Meminta tolong

Romance Series 2771

Lili yang masuk ke dalam kamarnya. Ia hanya bisa menangis. Bersandar di pintu. Melipatkan siku kakinya dan menenggelamkan kepalanya.
Lama sekali ia menangis. Yang ia lakukan hanya menangis. Untuk melegakan hatinya. Laki-laki yang ia cintai, tidak percaya padanya. Sakit sekali.
Batinnya masih ingin tinggal bersama dengan Steve. Namun jika memang meninggalkan nya membuat dia berfikir lebih baik dan membuat dia bahagia. Mungkin memang harus melepaskan nya.

"Tapi bolehkah terakhir kali ini saja permintaan ku padanya.?? Aku harus bicara padanya sekarang. Aku takut besok dia akan pergi tanpa sepengetahuan ku." Dalam batinnya.

Lili akhirnya berhenti menangis. Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Ia
membersihkan tubuhnya. Berdandan cantik agar Steve mau memandangnya. Lili begitu anggun dan cantik mengenakan dress tidur berwarna merah muda.

"Mungkin ini keinginan ku yang terakhir kalinya. Untuk melihat mu Steve ." Lili berbicara di depan kaca. Dengan meneteskan air mata dan kemudian mengusapnya.

Lili berjalan keluar dari kamar. Dan bermaksud ingin bertanya pada bibi Yang.
Ia kemudian melihat bibi Yang sedang membuat minuman. Lili lantas mendekati bibi Yang.

"Bibi apa yang sedang kamu lakukan??" Tanya Lili

"Bibi sedang membuat kan teh untuk tuan Steve. Dia tadi meminta Bibi untuk membuat kan teh....Ada apa Nona Lili." Jawab Bibi Yang sembari mengaduk teh yang sudah di beri gula.

"Bibi.... apakah Steve ada di kamarnya...?? Aku ingin bicara padanya. Dia masih bangun atau sudah tidur ya bi..??" Tanya Lili.

Hari itu sudah malam. Waktu sudah menunjukan pukul 10.00

"Nona Lili.. tuan muda baru saja ke ruang baca. Aku rasa dia habis menangis seperti dirimu. Matanya terlihat sembab. Cepatlah selelsai kan masalah kalian. Jangan saling menyakiti diri sendiri. Bibi bahkan tak tega melihat kalian. Bibi terlebih tak tega pada bayi dalam perutmu. Dia pasti ikut sedih jika ibunya sedih." Ucap Bibi Yang sembari memegang lembut pipi Lili.

"Terimakasih bi atas perhatian bibi pada ku. Biar Lili antar teh ini. Bolehkah???"

"Tentu saja" Ucap bibi Yang sembari menyodorkannya segelas teh.

Lili kemudian berjalan menuju ruang baca. Sebelum ia mengetuk pintu. Ia sejenak berhenti untuk menghela nafas lembut.

"Tok...tok...tok.."

"Masuk...." Teriak Steve dari dalam. Karena sepengatahuan nya itu adalah bibi Yang.

Lili kemudian berjalan masuk. Dan sampai akhirnya ia meletakkan segelas teh dia atas meja. Steve yang masih menunduk membaca buku. Tak tau bahwa itu Lili. Sampai ia sadar bahwa tangan itu serasa bukan tangan bibi Yang.
Steve lantas berhenti membaca dan sedikit melirik.

"Dia cantik sekali... Aku tidak pernah melihat nya mengenakan pakaian ini. Apa seperti kata bibi Yang tadi pagi. Ia menggunakan pakaian ibunya." Batin Steve.
"Aku ingin sekali memeluk nya. Bolehkan...?" Steve masih berbicara dalam batinnya.

Sebenarnya Steve sangat kagum dengan kecantikan Lili. Bahkan pagi tadi. Ia bahkan ingin memeluknya. Dalam pandangan nya. Lili begitu amat cantik. Ia sampai Bertanya pada bibi Yang baju siapa yang Lili kenakan. Tapi dalam batinnya. Lili sudah menghianati cinta nya karena sudah berpaling pada laki-laki lain. Bahkan itu dengan adik tirinya sendiri.

"Kenapa kau yang mengantarkan teh nya...? Dimana bibi Yang. ?" Ucap Steve sembari membaca bukunya dengan di pisahkan meja baca.

Lili sedikit gugup dan ada rasa sedikit takut. Karena ia juga ingin mengatakan sesuatu padanya. Ia meremas dress tidur miliknya untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Kenapa kau masih di sini...?" Tanya Steve.

"Jika kau masih disini. Aku semakin ingin datang mendekap tubuhmu." Batin Steve.

Lili kemudian memberanikan diri untuk berbicara.

"Steve....."
"Besok adalah jadwalku untuk memeriksakan kandungan...." Ucap Lili. Ia semakin meremas dressnya kuat.

"Anakku.... Dia mungkin sudah hampir 4 bulan sekarang. Jantungnya mungkin juga sudah mulai berdetak.." Dalam batin Steve. Namun ia masih kuat dengan egonya.

"Lalu...??" Ucap Steve singkat.

"E...... Maukah kau menemaniku..?" Ucap Lili memberanikan diri. Dengan sedikit gugup

"Aku sibuk....!!!" Ucap Steve yang pandangan nya masih di buku baca miliknya.

Lili sedikit terkejut. Tak terasa air mata nya mulai menetes. Dia diam sejenak.

"Aku tau hasilnya pasti akan seperti ini. Tapi setidaknya aku sudah mencoba." Batin Lili.

Ia kemudian mengusap air matanya yang sudah menetes. Ia masih setia dengan menundukkan kepalanya.

"Oh.. Baiklah ... Aku akan meminta tolong bibi Yang dan Paman Zam untuk menemani ku. Maaf aku sudah menganggu mu." Ucap Lili.
Ia kemudian memutarkan badannya cepat.
Hendak pergi. Dan mengusap air matanya lagi.

"Berapa.....!!" Ucap Steve

"Eh......????" Lili yang sudah membalikkan badannya dan hendak berjalan. Ia berhenti karena terkejut.

"Berapa uang yang kamu butuhkan untuk naik taxi..??" Ucap Steve

"Apa yang dia maksud. Aku tidak boleh meminta tolong bibi Yang dan paman Zam..?"
Lili semakin menunduk dan menangis. Ia memegang dadanya yang begitu sakit. Sembari menggigit bibir bawahnya.

Ia kemudian mencoba berbicara.

"Aku.... aku sudah menyimpan uang. Akan ku gunakan uang ku." Ucap Lili tanpa memandang Steve.

"Oh..... uang simpanan? Dari Noman.?? Laki-laki kesayangan mu..? " Ucap Steve.

Lili semakin tercengang dengan ucapan Steve. Dia semakin menekan dadanya. Sakit teramat sakit.
"Steve.....Cukup....!! Apa yang kau katakan...aku mohon hentikan. Kau menyakitiku." Batin Lili. Tak menjawab pertanyaan Steve.

"Kenapa tak kau minum obat aborsi mu. Kau mengatakan kau akan meminumnya. Kau mengatakan kau akan membunuhnya. Kau bisa membuat bayi lagi dengan kekasih baru mu. Bukan begitu yang kau inginkan...?" Ucap Steve terus menyakiti Lili.

"Steve hentikan........!!!!"Teriak Lili.

Lili kemudian berlari keluar. Ia kemudian masuk ke dalam kamar. Ia merosot di pintu dan menangis. Melipatkan siku kakinya.

"Kenapa harus berkata demikian... Bukan kah cukup mengatakan tidak jika tak ingin mengantar ku.." Batin Lili , Air matanya terus mengalir. Dia sampai menutup telinganya.

"Ahhhhhhhhhhhhhhhh...................." Teriak Steve keras. Amat keras. Ia membanting seluruh benda yang ada di atas meja.

Steve kemudian jatuh tersujud bersama dengan air matanya.
*Dia hanya bisa menangis.

Bibi Yang, Reno dan Paman Zam sampai mendengar teriakan Steve. Mereka hanya diam tak berani mendekat pada Steve*.

TEMAN-TEMAN IKUTI KISAH INI YA. JANGAN LUPA LIKE DAN FAVORIT NYA. SUPAYA AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT BERKARYA. MAKASIH

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience