Chapter 32

Romance Series 8051

"Hati-hati kalau cuci piring." tegur Danish pelan. Malam ini baru saja ia dan Nafisah menyelesaikan jam makan malam. Sementara, Diyah sibuk mencuci piring, Danish mendatangi istrinya.

"Kamu habis minum apa?"

Dengan cepat Nafisah menoleh ke belakang, buru-buru ia meneguk sisa air putih di tenggorokannya.

"Em, habis minum vitamin."

"Vitamin apa?"

"Vitamin.. " Nafisah terdiam. "Ya.. Ya vitamin."

Danish terlihat tidak yakin. Namun pada akhirnya ia percaya dan tersenyum tipis.

"Yaudah, kamu istirahat. Aku mau datangin Diyah dulu."

"Iya Mas."

Setelah Danish pergi, Nafisah menghembuskan napasnya secara perlahan. Hampir saja ketahuan. Tapi apa yang ia minum memang vitamin dari Dokter agar kondisi imunnya tetap terjaga.

Nafisah memilih segera memasuki Kamar nya. Ia duduk di depan meja rias sambil melepas hijab nya.

"Nafisah, aku-"

"Astagfirullah. Ih Mas Danish kalau masuk ketuk pintu dulu! Nggak sopan."

Bukannya menjawab, Danish tersenyum tipis. Dengan santai ia menutup pintu kamar mereka bahkan menguncinya. Tiba-tiba hati Nafisah jadi deg-degan apalagi saat Danish berjalan ke arahnya. Ia berdiri dengan rasa canggung dan mencoba bersikap biasa.

"Kok malah senyum-senyum sih, Mas? Aku-"

Tanpa diduga Danish melepas hijab yang di kenakan Nafisah. Nampaklah mahkota rambut yang tergerai indah. Wajah Nafisah bersemu merah.

"Untuk apa kamu mengenakan hijab jika di dalam rumah tanpa adanya orang lain selain kita?"

"Itu karena-" Nafisah terdiam. Apalagi Danish memegang sisi pipinya.

"Kamu cantik kalau seperti ini. Kita Sudah halal. Tidak masalah ketika aku melihat auratmu."

Tiba-tiba posisi Danish semakin mendekat. Nafisah bingung harus berbuat apa sampai-sampai ia memegang erat pinggiran meja rias yang ada di belakangnya. Apalagi wajah mereka sudah saling dekat.

Tok! Tok! Tok!

"Papa! Papa! Buka pintunya."

Dengan cepat Danish menjauhkan dirinya dari Nafisah. Karena sama-sama malu, yang ada Nafisah menghindari suaminya terlebih dahulu.

"Biar aku saja yang mendatangi Diyah."

Danish berdeham. "Em baiklah," ucap Danish pelan. Tak lupa ia mengusap Kepala istrinya dengan sayang.

Nafisah pergi dan membuka pintunya. Samar-samar Danish mendengar suara Nafisah yang bertanya ada apa dengan Diyah. Namun tatapan Danish teralihkan dengan telapak tangannya.

"Kenapa rambut Nafisah rontok? Bahkan sebanyak ini?"

"Atau dia salah pakai sampo?"

****

Nafisah memutuskan untuk ke mini market bersama Diyah. Hari ini kebetulan cuaca begitu cerah. Dengan menggunakan layanan taksi online, semua menjadi mudah.

"Ma, kenapa sih dari tadi senyum-senyum nggak jelas?"

"Ha?"

"Mama mirip seperti anak sekolah di sinetron yang sedang jatuh cinta."

"Diyah apa-apa'an sih? Nggak boleh ya, Nonton film begitu. Diyah masih belum cukup umur."

"Lagian Diyah juga nggak sengaja kok."

"Yaudah, Mama maafin."

Diyah mengangguk patuh. Sementara Nafisah tak bisa menahan senyumnya setelah akhirnya hubungannya dengan Danish semakin ada kemajuan. Tidak ada lagi keraguan diantara keduanya, termasuk memulai hidup baru dalam bahtera rumah tangga sakinah mawadah warohmah.

Taksi online tiba ditujuan, Nafisah dan Diyah segera keluar lalu memasuki minimarket. Sedang asyik berbelanja, tanpa sengaja Ela melihat keduanya.

"Assalamualaikum, Mbak Nafisah? Diyah?"

"Wa'alaikumussalam."

Saat itu juga Diyah langsung bersembunyi di belakang tubuh Nafisah. Ntah kenapa Ia merasa takut begitu bertemu lagi dengan Ela.

"Sayang, ayo beri salam buat Tante Ela."

Diyah menggeleng pelan. Ia hanya bisa diam. Sementara Ela tersenyum maklum.

"Tidak apa-apa Mbak. Saya ngerti Diyah takut, gara-gara Saya dia terluka dimasalalu."

"Maaf, ya Mbak Ela." senyum Nafisah canggung. "Semua memang butuh waktu. Oh iya, sendiri?"

"Iya nih, lagi Off kerja."

Sementara Nafisah mengobrol basabasi, tanpa keduanya sadari, Diyah malah berpindah tempat ke area l lain. Kedua matanya menatap sebuah boneka beruang yang sangat besar. Diyah penasaran, Ia ingin menjangkaunya, namun tak sampai.

"Apakah kamu ingin memegangnya?"

Diyah menoleh ke belakang, seorang pria tiba-tiba datang di belakang nya. Diyah merasa takut, Ia memundurkan langkahnya. Pria itu tersenyum tipis.

"Kamu mau? Jangan takut, Om tidak akan menyakitimu. Tunggu sebentar disini." ucap Randi ramah.

Diyah terlihat bingung. Randi segera membawa boneka beruang tersebut menuju kasir. Bahkan dalam hitungan detik, secepat itu Ia kembali dan menyerahkannya pada Diyah. Masih dengan raut wajah bingung, Diyah menerima boneka beruang itu yang ukurannya sebesar dirinya.

"Hadiah. Teman tidur kamu malam ini."

"Teman tidur?"

Randi tersenyum tipis. Tak lupa mengusap pelan kepala Diyah yang tertutup jilbab hijau motif bunga-bunga lalu pergi begitu saja.

"Diyah, mama mencarimu-" Nafisah terdiam, melihat putrinya memegang boneka beruang. Ia juga melihat kepergian punggung seorang pria yang sudah menjauh.

Begitu sampai diluar, Randi langsung membuka pintu bagian belakang mobil nya dan memasukan semua belanjaanya. Ia tidak memiliki maksud apa-apa untuk membelikan sebuah boneka besar untuk gadis kecil yang ia ketahui anak dari karyawannya. Ia hanya bermaksud baik, apalagi jiwa seorang Ayah mulai menghampirinya meskipun belum menemukan jodohnya.

"Hai Ran?"

Randi menoleh ke belakang, Ia terkejut. Wanita masalalu tanpa diduga hadir didepan matanya. Sikapnya tidak berubah sejak dulu, tetap angkuh dan terlihat anak manja.  Bayangan buruk itu kembali terlintas, sebuah kejadian ketika wanita inilah yang sudah menjual kehormatan Nafisah padanya.

"Maaf, aku tidak ada waktu."

"Sampai kapan kamu mencampakkan diriku, Ran?"

Randi tetap bungkam. Sampai akhirnya Ia pergi mengendarai Mobil nya..

****

Masya Allah Alhamdulillah. Chapter 32 sudah up ya. 2 hari yg lalu, aku emang ada bilang mau update di stories Instagram. Tapi maaf banget, tiba-tiba kondisi lagi drop. Jadi butuh istirahat ?
Sekarang baru bs up ??

Sehat selalu buat kalian yaaa?

With Love
LiaRezaVahlefi

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience