Chapter 26&27

Romance Series 8051

"Mas Danish?"

Danish menoleh ke belakang, Lagi-lagi Ela datang di saat yang tidak tepat. Danish menghela napasnya.

"Ada apa?"

"Ini kotak makan buat Mas."

"Ha?"

"Tadi ada rekan divisi marketing yang lagi bagi-bagi nasi kotak. Ini kan hari Jumat. Jadi, buat Mas."

Raut wajah Danish berubah datar. Mau nolak tetapi nanti di kira enggan menerima rezeki. Alhasil Danish menerimanya bertepatan saat Nafisah yang tiba-tiba datang mengejarnya.

"Mas aku bisa jelasin-" Nafisah menghentikan ucapannya. Kedua matanya menatap kotak makanan yang di pegang Danish. Sementara Ela paham atas situasi.

"Maaf, saya permisi dulu."

Ela pun pergi. Ia sangat sadar bahwa sesuatu yang tidak enak terjadi antara Danish dan Nafisah. Ntah itu apa. Setelah kepergian Ela, Nafisah menatap Danish.

"Aku bawa makan siang buat Mas."

"Kamu kenal Pak Randi?" tanya Danish langsung ke intinya.

Nafisah terdiam. Ingin bilang iya, tetapi hatinya takut Danish akan marah dan salah paham lagi padanya.

"Kenapa kamu diam?"

"Soal itu, sejujurnya aku.. "

"Apa?"

"Dia hanya masalalu." ucap Nafisah pelan sambil menundukkan wajahnya.

"Masalalu? Mantan kekasih atau.. " Danish menyipitkan matanya. Seketika sebutan Nafisah yang pernah menjadi wanita malam membayang pikirannya. "Atau pria yang pernah-"

"Pria yang pernah menyentuhku." potong Nafisah akhirnya.

Nafisah mendongakkan wajahnya. Merasa lelah karena terus di salahkan. Orang-orang terdekatnya terus memandangnya rendah. Termasuk suaminya sendiri. Kedua matanya berkaca-kaca.

"Maaf, aku harus jujur dalam hal ini. Sesungguhnya aku tidak pernah menginginkannya. Tapi takdir menguji kesabaran diriku dalam keadaan itu dimasalalu. Semua itu memang mengecewakan Mas dan aku minta maaf. Mulai sekarang, aku janji untuk belajar tidak mengecewakan Mas dan mengharapkan balasan cinta dari Mas."

"Nafisah-"

"Aku tahu kok, cuma almarhumah Alina yang tidak pernah tergantikan di hati Mas. Apalah diriku, hanya seorang wanita yang pernah berada dimasalalu yang kelam dan penuh dosa apalagi tidak sebaik Alina."

"Pak Danish.. "

Tiba-tiba Randi datang. Dengan sikapnya yang profesional ia berjalan mendatangi keduanya dengan langkah santai. Buru-buru Nafisah memalingkan wajahnya.

"Maaf Mas, aku pulang dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Randi menatap Nafisah yang melalui dirinya, meskipun tanpa sengaja melihat kedua mata wanita itu memerah seperti menahan air mata.

"Maaf ada apa Pak?"

"Ikut saya keruangan sebentar."

"Maaf apakah ada hal penting?"

"Ini soal Nafisah. Mumpung jam istirahat sebelum sholat jumat. Aku ingin berbicara urusan pribadi denganmu."

Randi pergi begitu saja tanpa menunggu respon dari Danish. Sementara Danish menatap Randi dengan datar. Seandainya saja pria itu bukan atasannya dan bukan sedang berada di lingkungan perusahaan, sejujurnya Danish merasa enggan berinteraksi dengan pria macam Randi.

"Benar-benar menyebalkan. Sama seperti Nafisah. Ya Allah, kenapa bukan mereka saja yang berjodoh?"

****

Terkejut dan tidak menyangka, itulah yang Danish rasakan saat ini. Kedua matanya menatap ke arah jendela di sampingnya, sementara Randi masih diam setelah kurang lebih selama beberapa menit menceritakan semua masa lalunya dengan Nafisah.

Randi menatap Danish. Pria itu terlihat tidak sudi menatapnya meskipun sejak tadi terlihat tenang. Tapi sesungguhnya ia paham, apa yang ia ucapkan semuanya membuat pria itu pasti tidak menyangka dengan semuanya.

"Saya baru tahu kalau Nafisah sudah menikah dan kamu adalah suaminya. Seandainya dia belum menikah, maaf, ada kemungkinan saya akan bertanggung jawab atas masalalu itu dengan menikahinya." ucap Randi apa adanya.

"Itu hanya masalalu."

"Kuharap kamu mau memaafkan saya. Saya mengerti, tidak mudah bagi seorang suami menerima kenyataan pahit ini. Apalagi seseorang yang melukainya ada didepan matanya."

Danish berdeham, ia menatap atasannya. "Itu benar. Tapi di kembalikan lagi, semua sudah menjadi takdir. Sekarang Nafisah sudah sah menjadi istri saya. Saya harap Bapak tidak mengusiknya lagi."

"Saya tidak berniat mengusiknya. Saya hanya ingin meminta maaf padanya. Karena dia sudah berkeluarga, saya harap kamu bisa menyampaikan permintaan maaf saya padanya."

"Baik. Maaf kalau tidak ada pembahasan lagi, saya mau bersiap-siap sholat jumat."

Randi mengangguk. Ia pun berdiri dan mempersilahkan Danish keluar. Setelah kepergian Danish, Randi menghembuskan napasnya secara perlahan. Hampir kurang lebih 20 menit berada satu ruangan dengan Danish dengan situasi seperti tadi bukanlah hal yang mudah. Bahkan ia sudah siap menerima konsekuensi seandainya Danish memukul wajahnya atau memarahinya habis-habisan. Tapi kenyataannya tidak.

Randi menggulung kemeja lengan panjangnya hingga kesiku. Ia juga melonggarkan ikatan dasinya yang terasa mencekik di lehernya dan menatap sinar mentari yang menyinari gedung-gedung pencakar langit melalui jendela besar yang ada didepan matanya.

"Ya Allah, hilangkan rasa suka ini pada seorang wanita yang sudah bersuami. Hamba tahu, rasa ini sangat salah. Syaitan tengah menggoda diri hamba untuk menyukai Nafisah yang jelas-jelas bukan mahram hamda."

"Naudzubillah min dzalik."

****

"Kalau Randi adalah seorang pria yang merenggut kehormatan Nafisah, kenapa keluarga Irsyad menganggapnya perusak kebahagiaan mereka?" sela Danish dalam hati. "Apakah setelah menyadari dirinya sudah tidak suci lagi, dia bertemu Ayahnya Irsyad dan.. "

Danish melangkahkan kedua kakinya menelusuri lorong lantai tempat dimana kamar apartemennya berada. Sebentar lagi ia akan memasuki pintu apartemennya. Disana ada Nafisah. Tetapi bagaimana situasinya nanti setelah apa yang terjadi? Sekarang ia sudah tahu, Nafisah hanyalah korban dari teman sekolahnya yang tega menjualnya kepada Randi. Meskipun ia masih tidak tahu secara sepenuhnya tentang masalalu Nafisah dengan keluarga Irsyad secara detail. Tidak mungkin ia menanyakan hal itu pada Randi. Satu-satunya jawaban ada di Nafisah.

Danish memasukan kode password sebagai akses membuka pintu apartemennya. Pintu terbuka lebar, aroma masakan yang begitu lezat menyapa penciumannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Papa?"

Dengan semangat Diyah mendekati Papanya dan memeluk nya. Tak lupa Diyah juga mencium punggung tangannya.

"Hai sayang, bagaimana keadaanmu? Obat nya sudah di minum?"

"Alhamdulillah aku baik, Pa. Aku juga sudah minum obat."

"Alhamdulillah." Danish mengusap kepala Diyah dengan penuh kasih sayang lalu mencium pipi nya. Setelahnya, gadis kecil itu kembali pergi ke ruang tengah sembari melanjutkan kegiatannya yang sedang menggambar mewarnai.

Nafisah yang mendengar kedatangan Danish pun sadar, bahwa suaminya itu sudah pulang. Sementara pekerjaannya yang sedang memasak untuk makan malam belum selesai.

Raut wajahnya terlihat sedih. Merasa kalau setelah kejadian yang ada Danish jarang makan bersama nya dalam satu meja yang sama.

"Argh, Astagfirullah, tanganku."

"Apa yang terjadi?!"

Nafisah terkejut, Tiba-tiba Danish datang begitu saja. Sementara tangannya sudah berdarah setelah memotong sayuran sambil melamun memikirkan Danish.

Dengan cepat Danish langsung memegang tangan Nafisah dan mengajaknya ke arah wastafel. Nafisah terdiam menatap Danish yang terlihat panik, bahkan rasa sakit dan perih akibat luka teriris pisau dapur tanpa sadar membuatnya lupa.

"Kenapa bisa teledor? Apakah kamu melamun selama memasak. Tanganmu-"

Danish menghentikan ucapannya, ia menatap Nafisah yang juga menatapnya. Keduanya sama-sama  terdiam. Sekarang Danish baru sadar, kalau kedua mata Nafisah sembab. Lingkaran hitam di bawah matanya juga terlihat. Yang ia tahu, Nafisah selalu tidur di sebelahnya. Tapi apakah istrinya itu benar-benar tertidur nyenyak?

Rasa bersalah memenuhi hatinya, ntah dorong darimana, Danish malah meremas pelan tangan Nafisah dalam genggamannya. Sementara kucuran air kran masih mengalir. Tetapi saat itu juga, Nafisah menarik kembali tangannya dan pergi berlalu mencari tisu.

"Tanganmu-"

"Aku tidak apa-apa." sela Nafisah cepat. Ntah kenapa rasa kecewa itu masih ada.

"Tapi Nafisah, tanganmu harus di obati."

"Hanya luka teriris pisau. Tidak seberapa dengan luka yang ada."

"Luka di hatiku. Itu paling sakit" ucap Nafisah dalam hati.

Masya Allah Alhamdulillah??

Hai aku kembali update setelah suasana Idul Adha yang sempat membuatku sibuk dengan keluarga hhehhe ????

Oh iya, bagaimana tanggapan kalian tentang Danish? ??

Ditunggu kelanjutannya ya..??

Jazzakallah khairan sudah baca. Tetap jaga kesehatan semuanya ????

With Love ? LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience