Melihat Yohan

Romance Series 2771

2 Hari Kemudian

"Aku suntuk sekali selama 2 hari ini selalu ada di sini...."Ucap Lili yang bosan dengan keadaan karena hanya tertidur di ranjang. Bibi Yang menemaninya dan membuatnya Lili semakin merasa membuat dirinya malas.
"Aku ingin pergi keluar sejenak..!!" Batin Lili.

Lili pergi ketika bibi Yang sedang ada di dalam kamar mandi.
Dia berjalan keluar, kemudian duduk di taman. Setelah serasa cukup. Ia kemudian masuk ke dalam rumah sakit kembali.
Ditengah perjalan. Tak menyangka dia melihat Noman.

"Noman....? Kenapa dia ada di sini...? " Lili terus mengikuti langkah kaki Noman. Hingga sampai di ruang ICU.

"Nona Lili...." Panggil Bibi Yang.
"Nona kemana saja.. kenapa tidak bilang bibi..??" Ucap Bibi Yang khawatir.

"Eh.... maaf bibi. Lili hanya ingin mencari udara segar."
"Kenapa bi...? Apakah Steve menelpon ku?" Tanya Lili.

"Tidak ... bibi hanya khawatir pada Nona"
"Kalau begitu. Ayo kita kembali ke kamar...! Nona masih harus istirahat..!" Perintah Bibi.

"Emmm.... Bibi... Aku ingin rujak..bolehkah??"

"Baiklah Nona... Akan bibi belikan. Tapi kita kembali dulu ya ke ruangan.." Ucap Bibi Yang.
Sembari tersenyum kecil.

Setelah itu Lili mengangguk kan kepalanya pelan. Dan sesekali melihat ke belakang. Setelah sampai, Bibi Yang kemudian berniat pergi untuk membelikan Lili rujak.

"Nona.... ingat...! Jangan pergi sebelum bibi pulang...!" Ucap Bibi Yang.

"Iya Bi.. bibi tenang aja.." Jawab Lili.

Setelah bibi Yang pergi. Lili kemudian turun dari ranjangnya. Karena selang infus yang sudah lepas, ia bisa pergi dengan tidak kesulitan. Karena rasa penasaran nya.
Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU. Sesekali melihat belakang. Takut jika bibi Yang akan kembali.
Setelah sampai di ruang ICU. Lili terkejut dengan Yohan yang terbaring dengan alat yang menempel di dadanya. Alat bantu pernafasan yang menutup hidung nya. Dengan Noman yang masih membersihkan tangan ayahnya dengan handuk basah yang hangat.
Lili melihat dari kaca pintu kecil, Ia kemudian menutup mulutnya dan menangis.

"Sejak kapan Paman Yohan ada di sini...? Kenapa Steve tidak memberi tahuku..?" Batin Lili sembari menutup mulutnya. Tak ingin tangisnya terdengar.

Lili kemudian memberanikan diri untuk masuk. Noman terkejut dengan kedatangan Lili yang sudah ditemani dengan air mata.

"Lili....??" Noman lantas berhenti dari pekerjaannya dan tertunduk, Kemudian berjalan mundur. Merasa bersalah ketika melihat Lili.

Lili yang terus memandang Yohan dengan tatapan tak percaya. Terus mendekati tubuhnya. Ia berdiri di samping Yohan dan melihat tubuhnya dari ujung ke ujung.
Ia tak kuasa menahan tangis dan akhirnya jatuh terduduk. Noman dengan sigap menghampirinya.
Lili kemudian menoleh pelan ke arah Noman dan menangis lagi.

"Noman....sejak kapan Paman Yohan ada di sini...?? " Tanya Lili tanpa memandang ke arah Noman.

"2 hari yang lalu...!"

"Kenapa Paman bisa seperti ini. Ini pasti semua karena aku. Ini semua karena aku... " Teriak Lili.

Noman kemudian menenangkan Lili dan meletakkan kepala Lili di dadanya. Noman semakin menangis melihat keadaan Lili. Rasa bersalah nya seakan bertumpuk.

"Tidak Lili.. ini semua bukan salahmu. Ini semua salahku... Salahku..." Ucap Noman.

Lili kemudian mendongak dan melihat ke arah Noman. Kemudian mengusap air matanya.

"Bukan.... ini salahku.. ini salahku karena anak ini... Karena aku harus hamil anak ini.." Ucap Lili sambil memukul perutnya.

"Lili apa yang kamu lakukan. Hentikan...!!!" Teriak Noman.
"Dia hamil...??" Batin Noman terkejut.

"Lili... kamu hamil..?? " Tanya Noman.

Lili kemudian mengangguk kan kepalanya pelan.

"Tapi karena dia. Aku jadi punya ikatan dengan keluarga ini. Paman Yohan pasti akan lebih membenciku.. Pasti akan lebih membenciku Noman..." Teriak Lili semakin menangis.

Noman semakin sedih melihat keadaan Lili. Ia menenangkan Lili agar tak memukul perutnya.
Meletakkan kepalanya di dada miliknya. Agar Lili lebih tenang. Noman bahkan menangis. Rasa bersalah nya seakan bertambah berlipat-lipat.

"Lili.... maafkan aku..." Batin Noman.

"Lili... kamu jangan pernah menyalahkan bayi mu. Dia bahkan tidak tau apapun. Dia berhak untuk di cintai.." Ucap Noman.

Lili terus menggelengkan kepalanya. Lili kemudian melepaskan pelukan Noman dan berdiri.
Noman terkejut dan ikut berdiri.

"Lili.... kenapa..?" Tanya Noman heran.

Lili yang tak memperdulikan ucapan Noman kemudian melihat ke arah pisau buah yang ada diatas meja. Yang biasa Noman gunakan untuknya makan. Karena Noman selalu tidur dirumah sakit untuk menjaga ayahnya. Noman yang sadar bahwa Lili melihat ke arah pisau. Saat Lili akan berjalan. Ia langsung mendekapnya.

"Noman lepaskan aku....lepaskan aku...." Teriak Lili meronta.
"Lepaskan............" Teriaknya dengan tangis yang keras.

"Lili.... Lili aku mohon kamu jangan seperti ini. Jangan seperti ini..." Ucap Noman sembari memeluknya.

Lili terus menangis dan meronta melepaskan pelukan Noman.

"Biarkan anak ini mati....!! Biarkan anak ini mati....Noman Lepaskan aku....!!!" Lili semakin teriak menjadi meronta.

"Kalau begitu bunuh anak itu...!!!"
Steve datang dengan amarah yang benar-benar memuncak namun ditahan olehnya.

"Kak Steve... ini bukan seperti yang kakak pikirkan..."
Noman lantas melepaskan pelukan pelan. Lili langsung jatuh hingga Noman menahannya.

"Singkirkan tanganmu darinya...!!!!" Steve teriak dengan kencang.

Lili kemudian ditarik paksa oleh Steve. Steve berjalan dengan cepat hingga Lili kesulitan mengikuti langkah nya. Dan membawa masuk kedalam mobil.
Noman lantas jatuh dan duduk di lantai. Menangis akan rasa bersalah nya.

"Tuan Noman.. saya mohon jangan ada keributan di sini. Apalagi ini ruang ICU. Pasien sangat membutuhkan ketenangan. " Ucap Perawat yang datang karena terkejut dengan teriakan Steve.

Noman lantas mendongak dan berdiri.
"Maaf suster.... ini tidak akan terjadi lagi.."

"Baiklah kalau begitu saya permisi.."

*Noman mengiyakan dengan anggukan kecil.

Bibi Yang sedari tadi menangis melihat bagaimana marahnya Steve. Ia ketakutan setengah mati. Kemudian mengajak Reno untuk pulang*.

"Reno cepat pulang. Aku takut tuan Steve akan menyakiti Nona Lili dan Bayinya." Ucap Bibi Yang panik sembari berjalan cepat.

Kemudian Reno dan Bibi Yang pulang menuju Vila dengan menaiki taxi.
Steve mengemudikan mobilnya sendiri dengan Lili yang duduk disampingnya. Dengan kecepatan yang tinggi.

"Steve..... apa yang kau lakukan...???? " Teriak Lili sembari tangan nya ke atas berpegangan. Menyeimbangkan dirinya.

Steve yang tak menghiraukan teriakan Lili. Terus melajukan mobilnya kencang.

"Steve .... " Lili semakin teriak.

"Bukankah kau ingin anak itu mati....???" Teriak Steve dengan amarah yang tak terkendali. Tangganya mencengangkan erat kemudi mobil.

"Steve .... Hentikan......................!!" Teriak Lili sekencang-kencangnya.

"Ckittttttttttttttttttt......"
Suara rem mobil keras.

"Kenapa kau ingin membunuh anak ku.. ??? Apa dia sangat menjijikkan bagimu... hah.....??? Apa karena dia anakku.. Kau merasa jijik ada darah dagingku dalam perutmu ??? Katakan......!!!! hah....!" Steve berbicara dengan suara yang begitu amat keras. Membentak Lili tanpa memandangnya Dan hanya tertunduk. Emosinya sudah memuncak. Ia terus berusaha mengendalikannya.

"Bukan... Sungguh bukan seperti itu Steve... Sungguh tidak seperti yang kau fikirkan. Aku hanya... Aku hanya takut Jika anak ini lahir. Aku takut dia juga akan di buang oleh Paman Yohan. Aku takut dia tidak menginginkan nya. Aku takut Paman Yohan akan terus sakit - sakit an.. Aku takut jika....."Dalam batin Lili dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Kenapa kau diam saja......kenapa....???" Steve semakin berteriak karena Lili hanya diam. Steve kemudian tertunduk menangis.

"Apakah berat melahirkan anak dariku....? Apakah kau tidak ingin mempunyai anak dari ku...? Atau aku juga tidak di ijinkan bahagia tinggal di dunia ini.? Atau aku memang harus hidup tak memiliki siapapun..?" Steve terus tertunduk menangis.

"Steve......." Ucap Lili pelan sembari ingin menyentuh tubuh Steve.

"Jangan Sentuh aku.....!!!" Teriak Steve sembari menghempaskan tangan Lili yang hampir sampai untuk menyentuh tubuhnya.

Lili kemudian tertunduk menangis.

"Kau bahkan ingin membuang ku. Kau bahkan juga sama seperti ayah... Kau ingin meninggalkanku...Keluar......!" Teriak Steve karena kekesalannya semakin berlipat . Melihat Noman memeluk Lili.

"Hah..... ???Apa yang dia katakan. Apakah dia cemburu melihat aku dan Noman...?" Batin Lili terkejut.

"Keluar .......!!!! Untuk apa kau masih di sini. Keluar...!!"
Steve teriak semakin menjadi.

Lili kemudian turun dengan air matanya yang terus mengalir. Steve kemudian pergi meninggalkan nya. Lili menepi dan duduk di pembatas jalan. Ia menangis tertunduk. Dan melipatkan siku kakinya.

"Steve.... Maafkan aku..."Ia semakin menenggelamkan kepalanya di siku kakinya.
"Aku sungguh tidak seperti yang kau pikirkan. Aku mohon maafkan aku. Aku bahkan menyakiti mu terlalu dalam. maaf..." Lili terus tertunduk menangis.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience