Chapter 10

Romance Series 8051

Keesokan harinya. Pukul 07.30 pagi.

Lestari tengah sibuk membuat menu masakan khas kota Bontang di dapurnya. Menu tersebut adalah gamis bawi yang populer berasal dari daerah Bontang Kuala. Berbahan dasar sambel yang di campur dengan bawang, tomat, dan bumbu lainnya serta di ulek kedalam cobek kemudian ikan-ikan bawi pun di susun diatasnya dan di masak diatas kompor bersama cobeknya.

Sebenarnya bisa saja memasak di atas wajan, namun rasanya akan terasa lebih beda. Selang beberapa menit kemudian, Nafisah juga membantu Mamanya menyiapkan menu lain seperti, kue bolu, es Doger, dan cemilan lainnya.

"Ma?"

"Ya?"

"Apakah aku boleh bertanya sesuatu?"

"Soal Irsyad?" tebak Lestari tiba-tiba. Seketika membuat Nafisah terbungkam.

Lestari memperhatikan putrinya yang sedang mengiris buah melon dengan ukuran sedang dengan kedua pipinya bersemu merah. Lestari pun tersenyum tipis.

"Tiga hari yang lalu Irsyad ada hubungi Mama. Dia nggak banyak cerita kok. Cuma mau bilang silahturahmi kesini bersama Ayah dan Ibunya. Bahkan dia cukup berani meminta nomor ponsel Mama ketika bertemu di acara syukuran rumah Rara."

"Itu saja?"

"Memangnya kamu mengharapkan omongan apa? Pasti saat ini kamu berpikir berharap omongan dia ngelamar kamu? Mama benar kan?"

"Ha? I..itu, ah Mama apa'an sih. Mama ada-ada saja ngomongnya." timpal Nafisah dengan gugup.

"Jodoh itu nggak kemana Nafisah.." Lestari berjalan kearah Nafisah sambil membawa wadah yang berisi buah pepaya yang telah di kupas dan di cuci bersih. "Mama sih, sempat mikirnya begitu. Tapi nggak enak juga nanya secara langsung. Karena dia punya niat baik mau silahturahmi kesini, yaudah, Mama terima saja. Siapa tahu memang beneran dia mau lamar kamu? Iya, kan?"

Nafisah tersenyum tipis. Tidak juga mengangguk atau menjawab. Ucapan Mamanya barusan sudah berhasil membuatnya menahan malu dan rasa bahagianya.

????

Danish akhirnya merasa lega, ketika hari ini Dokter mengatakan kalau Papanya itu boleh pulang. Sementara Diyah dan Neneknya,terlihat bersyukur.

"Yey, Alhamdulillah Kakek boleh pulang. Rasanya Diyah sudah nggak sabar mau cepat-cepat sampai ke rumah."

"Alhamdulillah." Aminah tersenyum tipis. "Nanti sampai rumah, Kakek harus istirahat dulu ya? Setelah itu, baru bisa temanin Diyah bermain dirumah."

"Tapi, sebelum pulang ke rumah kita di Balikpapan, kita jadi kan, kerumah Tante Nafisah?"

"Insya Allah jadi, sayang. Kalau nggak besok atau lusa."

"Kerumah Nafisah? Ngapain?" sela Danish diam-diam.

"Kami sepakat ingin menjodohkan kamu dengan Nafisah."

"Apa?" Danish tercengang. "Nggak, Ma. Aku nggak mau."

"Suka atau tidak, akan lebih baik kalau kamu menikah. Tapi ini semua untuk kebaikan bersama. Kamu tahu kan, seminggu yang lalu Diyah diculik? Allah baik banget sama kita. Alhamdulillah Diyah ketemu dalam keadaan semuanya baik-baik saja. Dengan mengandalkan pengasuh, itu semua tidak menjamin nak. Jangan sampai terulang lagi."

Suara Papa Danish yang tiba-tiba terbatuk membuat Danish segera menatap ke arah Papanya. Ia menghela napasnya. Selain demi kebaikan semuanya, di sisi lain, sudah cukup ia merepotkan orang tuanya selama ini. Tapi, bagaimana dengan urusan hatinya? Kata orang, cinta akan hadir setelah terbiasa bersama. Benarkah semua itu bisa terjadi padanya? Apalagi di jodohkan dengan seorang wanita yang terasa asing, tidak seperti Alina yang dulunya pilihan langsung sesuai keinginan hatinya.

"Nafisah itu cantik. Solehah lagi. Insya Allah, sifatnya juga baik, sayang sama Diyah. Apalagi dia terlahir dari keluarga yang baik."

"Masalahnya, dia itu menyukai pria lain Ma.."

"Kalau suka sama pria lain, itu sudah menjadi urusannya. Tapi sampai sekarang, belum ada pria manapun yang meminang Nafisah. Berarti ini kesempatan baik buat kamu dan keluarga kita."

"Tapi, Ma-"

"Sudah, jangan banyak tapi-tapian. Mama sudah tanya sama Ibu Latifah kalau selama ini Nafisah masih single dan tidak menerima pinangan dari pria manapun."

Setelah mengucapkan semua itu, yang ada Aminah segera mendekati suaminya dan membantunya untuk berjalan pelan menuju pintu luar. Sementara Diyah ikut berada di samping mereka. Danish berusaha untuk menahan sabar, terhadap rasa ketidaknyamanannya dengan situasi saat ini. Kenapa sih harus Nafisah?

Danish mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang yang ternyata adalah Irsyad. Sepertinya, ia harus bertemu dengan pria itu secepatnya.

????

"Pokoknya Mama tidak setuju dengan wanita itu."

"Kenapa? Dia wanita yang baik, Solehah dan aku suka padanya, Ma."

"Masih banyak wanita yang lebih baik diluar sana, Irsyad."

"Aku sering melihatnya ketika Nafisah mengajar les private dirumah Rara. Kata Om dan Tante, Nafisah itu juga rajin sholat. Bahkan sambil mengajari Rara belajar mengaji, jika Nafisah menjadi istriku, akan lebih baik untuk masa depan kami dan calon buah hati kami nantinya."

"Mama tetap tidak setuju apalagi sudi merestui hubungan kalian."

"Kenapa?"

"Karena dia sudah menjadi orang ketiga diantara Mama dan Papa."

"Apa?"

"Wanita itu.. Dia penyebab Mama dan Papa akhirnya bercerai."

Irsyad terdiam, sambil mengingat kembali ucapan Mamanya 1 jam yang lalu. Syok? itu sudah jelas. Namun, rasa kecewa yang besar pada Nafisah saat ini adalah yang begitu menyesakkan di dada.

Suara motor matik yang terpakir didepan matanya membuat Irsyad mengalihkan tatapannya ke depan. Danish datang dengan memakai style jaket hitam dan jeans navy.

"Assalamu'alaikum, Irsyad."

"Wa'alaikumusallam."

"Sudah lama menunggu?"

"Kebetulan baru 5 menit." jawab Irsyad apa adanya, sekarang tatapan nya berubah menjadi serius. "Langsung saja ke intinya, Danish. Apakah ada hal penting yang ingin kamu bicarakan padaku?"

"Ada. Ini soal... " Danish terdiam sejenak, bingung harus memulai dari mana. Khawatir bila pertanyaannya mengundang emosi Irsyad atau mungkin membuatnya tersinggung.

"Soal Nafisah?" tebak Irsyad.

Danish terkejut. Apakah semudah itu Irsyad membaca dari ekspresi wajahnya saat ini? Danish menghela napasnya, ia pun akhirnya mengangguk.

"Iya, itu benar. Sebelumnya, aku ingin meminta maaf padamu. Aku tidak bermaksud menyakitimu tapi.. "

"Ya?"

Rasanya Danish tidak sanggup untuk mengatakannya. Tapi ia tidak ingin menunda-nunda waktu.

"Maaf Irsyad. Aku hanya ingin bertanya, apakah kamu sudah meminang Nafisah?"

"Belum. Kenapa Danish? Kamu menyukainya?"

Danish mengerutkan dahinya. Kenapa  Irsyad terlihat tersenyum sembari tatapannya yang sinis? Ada apa dengan pria itu?

"Bukan Irsyad, maksudku-"

"Kalau kamu ingin meminangnya, silahkan saja. Aku sudah membatalkannya." potong Irsyad cepat.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tiba-tiba membatalkannya? Bukankah kalian terlihat saling menyukai satu sama lain?"

Irsyad memunggungi Danish. Kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung celana jeans nya.

"Itu kemarin, sebelum aku mengetahui sebuah fakta yang mengejutkan."

"Fakta apa?"

"Aku tidak bisa memberitahumu Danish. Maafkan aku."

"Tapi-"

"Setidaknya Allah sudah memperlihatkan semuanya bahwa Nafisah bukanlah yang terbaik buatku. Ini lebih baik, ketimbang aku mengetahuinya setelah kami menikah seandainya kami berjodoh. Aku bersyukur tidak menjadi suaminya."

Danish hanya diam tanpa berkomentar apapun. Saat ini, dalam pikirannya telah penuhi banyak pertanyaan yang seharusnya ia lontarkan pada Irsyad. Tapi, sepertinya tidak, mood Irsyad kali ini benar-benar terlihat tidak baik.

Detik berikut Irsyad membalikkan badannya. Ia berjalan ke arah Danish. Tak lupa menepuk pundak kanannya dengan pelan.

"Sekarang, pria manapun bebas memilih atau menikahi Nafisah, termasuk dirimu."

"Beri aku sedikit alasan kenapa kamu tidak jadi melamar Nafisah. Apakah bisa?"

"Tidak, " Irsyad tersenyum licik. "Sayangnya ini aib. Aku takut berdosa jika aku menceritakannya. Allah sudah melarang hal itu pada kita."

Aib? Memangnya masalah apa sampai semua itu di sebut Aib? Apakah masalahnya sangat besar? Itu yang Danish pikirkan saat ini.

"Apakah Nafisah sudah mengetahuinya kalau kamu membatalkannya?"

Irsyad tak lagi menjawab. Yang ada pria itu malah pergi dengan bungkam dan memasuki mobilnya. Danish sendiri merasa tak bisa berbuat apapun selain rasa penasaran yang kini terjadi padanya.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?"

"Apakah ini salah satu jalan dan pertanda kalau hamba akan meminang Nafisah dalam waktu dekat?"

????

Masya Allah Alhamdulillah... Sudah up chapter 10 ??

Jazzakallah Khairan sudah pada baca. Nafisah pasti kecewa banget kalau tau hal ini.. ??

Tetap stay di cerita ini ya. Sehat selalu buat kaliann ??

With Love ? LiaRezaVahlefi

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience