Chapter 39

Romance Series 8051

Setelah berhasil membaringkan Nafisah di brankar pasien, Danish ikut mendorong brankar tersebut menuju ruang perawatan pasien. Kali ini, ia membawa Nafisah ke puskesmas terdekat. Wajah Nafisah terlihat pucat, bahkan belum siuman dari pingsannya. Dalam hati Danish berdoa, semoga Nafisah baik-baik saja dan tidak ada hal yang perlu di khawatirkan mengenai kondisi medisnya.

"Ada apa dengan pasien?" tanya seorang Dokter wanita ketika menyambut kedatangan mereka.

"Pingsan, Dok. Tolong periksa apakah kondisinya parah?"

Dokter tersebut hanya mengangguk. Wajah Nafisah memang pucat, bibirnya juga terlihat kering. Dokter memeriksa detak jantung Nafisah dan urat nadi di pergelangan tangannya.

"Pasien syok berat. Jantungnya berdetak lebih cepat dan tidak beraturan. Untuk sementara, kami akan merawatnya sampai  pasien pulih kembali."

"Apakah kondisinya parah?"

"Selain syok, pasien juga mengalami dehidrasi."

Danish tak lagi bertanya pada Dokter tersebut. Hati dan pikirannya di sibukkan dengan doa dan harapan pada Allah agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan Nafisah bisa sehat kembali.

"Tolong pasien di infus sekarang juga." Perintah Dokter tersebut kepada salah satu petugas medis yang ada disebelahnya.

Danish memberikan jarak dan ruang untuk mereka, sementara ia berusaha menekan rasa khawatirnya. Tak hanya itu, pekerjaannya juga terpikirkan olehnya. Randi memang mengizinkan, namun tetap saja ia merasa tidak enak hati. Baginya, Randi terlalu baik padanya. Pekerja lain belum tentu mendapatkan persetujuan seperti ini dengan mudahnya.

Danish pun berinisiatif untuk menghubungi Randi. Namun sayang, pria itu tidak merespon panggilannya. Di sisi lain, Tentu saja Randi tidak merespon ketika kali ini pria itu menatap Lisa dengan pandangan muak.

Lisa bersedekap. "Kenapa tiba-tiba kamu memblokir jalanku? Kangen?" cela Lisa dengan entengnya dan rasa percaya dirinya.

Randi berkacak pinggang. Ia tersenyum meremehkan. "Kangen? Ini sudah siang, jangan kebanyakan mimpi."

"Kalau mimpi bersamamu? Tentu saja tidak masalah."

Lisa mendekati Randi dan berdiri saling berhadapan. Sementara Randi memundurkan langkahnya, seolah-olah menjaga jarak pada wanita itu yang jelas-jelas bukan mahramnya.

"Itu masalah karena sangat menganggu. Lebih baik aku bermimpi yang baik-baik ketimbang bertemu manusia penjahat sepertimu. Itu sama saja mimpi buruk."

"Kamu-"

"Sekali lagi kamu berniat jahat pada Nafisah, aku akan melaporkanmu pada pihak kepolisian apalagi sampai membuatnya celaka!"

Setelah mengatakan itu, Randi membalikkan badannya dan pergi. Ia sudah bisa menebak kalau Lisa lah yang sudah mencelakai Nafisah.

"Perduli sama istri orang lain. Nggak malu apa, jadi laki-laki? Kayak perempuan cuma dia aja di dunia ini."

Randi mendengar semuanya. Namun tetap tak menggubris omelan wanita itu. Meladeni Lisa sama saja seperti membuang waktu dan tenaga. Sementara Lisa, ia tak akan tinggal diam. Obsesinya terhadap Randi tidak bisa di hilangkan begitu saja.

"Nafisah benar-benar penghalang diantara aku dan Randi!"

****

"

Insya Allah semuanya akan baik-baik saja."

"Diyah.. Mana Diyah?"

Nafisah baru saja sadar, namun ia terlihat masih syok. Sementara jarum impusan masih terpasang di tangannya.

"Sayang tenanglah. Diyah ada bersama kita."

"Mama.. "

Diyah baru saja keluar dari dalam toilet setelah mencuci tangan di westafel. Nafisah tersenyum lemah. Ia memanggil putrinya agar mendekat kearahnya. Diyah menurut, dan langsung memegang sebelah punggung tangan Mamanya yang tidak terpasang jarum impus.

"Sayang kamu nggak apa-apa kan?"

Diyah mengangguk. "Alhamdulillah aku nggak kenapa-kenapa, Ma. Mama cepat sembuh ya."

"Aamiin, makasih sayang."

"Maaf, permisi,"

Tiba-tiba seorang petugas medis mengetuk pintu ruangan. Danish pun menghampirinya dan setelah berbicara sebentar, Danish hanya mengangguk.

"Baik,Terima Kasih."

"Sama-sama, permisi."

"Ada apa Mas?" tanya Nafisah akhirnya.

"Aku harus ke ruangan administrasi." ucap Danish sambil menoleh ke arah Nafisah. "Ada hal-hal yang perlu di selesaikan disana. Aku tinggal dulu nggak apa-apa, kan?"

"Iya, aku nggak apa-apa."

"Diyah, tolong jaga Mama ya.."

"Baik, Pa.."

Danish pun pergi keluar ruangan dan menuju bagian administrasi. Tak beberapa lama kemudian, dua orang pertugas medis datang memasuki ruangannya. Yang satu adalah seorang pria dan yang satunya lagi seorang wanita.

"Selamat Siang, Ibu Nafisah."

"Iya siang."

"Bagaimana kondisi Ibu saat ini?"

"Masih sedikit pusing."

"Saya periksa tekanan darahnya dulu ya, permisi."

Wanita petugas medis tersebut pun akhirnya menjalankan tugasnya. Namun tanpa Nafisah sadari, di belakang wanita itu ternyata ada Diyah yang tiba-tiba pingsan setelah petugas medis seorang pria membiusnya menggunakan sapu tangan.

"Tekanannya rendah. 90/60 ya, Bu."

"Iya, karena kepala saya masih pusing." Nafisah tersenyum lemah. "Diyah, tolong ambilkan ponsel Mama  didalam tas."

Hening, tidak ada sahutan apapun. Nafisah kembali menegur putrinya.

"Diyah.. "

Nafisah melirik ke arah Diyah setelah petugas medis tadi selesai dengan tugasnya memeriksa tekanan darah. Sekarang, wanita itu malah menyuntikkan sesuatu ke arah botol inpus Nafisah sambil tersenyum licik.

"Diyah.. Kamu tidur?"

"Diyah?"

Nafisah menatap Diyah dengan was-was. Kenapa putrinya tiba-tiba tertidur sambil posisi duduk di sofa? Ntah kenapa tiba-tiba perasaan Nafisah mendadak cemas. Buru-buru ia menatap ke arah petugas medis yang ada di sebelahnya.

"Apa yang... " Kedua mata Nafisah berkunang-kunang. Tak hanya itu, rasa pusing di kepalanya juga sangat berat. Nafisah berusaha untuk mempertahankan dirinya agar tetap sadar sambil memegang keningnya.

"Apa.. Apa yang kalian lakukan?"

Wanita itu terseyum jahat. "Tidur yang nyenyak.. Selamat tinggal."

"Kalian.... "

Detik berikutnya, kesadaran Nafisah pun lenyap begitu saja.

****

Masya Allah Alhamdulillah.. Sudah up ya, Chapter 39 ?

Jazzakallah Khairan sudah baca.. ??

Boleh di komen ya chapter ini. Tanggapan kalian gimana.. Vote apalagi, boleh banget.. ????

Gimana keadaan Nafisah?

Jgn lupa nantikan Insya Allah Chapter 40 ??

With Love LiaRezaVahlefi

Akun instagram ; lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience