Chapter 7

Romance Series 8051

Nafisah masih saja menatap Danish yang kini bersama Diyah duduk sambil memegang es cream di tangan mereka. Tak hanya itu, tatapan Nafisah juga kembali ke arah Irsyad yang masih memperhatikan keponakannya di area permainan.

Seketika Nafisah teringat ucapan Irsyad beberapa menit yang lalu. Minggu depan pria itu akan berkunjung ke rumahnya, apakah Irsyad ingin melamarnya?

"Mau nanya, tapi malu." ucap Nafisah dengan sendirinya. "Em, nggak. Jangan mengharap lebih. Takutnya nanti kecewa."

"Tante Nafisah!"

Nafisah menoleh ke asal suara. Diyah memanggilnya. Setelah itu, Nafisah memilih mengabaikan sekelebat isi pemikirannya dan mendatangi Diyah.

"Iya, sayang ada apa?" tanya Nafisah dengan senyuman ramahnya.

"Tadi Papa belikan Diyah ini loh."

Diyah memperlihatkan sebuah tas belanja berisi mukena baru seukuran dengannya lengkap bersama tasbih cantik. Nafisah tersenyum tipis, sembari mengusap kepala Diyah.

"Masya Allah, mukenanya bagus sekali. Harus dipakai ya, karena sholat 5 waktu adalah perintah Allah yang wajib di laksanakan."

"Iya Tante. Alhamdulillah, dari dulu Mama sudah mengajari Diyah sholat dan mengaji."

Nafisah merasa bangga, ternyata almarhumah sahabatnya itu mendidik putrinya dengan baik. Bahkan secara tidak langsung, menjadi motivasi untuknya jika suatu saat sudah menikah dan memiliki anak.

Setelah itu, dengan penuh kasih sayang Danish malah mengelap sisa es cream yang belepotan di sekitar bibir Diyah.

"Alina, dia suamimu yang hebat. Dia terlihat tersenyum seolah-olah tanpa beban. Tapi aku sangat mengerti, sebenarnya hatinya begitu terluka karena kepergianmu. Begitupun denganku."sela Nafisah dalam hati.

Lalu Nafisah menatap tas slinbag yang ia pegang saat ini. Sebuah tas yang menjadi kenangannya bersama Alina. Sebuah tas slinbag yang ia beli dengan warna dan rupa yang sama karena saat itu ia dan Alina tertarik dengan harganya yang di diskon besar-besaran.

"Bunda, Dari tadi Rara cari Bunda. Ternyata Bunda disini."

Tiba-tiba Rara datang bersama Irsyad.
Buru-buru Nafisah menghapus air mata yang sempat menggenang di kedua matanya. Ia pun menoleh kearah Rara.

"Iya sayang, Bunda disini. Oh iya, Rara haus? Rara mau minum apa?" tanya Nafisah begitu saja.

"Rara mau susu kotak rasa coklat di minimarket."

"Ayo, kita ke minimarket." Nafisah menatap Irsyad. "Mas, izin ajak Rara ke minimarket ya."

"Iya, hati-hati. Aku akan tunggu disini."

Nafisah tersenyum. Ia pun segera memegang pergelangan tangan Rara menuju minimarket. Dan lagi, dari jarak beberapa meter, tanpa sengaja Danish menatap Rara dan Nafisah.

"Kenapa dari belakang dia sangat mirip dengan Alina?" sela Danish dalam hati dengan perasaan berkecamuk.

"Tak hanya itu, kebaikannya, perhatiannya, kasih sayangnya dengan Diyah, mengingatkanku pada Alina."

Tiba-tiba ponsel Danish berdering. Ia pun menerima panggilan dari Aminah. Di sisi lain, Irsyad lagi-lagi merasakan cemburu di dalam hatinya ketika melihat Danish memperhatikan Nafisah walaupun hanya beberapa detik.

"Assalamualaikum, ya Ma?"

"Wa'alaikumussalam. Danish.." isak Aminah dengan getir. Seketika Danish panik.

"Mama, semuanya baik-baik saja kan?"

"Nak, Mama mohon cepat pulang ke sini. Papa kamu sakit, tiba-tiba Papa ngedrop."

Danish mencengrkam erat ponselnya. Jantungnya sudah deg-degan tidak karuan. Wajahnya pun juga mulai pucat.

"Iya, aku pulang sekarang. Assalam'alaikum,"

"Wa'alaikumusallam."

Tanpa membuang waktu lagi, Danish pun segera memutuskan panggilannya. Saat ini, kondisi orang tuanya lebih penting daripada urusan hatinya..

????

Masya Allah Alhamdulillah.. Aku sudah up yaa.

Maaf kemaleman.. Karena seharian sibuk banget hhe.

Jazzakallah Khairan. Sehat selalu buat kalian ya..

With love?
LiaRezaVahlefii.

Instagram :
lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience