Chapter 45

Romance Series 8051

Lisa meletakkan beberapa tangkai bunga ke atas pusara yang sudah berusia 9 tahun yang lalu. Setetes air mata mengalir di pipi Lisa. Sesungguhnya ia merindukan sosok wanita yang sangat ia cintai.

"Kak... " suara Lisa terdengar serak. Ia tersenyum tipis. "Aku kangen sama Kakak."

Lisa terdiam sejenak, ntah kenapa rongga dadanya terasa sesak. Ia mengusap pelan batu nisan yang bertuliskan Dara bin Hasan.

"Besok aku sudah nggak sendirian lagi, Kak. Ada seorang pria yang akan menemani seumur hidupku sampai maut memisahkan kami."

"Dia kak, dia orangnya. Orang yang dulunya sempat Kakak benci karena kesombongannya. Kakak yang sering larang aku untuk berteman sama dia bahkan berkomunikasi sama dia, tapi, malah sebentar lagi dia jadi ipar Kakak."

"Dulu, kita anggap dia memang seorang pria yang nggak baik. Tapi dia berubah Kak. Berubah menjadi sosok pria yang baik sampai-sampai bikin aku jatuh cinta."

Lisa berdiri. Sekali lagi, ia berdeham. Lisa mendongakkan wajahnya ke langit. Langit sore yang indah dan cerah.

"Tapi di balik kebahagiaan ini, ada luka yang akan menjadi resiko untuk aku, Kak. Luka yang berasal dari pengorbanan diri aku kepada orang yang tidak mencintaiku. Aku akan menjalani hari tanpa merasakan cinta dari Randi. Tapi... "

Lisa berdeham. "Tapi, semua pernikahan ini terjadi karena sebelumnya aku membalaskan rasa sakit hatiku pada Nafisah! Karena dia, Kakak jadi begini. Karena dia, Kakak pergi selama-lamanya."

****

"Maaf ya, Nak. Kami memang sering merepotkanmu. Nggak di kampung, di kota ini, membuat kami benar-benar tidak enak sama kamu." ucap Aminah dengan rasa syukur.

"Ya Allah, Tante. Saya benar-benar ikhlas kok tolong Tante. Lagian, kita memang tetangga dari lama waktu di kota Bontang. Jadi santai saja."

"Tapi tetap saja, nak. Kami benar-benar tidak enak. Semoga Allah membalas kebaikanmu ya. Aamiin."

"Aamiin, Aamiin ya Allah."

Ela fokus mengemudikan mobilnya setelah ia baru saja menolong Papa Danish yang tiba-tiba sakit. Padahal sebenarnya ia ingin pergi ke suatu tempat, namun ia harus mengubah rute tujuannya setelah tanpa sengaja melihat orang tua Danish berjalan di pinggir jalan.

"Nak Ela tidak kerja?"

"Ini lagi jam istirahat, Tan. Makanya saya bisa keluar."

"Oh begitu." ucap Aminah sambil mengangguk. Disebelahnya ada suaminya yang terlihat lemas. "Hubunganmu sama Danish di kantor  baik-baik saja? Kan kalian rekan kerja."

"Alhamdulillah baik, oh iya, Om Mahmud sakit apa?"

"Biasalah, kolestrol. Faktor kelelahan juga dari Kalimantan kesini. Padahal saya sudah menyarankan untuk tinggal dan istirahat dirumah. Apalagi, sesampainya disini Om sampai ikut menjaga Nafisah. Tapi Papanya Danish ini tetap maksa mau ikut. "

"Jelas aja Papa ingin ikut, Ma. Papa juga khawatir dengan Nafisah. Apalagi sekarang dia koma. Kasian Danish dan Diyah."

Seketika Ela terdiam. Ia baru tahu kalau Nafisah koma. Bagaimana nasib Danish dan Diyah sekarang? Setelah mendengarkan semua perkataan itu, Ela memilih tak berkomentar apapun hingga tujuan mereka tiba di rumah sakit.

Orang tua Danish pun akhirnya memasuki ruang IGD dan meninggalkan Ela dengan ucapan Terima kasih. Di saat yang sama, ponselnya berdering. Nama Danish terpampang di layarnya.

"Halo Assalamu'alaikum, Danish?"

"Wa'alaikumussalam. Ela bagaimana Papa dan Mamaku? Apakah mereka baik-baik saja? Aku tidak tahu kalau Mama menghubungiku saat aku sibuk di ruang rapat."

"Tante sudah bawa masuk Om Mahmud ke ruang IGD. Tadi Om terlihat lemes banget. Kata Tante, kolestrolnya kambuh."

Suara helaan nafas Danish terdengar dari seberang panggilan.

"Ini pasti karena Orang tuaku kelelahan menjaga Nafisah dan Diyah. Semenjak aku menjadi asisten Pak Randi, pekerjaanku sedikit menyita waktu. Maaf sudah merepotkanmu."

"Aku tidak merasa kerepotan. Kebetulan tadi nggak sengaja ketemu Om dan Tante di pinggir jalan. Jadi sekalian aja aku antar mereka ke rumah sakit."

"Ela, sekali lagi. Terima kasih banyak. Sejak dulu kamu sering membantu keluargaku. Kalau ada hal penting atau butuh pertolongan, aku akan bantu."

"Iya, iya Oke. Kalau begitu, aku mau balik ke kantor dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Danish mengakhiri panggilan tersebut. Hatinya sedikit lega setelah Ela menolongnya. Sejujurnya, ia memang tidak menyukai keberadaan wanita itu. Tapi kali ini pengecualian setelah situasi yang genting terhadap orang tuanya.

"Bagaimana kabar putrimu. Apakah dia baik-baik saja."

Danish menoleh ke belakang. Randi tiba-tiba datang menghampirinya. Danish menyadari satu hal, kenapa pria itu tidak bertanya tentang keadaan Nafisah? Padahal pria itu sudah menyaksikan dengan jelas keadaan dan kondisi penculikan Nafisah seminggu yang lalu. Apakah pria itu mencoba menjaga perasaannya?

Danish berdeham. "Alhamdulillah dia baik. Sebentar lagi putriku akan ke kalimantan bersama neneknya."

"Oh ya? Liburan?"

"Tidak. Pindah sekolah."

"Apakah sekolahnya disini ada masalah?"

"Sekolahnya baik-baik saja. Hanya saja, dia pulang ke kampung karena tidak ada siapapun yang bisa menjaganya disini ketika aku bekerja."

Randi mengerutkan dahinya. Mencoba mencerna semua ucapan Danish. Ntah kenapa tiba-tiba ia kepikiran Nafisah. Apakah Nafisah belum sembuh dan tidak bisa menjaga putri mereka?

"Maaf Danish, istri kamu-"

"Nafisah koma."

"Apa?" Randi terkejut. "Bagaimana kankernya? Sudah stadium berapa?"

Danish menatap Danish dengan pandangan curiga. Tatapanya terlihat tidak suka.

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"

"Aku..." Randi berdeham, mencoba menetralkan nada suaranya yang gugup. Selama ini, ia berpura-pura tidak tahu bahwa Nafisah menderita kanker darah. Ia juga lah yang diam-diam menjadi seorang dermawan untuk membiayai semua pengobatan Nafisah dan lain-lain atas nama hamba Allah sebelum Danish mengetahuinya.

"Randi.. " Danish mencoba mendesak atasannya. Tidak ada lagi ucapan formal diantara mereka untuk atasan dan bawahan.

Randi tetap diam. Tidak menunjukkan reaksi apapun atas kegugupan nya saat ini. Hingga membuat Danish tersenyum miris.

"Aku, suaminya yang sah saja tidak tahu kalau selama ini istriku sakit parah. Bahkan nyawanya sudah di ambang antara hidup dan mati. Sekarang, bagaimana mungkin selama ini, kamu.. "

"Danish. Aku-"

"Kamu bukan siapa-siapanya! Kenapa dirimu bisa sampai mengetahuinya?!"

****

Masya Allah Alhamdulillah.. ??
Chapter 45 sudah up!

Makasih ya, sudah sabar nunggu cerita ini kembali up. Mudahan bisa selesai dg lancar dan Insya Allah bs lanjut ke cerita baru.

Btw..

Ada rahasia di masalalu antara Nafisah dan Kakaknya Ela. Kira-kira apa ya?

Hm, tetap stay sama cerita ini ya..

With Love?LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience