain. Dengan ciuman Steve yang lembut dan penuh cinta. Serasa cukup Steve kemudian melepaskan ciumannya. Menatap wajah Lili kembali. Dan membenarkan poni Lili yang menutupi matanya. Ia mencium lagi kening Lili. Bibi Yang bahkan sampai menutup matanya sembari tersenyum. Ikut merasakan kebahagiaan mereka.

"Terimakasih Lili. Kau memberikan kebahagiaan dalam hidupku." Ucap Steve.

"Aku yang bahagia memilikimu mu" Jawab Lili.

Steve kemudian tersenyum tipis. Begitu tampan dan mempesona. Sekali lagi Steve mencium kening dan bibir Lili dengan kecupan.
Lalu mereka melanjutkan makan paginya. Dan setelah itu pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Yohan. Lili dan Steve lantas masuk.

"Kakak.... Kau datang...???" Ucap Noman sembari bangun dari tidurnya di atas sofa.

"Iya.... Noman... Keluarlah sebentar. Aku akan menemui mu setelah ini." Ucap Steve.
"Lili tunggu ya...!!" Ucap Steve sembari menyentuh kepala Lili dan mencium keningnya.

"Steve.... jaga emosimu. Jangan terbawa suasana..Aku khawatir padamu." Ucap Lili yang khawatir Steve akan marah pada Noman.

"Tenang sayang ku...." Ucap Steve sembari mencubit pipi Lili.

"Aaaaaaaa.... Sakit. Aku akan mengadukan ini pada anakmu..!!" Ucap Lili.

Steve tersenyum kecil. Dan mengusap rambut Lili hingga berantakan. Kemudian dia keluar.

Lili meletakkan tasnya. Dan duduk di samping ranjang Yohan. Seperi biasa ia memulai kegiatannya membersihkan tangan dan kaki Yohan.

"Kamu selalu sering disini...!! Apakah kau sudah mengunjungi ibumu.??" Tanya Steve pada Noman yang berdiri di sampingnya bersandar di tembok.

"Aku masih belum ingin menemuinya..." Ucap Noman sembari menunduk.

"Temui dia.... !!!" Ucap Steve
"Dia mungkin ingin kau menemuinya."
"Apakah kau sudah makan..? Makanlah. Jangan sampai kau terlihat kurus ketika ayah bangun nanti." Ucap Steve dan kemudian berlalu pergi. Noman merasa terharu atas perhatian Steve padanya.

"Steve....... " Teriak Lili dari dalam kamar rawat Yohan

Steve dan Noman lantas bergegas berlari masuk.

"Ada apa Lili.... ??" Tanya Steve panik. Menghampiri Lili dan memegang kedua tangannya.
Noman pun ikut panik.

"Aku melihat jari telunjuk Paman Yohan bergerak. " Ucap Lili

"Benarkah...??" Ucap Steve dan langsung memalingkan pandangannya pada Yohan.

Ia lantas memanggil dokter. Dan tak lama dokter pun datang. Ketika dokter memeriksa Yohan. Ia membuka matanya pelan. Amat pelan ia membuka matanya. Dokter lantas mengecek matanya. Seluruh organ tubuhnya.

"Tuan Steve.... Bersyukurlah. Tuan Yohan sudah bisa lolos dari komanya. Saya sudah memeriksa seluruh organ penting. Dan semuanya mulai berfungsi dengan baik. Setelah tuan mulai membaik. Kami akan memindahkan di ruang rawat." Jelas dokter

"Terimakasih dok.." Ucap Steve.

Steve dan Noman melihatnya dengan mata berkaca-kaca. Bahagia melihat Yohan membuka matanya.

"Ayah..... apakah ayah bisa mendengar ku. ?" Ucap Steve.
"Ayah bisa melihat ku...?"
Tanya Steve berulang. Dan mendekatkan wajahnya pada wajah Yohan.

Yohan kemudian merespon dengan anggukan kecil.

"Lili....... " Ucap Yohan. Amat pelan.

"Apa ayah....?" Ucap Steve yang masih merasa ucapan Yohan tidak begitu jelas.

"Lili....." Yohan mengulangi ucapannya.

"Lili... ?" Ucap Steve berulang.

*Lili bersembunyi di belakang tubuh Steve. Karena takut jika Yohan melihat nya. Kesehatan nya akan semakin memburuk.

Steve lantas menoleh ke belakang. Dan mengangguk kan kepalanya pada Lili.
Dengan perasaan gugup. Lili mencoba memberanikan diri mendekati Yohan.

Setelah Lili sampai dekat dengan ranjang Yohan. Ia menundukkan kepala. Dengan sekuat tenaga. Yohan mengangkat tangannya. Dan meletakkan nya di perut Lili.
Lili terkejut dan menutup mulutnya. Ia menangis melihat perlakuan Yohan padanya. Steve yang masih membungkuk kan badannya. Ia menoleh melihat ke arah tangan Yohan*.

"Ayah....." Ucap Steve pelan. Kemudian melihat ke arah Yohan kembali.
"Ayah tau Lili hamil anakku.?" Ucap Steve.

Yohan tersenyum kecil.

Percayakah jika orang yang koma. Ada beberapa di antara mereka. Terkadang bisa mendengar suara di sekitarnya.

*Steve tersenyum kembali melihat senyuman Yohan. Noman bahkan menangis melihat mereka.

Setelah beberapa jam. Yohan di pindahkan ke ruang rawat. Dan alat bantu yang Yohan gunakan. Sudah bisa terlepas. Yohan bahkan sudah mulai berbicara dengan jelas. Walaupun masih pelan*.

"Steve.... bolehkah aku tidur di sini...? " Ucap Lili pada Steve yang duduk di sofa menunggu Yohan.

"Tidak...." Ucap Steve.

"Kamu jahat....!" Ucap Lili sambil memanyukan bibirnya.

"Baiklah sayang ku.... Tapi aku juga harus di sini." Jawab Yohan

"Benarkah...?? Baiklah baiklah. Kau juga boleh tidur di sini." Ucap Lili sambil tertawa kecil.

"Aku akan menyuapi Paman Yohan.." Ucap Lili.

Steve menganggukkan kepalanya pelan.
Lili dengan pelan menyuapi Yohan. Amat pelan dan lembut. Yohan sesekali tersenyum melihat Lili.
Steve yang melihat mereka. Bahkan ikut tersenyum.
Setelah habis. Lili membersihkan bibir Yohan menggunakan tissue dengan pelan.
Kemudian ia duduk mengupas buah.

"Berapa usia calon cucuku Lili...?" Ucap Yohan lembut.

"Oh... dia Paman... Dia sudah 14 Minggu." Jawab Lili sedikit gugup.

"Jika perempuan dia pasti akan cantik seperti mu. Jika laki-laki dia akan tampan seperti ku.."

Lili lantas tersenyum kecil.

"Ayah..... Ayolah... Aku bahkan lebih tampan dari mu." Ucap Steve yang tak terima dengan ucapan Yohan.

Lili dan Yohan tersenyum kecil.

"Paman.. Aku akan menumbuk apel ini. Agar paman mudah memakannya. " Ucap Lili.

"Lili...maukah kau memanggilku ayah....??"

"Eh.....Ahhhhhhhhhh....." Ucap Lili terkejut. Pisau yang ia gunakan untuk memotong buah. Mengenai jarinya. Ia langsung menekan lukanya. Dan keluar darah setetes.

"Lili..... " Steve langsung sigap berdiri menghampiri nya. Dan menarik tangan Lili kemudian menghisap darahnya.

Lili langsung menarik tangannya.

"Steve..... Apa yang kau lakukan. Paman Yohan melihat kita. Eh... ayah melihat kita" Ucap Lili.

Yohan hanya tersenyum melihat mereka.

"Biarkan saja...." Jawab Steve
"Ayah juga tersenyum melihat kita. "

*Lili tertunduk malu dan mukanya menjadi merah seperti tomat.

Mereka tersenyum satu sama lain
Noman melihat mereka dari kaca pintu luar ruangan. Ia menangis melihat kebahagiaan mereka. Karena bahagia dan terharu*.

"Bagaimana keluarga yang indah ini. Dihancurkan oleh ibu. " Batin Noman semakin tertunduk menangis.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience