Kebahagiaan ku

Romance Series 2771

Noman kemudian membalikkan badannya. Dan menyandarkannya tubuhnya di tembok. Ia sesekali meneteskan air mata.

Setelah ia merasa dirinya lebih baik. Ia lantas pergi menuju penjara wanita , Untuk menemui Cyntia.

Tak butuh waktu lama. Noman sudah sampai di sana. Ia berhenti sejenak. Dan menatap penjara itu. Menghela nafas lembut. Kemudian ia berjalan masuk.
Ia meminta tolong polisi. Ingin mengunjungi Cyntia. Noman menunggu dan duduk di kursi khusus pengunjung. Yang digunakan untuk menemui tahanan.
Tak lama Cyntia pun keluar*.

" Noman.....?" Ucap Cyntia. Ia langsung datang menghampiri Noman yang sedang duduk. Dan ia duduk di depannya.
"Noman... Bagaimana dengan mu nak. Apakah kau baik-baik saja..?. Apakah kau sudah makan..?" Tanya Cyntia dengan banyak pertanyaan.

Noman diam sejenak. Ia melihat borgol yang melingkar di kedua tangan Cyntia. Ada rasa tak tega disana. Namun ini memang harus dilakukan.

"Bu... Apakah kau baik-baik saja disini..?" Tanya Noman.

"Ibu....?" Jawab Cyntia
"Ibu... baik-baik saja. Bagaimana dengan mu nak..?" Ucap Cyntia.

"Aku baik Bu... " Jawab Noman.
"Ayah sudah sadar. Dan sekarang sudah dipindahkan di ruang rawat. Ayah awalnya masuk di ICU karena koma. Tapi sekarang ayah sudah bisa melewati masa komanya." Jelas Noman.

"Yohan... Maksud ibu. Ayahmu sempat koma.??" Tanya Cyntia terkejut.

"Ya... Kakak Steve akan segera memiliki anak. Dan ayah sangat senang sekali. Bahkan dokter mengatakan kesehatan ayah pulih dengan baik. Aku melihat mereka begitu bahagia. Mungkin anak yang ada dalam perut Lili. Menambah suasana kebahagian dalam diri ayah."
"Ibu..... Jika kelak kau sudah keluar dari sini. Kita berkumpul dan Jangan saling menjatuhkan seperti dulu..... Bisakah....?" Tanya Noman.

"O..... Itu pasti." Ucap Cyntia.
"Aku tidak tau Noman... Aku masih belum bisa memaafkan wanita sialan itu. Aku bahkan ingin dia mati bersamaku." Batin Cyntia.

"Baiklah ibu... Aku harus segera pulang. Jaga diri ibu. Aku akan datang kesini lagi. Tunggulah. " Ucap Noman sembari menghampiri Cyntia dan memeluk nya.

"Iya ... seringlah kesini. Jaga kesehatan mu dan hati-hati di jalan." Ucap Cyntia sembari menyentuh pipi Noman.
"Ibu sangat mencintaimu."

Noman tersenyum dan kemudian pergi.

"Wanita sialan. Dia beruntung sekali." Batin Cyntia setelah Noman pergi.
"12 tahun ya... Memang lama. Tapi aku akan setia menunggu."

Rumah sakit Yohan dirawat.

"Steve... aku tidak melihat Noman sedari tadi. Apa kau tau dia di mana.??" Tanya Lili.

"Iya... Ayah juga tidak melihat nya. Cepat cari lah dia Steve." Ucap Yohan yang masih bersandar di ranjangnya.

"Biarkan saja. Dia bahkan bukan anak kecil. Dia juga nanti akan pulang sendiri." Jawab Steve kesal.

"Steve.... Apa yang kamu katakan. Kau tidak boleh berkata seperti itu." Ucap Lili sembari mencubit pinggang Steve.

"Aaaaaaa.....Baiklah . Baiklah. Aku akan keluar mencarinya."Ucap Steve menyerah.

Lili dan Yohan tersenyum melihat tingkah Steve.
Yohan terus memandangi Lili yang masih tertawa.

"Lili......" Panggil Yohan.

"Iya ayah....?" Jawab Lili sembari menoleh ke arah Yohan.

"Maafkan perbuatan ayah yang lalu."

Lili terkejut tiba-tiba Yohan berkata demikian.

"Ayah... jangan mengungkit hal itu. Aku sudah melupakan nya." Jawab Lili.

"Bahkan dengan kematian ayahmu..." Tanya Yohan.

"Eh.......??" Suara Lili kecil. Karena terkejut Yohan mengatakan itu.
"Aku tidak tau ayah." Ia menunduk kan kepalanya.
"Tapi..... kalau ingat. Aku bohong jika mengatakan tidak. Namun aku tidak ingin dendam pada orang yang membuat ayahku membunuh dirinya. Jika aku dendam pun. Ayah juga tidak akan kembali. Apalagi sampai aku membalas. Dari surga ayah pasti melihat dan pasti akan membenciku." Ucap Lili dengan tertunduk dan mulai berkaca-kaca.

Yohan tersenyum mendengar ucapan Lili.

"Aku mencambuk Steve. Bukan karena aku membencinya. Aku hanya terlalu mencintainya. Tapi aku sadar. Caraku amat salah. Aku hanya ingin melihatnya kuat mengahadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan. Dia pernah bersama dengan Dona. Namun Dona meninggalkan nya tanpa kabar. Aku merasa tak tega padanya. Dia kehilangan ibunya dengan cara yang tak seharusnya orang meninggal. Sebenarnya... Aku pun sangat sakit kehilangan Stela. Dia adalah wanita yang lembut. Bahkan ketika aku sedang marah, Dia hanya diam. Dengan sabar dia menenangkan ku." Ucap Yohan.
"Tapi sekarang aku semakin mengerti. Itu amat menyakitinya. Aku bersalah padanya. Sampai aku takut meminta maaf padanya.Aku takut jika dia tidak mau memaafkan ku. Lebih baik aku tidak meminta maaf padanya. Agar aku tak mendengar kata-kata yang tak ingin aku dengar." Ucap Yohan tanpa memandang Lili.

Lili lantas memegang tangan Yohan.

"Ayah... Tidak mungkin Steve seperti itu. Aku yakin, tanpa ayah meminta maaf pada nya. Dia pasti memaafkan ayah."

Yohan hanya tersenyum mendengar ucapan Lili.

"Apakah Steve pernah menyakiti mu...?" Tanya Yohan.

"Dia... emm... tidak ayah... dia menjaga ku dengan baik. Dia memperlakukan ku dengan baik." Jawab Lili sedikit berbohong. Karena tak ingin membuat Yohan sedih.

"Syukurlah.... Jangan sampai dia menyakitimu. Cukup aku saja. Yang menyesal telah menyakiti Stela. Aku sangat menyesal menyakitinya." Yohan menangis karena teringat akan istri pertamanya. Yang tak lain adalah Stela ibu kandung Steve.

"Ayah....." Lili merasa iba melihat Yohan.

"Terimakasih telah datang di kehidupan Steve. Aku bisa melihat senyumnya yang indah. Sejak dia bersama dengan mu."

"Ayah....." Ucap Lili terharu.
"Aku yang berterima kasih pada ayah dan Steve. Kalian sudah mewarnai kehidupan ku. Aku tidak tau. Jika aku tidak bertemu dengan Steve. Sekarang mungkin aku masih bekerja menjadi cleaning Servis dan tinggal di kontrakan. Entah mulai dari mana aku jatuh hati padanya. Sampai di suatu titik, Aku bahkan tak ingin pergi jauh darinya. Ingin terus dekat dengannya" Ucap Lili.

Yohan lantas tersenyum melihat Lili. Sebenarnya Steve mendengar pembicaraan. Ia tak menutup pintu dengan rapat. Sehingga ia mendengar suara Yohan dan Lili.
Ia tersenyum sendiri mendengar ucapan ayahnya. Bahkan jawaban dari mulut Lili.
Setelah pembicaraan mereka berhenti. Steve lantas masuk.

"Ayah..... aku tak melihat Noman... Tapi aku sudah menelpon nya. Mungkin dia akan datang sebentar lagi." Ucap Steve.

"Baiklah... Kau istirahat lah.. .!" Ucap Yohan.

Karena ruangan yang Steve pesan adalah VIP. Maka ada ranjang penunggu di sana. Bahkan ada dapur sendiri dan Sofa satu set dengan meja. Begitu mewah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience