Chapter 17

Romance Series 8051

Danish masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar, apa yang ia lihat, bahkan apa yang ia rasakan saat ini. Rasanya begitu menyakitkan, bahkan kecewa. Danish tidak percaya dengan apa yang ia lihat ketika Nafisah di maki-maki oleh adik Irsyad akibat amarahnya. Apalagi mendengar Nafisah di cap sebagai pelakor.

Semua serasa mimpi. Mimpi buruk yang tidak ingin menjadi kenyataan. Suami mana, yang tidak malu ketika istrinya mengalami hal seperti tadi? Tak hanya itu, keluarganya pun kini menjadi cibiran orang-orang.

Keadaan Nafisah yang pingsan kini sudah dibawa pihak keluarganya pulang kerumah. Setelah sempat menunggui Nafisah di rumah, Danish memutuskan kerumah sakit terlebih dahulu.

"Pak Danish?"

Danish menatap ke arah pria muda yang kini menjadi bagian administrasi. Pria tersebut melihatkan beberapa lembar berkas semua biaya pengobatan Diyah. Danish mengerutkan dahinya.

"Maaf, apakah semua stempel lunas ini benar? Saya belum membayarnya sepersen pun."

"Stempel lunas ini benar Pak. Beberapa jam yang lalu seseorang membayarnya dengan lunas."

Danish terkejut. Biaya operasi Diyah dan lain-lain yang terbilang puluhan juta itu tidaklah sedikit. Siapa yang sudah membayarnya? Apakah orang tuanya, mertua atau tiba-tiba seorang dermawan datang begitu saja?

"Maaf, Pak. Apakah ada yang bisa kami bantu lagi?"

"Em tidak ada." jawab Danish sambil berdiri. "Terimakasih, permisi." Danish berlalu dengan rasa penasaran. Bukankah beberapa hari yang lalu ia dan keluarganya masih mengusahakan semua biayanya? Kenapa sekarang sudah lunas?

Dengan cepat Danish merogoh ponselnya. Ia harus mencari tahu siapa yang sudah melunasi semua biaya rumah sakit putrinya. Namun tanpa Danish sadari, Ela menatapnya dari kejauhan. Tatapannya begitu sedih, karena rasa cintanya pada pria itu belum sirna. Seulas senyuman tipis terlihat di bibirnya.

"Cukup Allah dan diriku serta pihak rumah sakit saja yang tahu kalau aku sudah membayarkan semua biaya pengobatan Diyah. Keluarga Danish tidak perlu tahu. Biar bagaimanapun, semua musibah ini terjadi akibat kesalahanku."

Ela segera membalikan badannya sambil menarik koper yang ia bawa. Akhirnya, ia akan pergi meninggalkan kota Bontang setelah menyelesaikan semua kegiatan liburannya, sembari membawa rasa patah hati yang terdalam.

"Hatiku benar-benar terluka. Kuharap suatu saat aku menemukan obatnya setelah meminta pada Allah. Allah tahu masa depanku. Termasuk calon pasangan hidup yang datang di waktu yang tepat."

????

Nafisah memegang dahinya yang terasa pusing. Ia sudah sadar sejak beberapa jam yang lalu. Seharusnya Danish bersamanya. Tapi kenapa pria itu tidak terlihat sejak tadi? Seingatnya, ia pingsan setelah akad nikah, lalu terbangun dalam keadaan sudah berganti pakaian dan berada di dalam kamarnya sendiri.

Merasa khawatir, Nafisah keluar kamar dan mendapati beberapa keluarganya yang masih ada setelah acara tadi pagi meskipun sebagian sudah pulang. Mereka menatap Nafisah dengan pandangan yang sedikit tidak enak. Apakah semuanya mulai berpikir yang tidak-tidak terhadapnya akibat kejadian tadi pagi?

"Ma?" panggil Nafisah pelan. "Dimana Mas Danish?"

"Kerumah sakit, melihat keadaan Diyah."

"Apakah Diyah sudah sadar?"

"Maaf Bu Latifah, kami mau pamit pulang, sudah malam." sela salah satu pihak keluarga secara tiba-tiba.

"Oh iya, Ibu. Tidak apa-apa. Terima kasih atas semuanya, ya."

Lalu mereka cipika-cipiki, Nafisah hanya diam menatap semuanya. Seketika hatinya perih, mereka semua pergi tanpa ada basa-basi menegurnya. Apakah mereka mulai membencinya dan menganggapnya wanita yang tidak baik?

Setelah kepergian semua keluarga, kini, Latifah menatap putrinya dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di artikan.

"Diyah masih belum sadar. Doakan semoga Diyah lekas siuman dan pulih. Biar dia bisa melihatmu sebagai ibu sambung yang baik dan Danish bisa menerimamu dengan ikhlas sebagai istrinya, terutama kekurangan kamu."

DEG!

Seperti tamparan keras bagi Nafisah. Kedua mata Nafisah berkaca-kaca. Hatinya perih. Ibu kandungnya, yang ia hormati selama ini sekarang terpengaruh oleh ucapan amarah Humaira tadi pagi. Air mata mengalir di pipinya.

"Assalamu'alaikum."

Nafisah menoleh ke samping, pintu terbuka. Danish berdiri disana dengan raut wajah lelah. Pakaian akad nikahnya sudah berganti sejak beberapa jam yang lalu. Sementara Latifah memilih masuk ke dalam kamar.

"Wa'alaikumussalam."

Danish melihat Nafisah mendekatinhya. Tak hanya itu, kini, wanita itu meraih tangannya kemudian mencium punggung tangannya. Seketika hati Danish merasa tidak menentu, bayangan masalalu nya dengan almarhumah Alina kembali terlintas. Dulu, Alina menyambutnya dengan hal seperti ini. Sekarang, semua itu tergantikan oleh Nafisah. Tapi kenapa, wanita yang sekarang sudah menjadi istri sah nya justru membawa kekecewaan dan aib masalalu yang buruk.

"Sini, Mas. Jaketnya-"

"Tidak apa-apa." Danish menolak ketika Nafisah membantu melepaskan jaketnya. "Aku bisa sendiri."

"Tapi-"

"Terima kasih atas perhatiannya. Aku lelah, ingin istirahat."

Nafisah terdiam menatap kepergian Danish. Ia ingin mencegah, namun langkahnya begitu berat. Seolah-olah langkahnya tertahan akibat hatinya yang juga merasa bersalah atas semuanya.

Danish sudah memasuki kamar Nafisah. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kamar Nafisah berukuran sedang. Hiasan dekorasi khas kamar pengantin masih terpasang disana.

Dengan lemas Danish menyenderkan punggungnya ke pintu. Ia memejamkan kedua matanya. Hatinya begitu sedih.

"Ya Allah, ini hari pertamaku menjadi suami Nafisah. Kenapa hamba harus di hadapkan dengan semua aib nya?"

Danish menundukkan wajahnya, menatap jari manisnya yang tersemat cincin pernikahannya dengan Nafisah disana.

"Ya Allah, buatlah hati hamba agar bisa menerimanya, meskipun rasanya begitu sulit. Bagaimana mungkin, wanita yang di sangka keluargaku baik justru malah menjadi perusak rumah tangga seseorang bahkan pernah menjual dirinya dengan pria lain?"

????

Masya Allah Alhamdulillah..
Sudah up chapter 17??

Jazzakallah Khairan sudah baca. Part nya emang nyesek, dan ini alurnya berubah dari part sebelumnya di blog ?

Sehat selalu buat kalian.
With Love ?
LiaRezaVahlefi

Instagram lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience