Mengetahui kebenaran

Romance Series 2771

Lili menjelaskan rencananya pada Bibi Yang dan Babi Yang mengiyakan rencananya.

Ruang bawah tanah

Steve yang baru saja datang dengan Reno. Kemudian langsung mendekati Cyntia yang tangan dan kakinya terikat.

"Aku sudah menduga pasti kau yang melakukan ini !!" Ucap Cyntia sembari mendongak ke arah Steve.

"Aku heran kenapa Ayah membiarkanmu berkeliaran. Berfoya-foya menghabiskan uang ayah. Aku rasa dia tidak peduli padamu. Cyntia. Katakan....!!! Kau pasti tau apa yang aku maksud." Ucap Steve

Cyntia ditangkap oleh orang suruhan Reno. Ketika dirinya sedang asik berbelanja.

"Cih ..... Bagaimana jika aku tidak ingin mengatakannya..???"

"Itu tidak sulit untukku membuat mu mengatakannya." Ucap Steve.

"Biarkan dia disini. Aku akan membuatnya mengatakan yang ingin aku dengar...." Ucap Steve pada dua orang suruhan Reno.

Setelah itu Steve keluar meninggalkan Cyntia sendiri.
Kemudian Cyntia berteriak.

"Sebaiknya kau membuat ku mati. Karena jika aku masih hidup. Aku tidak akan berhenti mengganggumu.. ha...ha...ha..." Teriak Cyntia.

Steve tak menghiraukan dan pergi meninggalkan ruangan itu.

"Reno... culik Noman dan sekap mereka berdua di sana. !!!" Ucap Steve memerintahkan Reno.

"Baik Tuan..."

Kemudian Steve dan Reno pulang menuju Villa Diamond. Sepanjang perjalanan Steve berfikir tentang Lili.
Apakah Lili sudah meninggalkan Vila. Serasa dirinya tak ingin pulang ke Vila. Bagaimana jika Lili sudah pergi. Akan membuat Steve sendiri lagi. Apa yang dilakukan Lili sekarang. Semua berkecamuk dalam pikiran Steve.
Tak lama mereka sampai di Vila.

Vila Diamon

Steve kemudian masuk dan menemui Bibi Yang.

" Bibi apakah Lili masih ada di sini ???" Tanya Steve.

"Masih tuan... Nona Lili sekarang ada di kamar tamu. Dia sedang tidur. Tuan... aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Bibi Yang dengan sedikit gugup. Takut rencananya tidak akan berhasil.

"Katakan bi.."

"Tuan... saya melihat ada obat aborsi di kamar Nona Lili. ketika saya sedang membersihkan kamarnya. Lalu saya mengambil nya diam-diam. Tuan... saya takut dia akan meminumnya. " Ucap Bibi Yang

Lili meminta tolong pada bibi Yang untuk membeli obat aborsi. Namun itu sebenarnya bukan obat untuk aborsi. Hanya obat sakit perut yang hampir sama dengan obat aborsi. Untuk mengelabuhi Steve.

Setelah mendengar ucapan bibi Yang. Steve lantas berlari menuju kamar tamu untuk menemui Lili.

"Semoga ini berhasil... Bibi akan mendukung mu Nona" Batin Bibi Yang.

"Lili....." Teriak Steve sembari membuka pintu kamar.

Dia mendapati Lili yang masih duduk membaca.

"Tuan Steve... anda sudah pulang...? " Ucap Lili sembari meletakkan bukunya.
"Eh.... maaf tuan. Saya hendak pergi dari vila. tapi saya membutuhkan uang. Jadi bisakah saya meminjam beberapa uang pada tuan ?? " Tanya Lili berbohong.

Steve lantas mendekati Lili dan memeluknya.

"Jangan lakukan..." Ucap Steve

"Maaf tuan. Bisakah anda melepaskan saya. Dan apa maksud tuan ? " Ucap Lili berpura-pura. Ia tau apa yang Steve maksud.

"Bisakah kau tetap memanggil nama ku. Dan jangan memanggilku dengan sebutan tuan...!! Lili... Aku mohon jangan bunuh anakku ...!!" Ucap Steve masih memeluknya.

"Akhirnya dia terpancing. " Batin Lili dengan hatinya yang senang.

"Maaf tuan... saya tidak berani memanggil nama anda. "

"Lili... bisakah kau tidak seperti ini...!!" Ucap Steve sembari melepaskan pelukannya.
"Kenapa kau ingin membunuh anak kita...? Apa kau tidak ingin dia tumbuh di perutmu..??"

"Tuan... saya hanya merasa tak tega. Jika kelak dia tak punya ayah..."

"Lili.... jaga ucapan mu. Aku ayahnya..." Steve teriak. Emosinya mulai meledak-ledak

"Dia marah.... Bagaimana ini?? " Batin Lili sedikit ketakutan. Lili pikir Steve tidak akan semarah ini.
"Aku harus berani..." Batin Lili menyemangati dirinya sendiri.

"Lalu kenapa kau mengacuhkan ku beberapa hari ini. Bahkan melakukan hubungan dengan wanita lain. Bagaimana jika kau memiliki anak darinya juga.." Teriak Lili.

Steve yang terkejut dengan ucapan Lili. Kemudian sedikit memundurkan badannya.

"Brukkkkkk....."

Steve lantas sujud di depan Lili.

"Steve apa yang kamu lakukan...? " Batin Lili sambil menutup mulutnya karena tak percaya Steve sampai berbuat demikian.

"Lili maafkan aku.... tidak... aku bahkan tidak pantas untuk di maafkan..." Ucap Steve sembari menundukkan kepalnya. Matanya tak terasa mulai berkaca-kaca.

"Steve apa yang kamu lakukan... Bangunlah.. kau jangan seperti ini..." Ucap Lili sembari membatu Steve untuk berdiri.

"Aku senang sekali kau memanggilku demikian." Ucap Steve sembari membelai rambut Lili.
"Apakah dia masih ada di sana..." Ucap Steve sembari memegang perut Lili.

"Dia... masih ada disana. Steve... perutku terasa nyaman kau sentuh. Bisakah jangan lepaskan dulu tanganmu." Ucap Lili sembari memegang tangan Steve yang menempel di perutnya.

Steve lantas mengiyakan permintaan Lili.

"Lili ... aku ingin mengatakan sesuatu padamu.." Ucap Steve sembari melihat Lili yang masih senyum melihat perutnya yang di pegang olehnya.

"Katakanlah ayah..." Ucap Lili sambil tertawa dan melihat sejenak ke arah Steve dan kemudian melihat ke perutnya kembali.

Tak sengaja air mata Steve jatuh tanpa permisi.

"Bagaimana aku tega merusak keindahan ini. Tuhan..... aku serasa tak ingin mengatakan..Tapi aku harus mengatakan." Batin Steve terus memandangi Lili yang masih asik melihat Steve memegang perutnya.

"Ayahmu... meninggal karena bunuh diri..." Ucap Steve

Lili lantas berhenti memandang tangan Steve yang di perutnya. Dan memandang ke arah lain namun masih tertunduk.

" Dia .... dia... disuruh membunuh dirinya sendiri oleh Cyntia. Ibu tiri ku.."

Dyarrrrrrrrrr......

Lili yang mendengar ucapan Steve. Serasa mendengar petir yang menyambar dirinya.
Lili lantas melepaskan tangan Steve dari perutnya. Dan mundur perlahan dengan tatapan tak percaya.

"Lili.... Lili maafkan aku.. " Ucap Steve sembari mengikuti langkah Lili yang berjalan mundur perlahan.

"Steve.... kau pasti hanya membual. Kau hanya ingin membuangku kan ?? " Ucap Lili dengan air matanya sudah menetes.

"Lili... maafkan aku.. maafkan aku.."

"Tidak.... itu pasti tidak benar... Kau bohong...." Teriak Lili. Sembari menutup kedua telinganya.

"Lili... maafkan aku..." Ucap Steve hanya bisa menangis.

"Steve ... kau berbohong... !!! Katakan itu tidak benar..." Teriak Lili masih tak percaya.

Steve hanya diam tertunduk menangis.

"Steve.. apa salah ayahku pada kalian. Sehingga tega membiarkannya membunuh dirinya sendiri.." Ucap Lili dengan nada semakin meninggi.

Steve tak bisa berbuat apapun. Hanya bisa diam dan menangis.

"Apakah ayah pernah menyakiti kalian...??? Steve... kenapa kalian begitu tega melakukan ini pada kami..??? Bahkan juga ingin membunuh anakku.. Apa salah kami...Katakan ???" Lili berbicara dengan nada terus meninggi.

"Ahhhhhhhhhh..... perutku... " Rintih Lili sembari menahan perutnya.

"Lili........." Teriak Steve dan langsung berlari ke arah Lili.
"Reno.....Reno....." Teriak Steve dan masih menopang tubuh Lili yang sudah pingsan.

Reno dengan cepat berlari mendatangi Steve.

"Siapkan mobil....cepat ke rumah sakit..!!" Ucap Steve sembari menggendong tubuh Lili dengan air mata yang terus mengalir.

Reno dengan sigap berlari keluar dan menyiapkan mobil.
Ia melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya sampai di rumah sakit terdekat.

"Lili..... Lili aku mohon bangun... Lili...." Ucap Steve memandang wajah Lili yang sudah tertidur di atas ranjang dan di dorong menuju UGD.

"maaf Tuan Steve... kami akan memeriksa pasien..silahkan Anda tunggu di luar. " Perintah perawat mengarahkan Steve..

Steve hanya berdiri lemas di depan UGD. sampai akhirnya pintu tertutup. Ia kemudian bersandar di tembok dan merosot hingga jatuh di lantai. Ia terus menangis dan memegang keningnya.

"Aaaaaaaaaa........." Teriak Steve sambil menangis.

Reno yang berdiri di sana. Hanya bisa diam tak berani berkata apapun.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience